• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Kegiatan Perikanan Tangkap di Pesisir Utara Jawa

4 HASIL PENELITIAN

4.1 Perkembangan Kegiatan Perikanan Tangkap di Pesisir Utara Jawa

Kegiatan perikanan tangkap di pesisir utara Jawa Barat memegang peran yang sangat penting dalam penyediaan produk perikanan hasil laut baik bagi Propinsi Jawa Barat, Ibu Kota Negara, maupun pasar ekspor melalui Jakarta. Di antara 6 kabupaten/kota yang terdapat di pesisir utara Propinsi Jawa Barat, Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Karawang merupakan andalan untuk produksi perikanan laut di Propinsi Jawa Barat. Ikan- ikan laut di Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Karawang merupakan hasil tangkapan dari nelayan yang menjalankan berbagai jenis usaha perikanan tangkap yang ada. Paling sedikit ada sekitar 27 jenis usaha perikanan tangkap yang berkembang di pesisir utara Jawa Barat berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan (Tabel 5). Di antara 27 jenis tersebut, ada sekitar 15 jenis usaha perikanan tangkap yang pengusahaannya cukup luas, yaitu usaha perikanan pukat udang, payang, pukat pantai, jaring insang hanyut (JIH), jaring insang lingkar (JIL), jaring insang tetap (JIT), bagan perahu, hand line, pancing yang lain, rawai tetap, pancing tonda, sero, bubu, alat pengumpul kerang, dan jala. Pengusahaan perikanan tangkap tersebut tidak merata di beberapa lokasi di pesisir utara Jawa Barat dan biasanya tergantung keterampilan atau kebiasaan nelayan secara turun temurun.

Kabupaten Indramayu merupakan lokasi dengan nilai produksi perikanan tangkap paling tinggi. Hal ini wajar karena jumlah produksi tahunannya termasuk paling tinggi dibanding 3 lokasi lainnya. Usaha perikanan jaring insang hanyut (JIH), jaring insang tetap (JIT), dan payang merupakan andalan utamanya dan juga skala pengusahaannya relatif lebih besar daripada usaha perikanan lainnya. Usaha perikanan tangkap tersebut umumnya berbasis di TPI Karangsong, Indramayu yang pengelolaannya berada di bawah KPL Mina Sumitra.

Tabel 5 Jenis dan jumlah (unit) usaha perikanan tangkap di pesisir utara Jawa Barat

No. Jenis dan Jumlah Alat Tangkap 2005 2006 2007

1 Pukat Udang/Pukat Ikan 637 775 780

2 Payang (Term. Lampara) 1.647 1.667 1.795

3 Dogol, Lampara Dasar, Cantrang 92 97 105

4 Pukat Pantai 734 714 732

5 Pukat Cincin 75 76 147

6 Jaring Insang Hanyut 3.728 3.568 3.923

7 Jaring Insang Lingkar 802 119 114

8 Jaring Insang Tetap 3.239 3.276 3.375

9 Trammel Net 478 498 889 10 Bagan Perahu/Rakit 796 788 810 11 Bagan Tancap 296 299 302 12 Serok 145 137 152 13 Jaring Angkat 232 246 231 14 Rawai 387 453 722 15 Hand line 1.587 1.654 1.850 16 Huhate 123 143 165

17 Pancing Yang Lain 498 506 513

18 Pancing Tonda 759 784 845

19 Sero 632 675 802

20 Jermal 34 45 67

21 Bubu (Term. Bubu Ambal) 682 723 756

22 Perangkap lainnya 35 270 189

23 Alat Pengumpul Kerang 290 142 268

24 Alat Pengumpul Rumput Laut 103 124 132

25 Muroami (Term. Mallalugis) 12 23 27

26 Jala 457 687 696

27 Lainnya (Tombak, dll) 313 380 388

Sumber: Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat (2008) dan berbagai sumber

Di Kabupaten Subang, usaha perikanan tangkap umumnya berbasis di Blanakan dan Eretan. Kedua lokasi ini merupakan andalan Kabupaten Subang untuk produksi ikan laut. Di Kabupaten Karawang dan Kota Cirebon masing- masing berbasis di Ciparage Jaya dan pusat kota Cirebon. Lokasi usaha perikanan tangkap Ciparage Jaya cukup terisolir di utara Kabupaten Karawang dan cukup sulit untuk dijangkau menggunakan kendaraan umum. Namun lokasi tersebut dianggap lebih nyaman dan aman oleh kebanyakan nelayan. Nelayan merasa lokasi yang jauh dari keramaian membuat hidup mereka lebih normal. Nilai produksi perikanan tangkap yang terdapat di pesisir utara Propinsi Jawa Barat ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Nilai produksi jenis komoditas unggulan di pesisir utara Jawa Barat Nilai Produksi (Rp 000) No. Komoditas Unggulan Kota Cirebon Kab. Indramayu Kab. Subang Kab. Karawang 1. Kakap 1.224.000 27.675.000. 2.650.400 1.474.500 2. Kerapu 198.700 21.384.000 894.000 459.000 3. Cucut 1.274.000 12.485.800 980.300 1.238.600 4. Pari 1.783.000 5.684.500 1.975.600 2.178.400 5. Tembang 2.795.800 9.304.000 3.590.500 2.605.450 6. Kembung 118.384 30.230.100 11.239.400 3.450.600 7. Tuna 274.500 11.293.400 3.294.200 14.293.300 8. Tenggiri 3.421.200 27.02.500 17.293.000 2.906.200 9. Tongkol 4.293.240 23.493.210 2.345.230 5.680.300 10. Udang Putih 739.300 1.293.000 457.800 348.650 11. Udang Lainnya 227.450 394.500 239.400 139.700 12. Kerang-kerang 431.300 2.394.290 2.102.450 320.450

Menurut statistik yang dikeluarkan oleh Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat (2008) pada tahun 2007, produksi perikanan tangkap di pesisir utara Jawa Barat cukup stabil (sekitar 104.050,8 ton/tahun), kalaupun mengalami penurunan atau peningkatan terkadang tidak begitu drastis. Perkembangan produksi untuk periode lima tahun terakhir ditunjukkan oleh Tabel 7. Produksi yang cukup stabil tersebut umumnya didukung oleh penggunaan armada ukuran sedang dan besar sehingga mempunyai jangkauan penangkapan yang luas di luar kawasan pesisir utara Jawa Barat.

Tabel 7 Produksi perikanan tangkap di pesisir utara Jawa Barat Jumlah Produksi (ton) No. Tahun Kota Cirebon Kab.

Indramayu

Kab. Subang Kab. Karawang 1. 2003 3.002,70 65.394,20 15.470,50 9.302,20 2. 2004 3.412,20 64.312,20 15.565,20 10.612,20 3. 2005 3.458.10 67.338,80 17.522,20 11.188,00 4. 2006 3.617,00 66.200,40 16.293,00 11.375,20 5. 2007 3.734,20 69.565,10 17.917,20 12.834,30

Sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat (2008) dan berbagai sumber

Usaha perikanan jaring insang hanyut (JIH), jaring insang tetap (JIT), jaring insang lingkar (JIL), dan payang umumnya diusahakan dalam skala besar dan menggunakan armada ukuran besar yang fishing ground-nya mencapai perairan Kalimatan, Sulawesi, dan Maluku. Usaha perikanan tangkap skala besar tersebut biasanya menghabiskan waktu 20 – 50 hari untuk setiap trip operasi penangkapannya.

4.2 Kondisi Finansial Usaha Perikanan Tangkap di Pesisir Utara Jawa Barat

4.2.1 Kondisi finansial usaha perikanan tangkap di Kota Cirebon

Usaha perikanan tangkap yang berkembang di pesisir utara Kota Cirebon meliputi usaha perikanan payang, bubu, jaring insang hanyut (JIH), jaring insang tetap (JIT), Jaring angkat, handline, dan pukat udang. Usaha perikanan Jaring angkat, handline, dan pukat udang umumnya dilakukan oleh nelayan kecil dengan kemampuan pemodalan yang terbatas, sedangkan usaha perikanan payang, jaring insang hanyut (JIH), dan jaring insang tetap (JIT) diusahakan dalam skala yang besar.

Hasil analisis finansial pada Tabel 8 memperlihatkan kondisi pembiayaan usaha perikanan tangkap di pesisir utara Kota Cirebon, dan hasil analisis detailnya disajikan pada Lampiran 1. Biaya investasi yang dibutuhkan untuk usaha perikanan payang, bubu, jaring insang hanyut (JIH), jaring insang tetap (JIT), Jaring angkat, usaha perikanan handline, dan pukat udang di Kota Cirebon berturut-turut adalah Rp 277.721.774, Rp 4.625.490, Rp 245.434.328, Rp 125.373.034, Rp 14.100.000, Rp 1.073.684, dan Rp 28.577.586. Berdasarkan hasil analisis finansial ini memang terlihat bahwa usaha perikanan payang, jaring insang hanyut (JIH), dan jaring insang tetap (JIT) membutuhkan biaya investasi besar. Terkait dengan ini, maka ketiga jenis usaha perikanan tangkap kebanyakan dilakukan oleh juragan atau investor dengan modal besar, dan nelayan lokal umumnya menjadi ABK atau pekerjanya.

Tabel 8 Kondisi pembiayaan (cost) usaha perikanan tangkap di Kota Cirebon

Biaya (Rp) Akhir

Tahun Payang Bubu

Jaring Angkat Lainnya

JIH JIT Hand

line Pukat Udang 0 277,721,774 4,625,490 14,100,000 245,434,328 125,373,034 1,073,684 28,577,586 1 175,403,226 3,303,922 10,575,000 216,559,701 111,442,697 894,737 24,767,241 2 116,935,484 1,982,353 9,400,000 173,247,761 97,512,360 715,789 13,336,207 3 87,701,613 991,176 8,225,000 144,373,134 55,721,348 536,842 7,620,690 4 58,467,742 660,784 7,050,000 86,623,881 27,860,674 357,895 5,715,517 5 29,233,871 330,392 5,287,500 57,749,254 13,930,337 178,947 3,810,345

Sumber : Hasil analisis data lapangan (2008)

Selama 5 tahun waktu pengoperasiannya, pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kota Cirebon umumnya mengalami penurunan secara signifikan setiap tahunnya. Pada tahun ke-5, biaya yang dikeluarkan pada usaha perikanan payang, bubu, jaring insang hanyut (JIH), jaring insang tetap (JIT), Jaring angkat, handline, dan pukat udang di Kota Cirebon berturut-turut adalah Rp 29.233.871, Rp 330.392, Rp 57.749.254, Rp 13.930.337, Rp 5.287.500, Rp 178.947, dan Rp

3.810.345. Data lengkap penurunan pembiayaan dalam operasional usaha perikanan tangkap di Kota Cirebon disajikan pada Lampiran 1.

Manfaat yang diperoleh nelayan dari usaha perikanan tangkap, hasil analisis menunjukkan bahwa manfaat untuk usaha perikanan payang meningkat terus dengan cukup signifikan hingga pada tahun ke-5 masing-masing mencapai Rp 292.338.710. Usaha perikanan bubu, jaring insang hanyut (JIH), jaring insang tetap (JIT), Jaring angkat, handline, dan pukat udang memberi manfaat/manfaat yang naik turun setiap tahunnya (Tabel 9). Pada tahun ke-5 pengoperasian, usaha perikanan bubu memberikan manfaat Rp 3.303.921, jaring insang hanyut (JIH) memberikan manfaat Rp 288.746.268, jaring insang tetap (JIT) memberikan manfaat Rp 139.303.370, Jaring angkat memberikan manfaat Rp 11.750.000, handline memberikan manfaat Rp 1.789.474, dan pukat udang memberikan manfaat Rp 19.051.724.

Tabel 9 Kondisi manfaat (benefit) usaha perikanan tangkap di Kota Cirebon

Benefit (Rp)

Akhir

Tahun Payang Bubu Jaring

Angkat JIH JIT

Hand line Pukat Udang 0 - - - - 1 153,290,323 2,000,000 12,815,789 176,358,209 123,876,404 1,364,372 14,913,793 2 165,064,516 1,931,373 13,500,000 258,149,254 106,595,506 1,449,393 15,948,276 3 249,467,742 2,225,490 11,513,158 218,686,567 138,674,157 1,631,579 26,413,793 4 272,000,000 3,058,824 13,460,526 274,223,881 113,000,000 1,574,899 20,724,138 5 292,338,710 3,303,922 11,750,000 288,746,269 139,303,371 1,789,474 19,051,724

Perilaku kecenderungan manfaat (benefit) setiap usaha perikanan tangkap di Kota Cirebon selama 5 tahun waktu pengoperasiannya disajikan pada Lampiran 5. Bila pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kota Cirebon diperbandingkan dengan manfaatnya menggunakan beberapa parameter finansial standar seperti NPV, B/C ratio, IRR, ROI, dan PP, maka didapatkan akan terlihat kondisi detail usaha perikanan tangkap tersebut seperti ditunjukkan pada Tabel 10.

Berdasarkan Tabel 10 tersebut, usaha perikanan bubu dan pukat udang mempunyai NPV yang negatif yaitu masing-masing – Rp 1.361.802 dan – Rp 962.479. Nilai NPV tersebut menunjukkan, jika usaha perikanan dimaksud dilakukan, maka menyebabkan penerimaan bersih (NPV) yang diterima nelayan bubu pada suku bunga berlaku (9,5 %) selama waktu pengoperasian 5 tahun adalah berupa kerugian sebesar Rp 1.361.802, dan yang diterima nelayan pukat udang pada suku bunga berlaku (9,5 %) selama waktu pengoperasian 5 tahun adalah berupa kerugian sebesar Rp 962.479. Usaha perikanan payang, jaring insang hanyut (JIH), jaring insang tetap (JIT), Jaring angkat, dan hand line mempunyai NPV yang positif, yang berarti penerimaan bersih nelayan yang mengusahakan kegiatan perikanan tersebut Kota Cirebon masih menguntungkan setelah dikurangi semua komponen pembiayaan.

Tabel 10 Kondisi finansial usaha perikanan tangkap di Kota Cirebon

Parameter Finansial Jenis

Usaha Perikanan

Tangkap NPV B/C IRR ROI PP

Payang Rp 181,092,752 1.52 17.78% 4.08 0.25 Bubu Rp (1,361,802) 1.05 2.50% 2.71 0.37 Jaring angkat Rp 2,434,422 1.15 14.97% 4.47 0.22 JIH Rp 122,487,300 1.32 20.74% 4.96 0.20 JIT Rp 95,599,866 1.44 27.34% 4.96 0.20 Hand line Rp 2,670,418 2.08 66.17% 7.27 0.14 Pukat Udang Rp (962,479) 1.16 8.70% 3.40 0.29

Bila melihat nilai B/C rationya, maka usaha perikanan handline merupakan usaha perikanan tangkap dengan rasio manfaat total terbesar, yaitu lebih dari dua kali (B/C ratio = 2,08) jumlah pembiayaan total yang di keluarkan selama ini. Usaha perikanan bubu merupakan usaha perikanan dengan B/C ratio

terendah di Kota Cirebon, yaitu hanya sekitar 1,05. Hal ini berarti bahwa manfaat total yang diterima dari usaha perikanan bubu hampir sama dengan pembiayaan total yang dikeluarkan. Usaha perikanan payang, jaring insang hanyut (JIH), dan jaring insang tetap (JIT) mempunyai B/C ratio cukup tinggi (meskipun bukan paling tinggi).

Usaha perikanan handline juga mempunyai IRR paling besar diantara tujuh jenis usaha perikanan tangkap yang diusahakan di Kota Cirebon, yaitu mencapai 66,17 %. Nilai IRR ini menunjukan bahwa menginvestasikan uang pada usaha perikanan handline akan mendapatkan keuntungan sekitar 66,17 % per tahunnya, dan hal ini tentu lebih baik dari usaha tersebut disimpan di bank (suku bunga hanya 9,5 % per tahun). Untuk usaha perikanan bubu dan pukat udang hanya menghasilkan masing-masing 2,50 % dan 8,70 %, dan nilai ini lebih rendah dari suku bunga yang berlaku. Oleh karena itu, maka investasi di bank lebih menjadi pilihan daripada mengusahakan kedua jenis usaha perikanan tangkap ini.

Untuk parameter ROI, hasil analisis finansial menunjukkan bahwa usaha perikanan bubu dan pukat udang mempunyai tingkat pengembalian investasi (ROI) paling rendah yaitu hanya 2,71 dan 3,40. ROI tertinggi dimiliki oleh usaha perikanan handline yang mencapai 7,27. Untuk parameter PP, hasil analisis finansial juga menujukkan bahwa usaha perikanan handline juga mempunyai perputaran usaha paling cepat (PP paling kecil) yaitu 0,14. Usaha perikanan tangkap skala besar seperti usaha perikanan jaring insang hanyut (JIH) dan jaring insang tetap (JIT) mempunyai perputaran usaha yang cukup cepat, masing-masing dengan PP sekitar 0,20.

4.2.2 Kondisi finansial usaha perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu

Kabupaten Indramayu merupakan basis usaha perikanan tangkap yang sangat diperhitungkan di Propinsi Jawa Barat. Adapun jenis usaha perikanan tangkap yang cukup diperhitungkan dan diusahakan cukup signifikan di Kabupaten Indramayu adalah usaha perikanan payang, bubu, pancing lainnya, jaring insang hanyut (JIH), jaring insang tetap (JIT), usaha pengumpulan kerang, dan rawai tetap. Usaha perikanan tangkap tersebut berkembang secara turun-

temuran. Usaha perikanan jaring insang hanyut (JIH) dan jaring insang tetap (JIT) merupakan usaha perikanan cukup dominan dan diusahakan dalam skala besar oleh nelayan di Kabupaten Indramayu. Pengumpulan kerang merupakan usaha perikanan tangkap skala kecil, namun banyak digemari oleh remaja dan ibu-ibu sehingga terkadang dianggap usaha sampingan. Hasil analisis finansial terkait pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu disajikan pada Tabel 11.

Untuk pembiayaan awal (investasi) usaha perikanan payang, bubu, pancing lainnya, jaring insang hanyut (JIH), jaring insang tetap (JIT), usaha pengumpulan kerang, dan rawai tetap di Kabupaten Indramayu membutuhkan modal berturut-turut adalah Rp 186.814.286, Rp 7.614.583, Rp 8.693.182, Rp 324.206.250, Rp 553.368.800, Rp 2.104.225, dan Rp 115.369.565. Pembiayaan awal ini dibutuhkan untuk pengadaan alat tangkap, kapal, dan kelengkapannya. Untuk usaha perikanan jaring insang tetap (JIT) dan jaring insang hanyut (JIH), modal awal tersebut kebanyakan digunakan untuk pengadaan kapal, karena kapal yang disiapkan cukup besar dan diharapkan dapat menjangkau perairan luas dengan waktu operasi 1 - 3 bulan per tripnya.

Tabel 11 Kondisi pembiayaan (cost) usaha perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu

Biaya (Rp) Akhir

Tahun Payang Bubu

Pancing Yang Lain JIH JIT Alat Pengumpul Kerang Rawai Tetap 0 186,814,286 7,614,583 8,693,182 324,206,250 553,368,800 2,104,225 115,369,565 1 145,300,000 6,091,667 6,519,886 180,114,583 490,792,727 1,636,620 99,986,957 2 124,542,857 4,568,750 5,795,455 144,091,667 429,443,636 935,211 53,839,130 3 103,785,714 2,284,375 5,071,023 108,068,750 245,396,364 701,408 30,765,217 4 83,028,571 1,522,917 4,346,591 72,045,833 122,698,182 467,606 23,073,913 5 62,271,429 761,458 3,259,943 36,022,917 61,349,091 233,803 15,382,609

Bila melihat jumlah pembiayaan setelah investasi tersebut, hasil analisis menunjukkan bahwa pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Jaring insang tetap (JIT) merupakan usaha perikanan tangkap dengan penurunan biaya operasi yang cukup signifikan. Usaha pancing lainnya merupakan usaha perikanan tangkap dengan penurunan pembiayaan yang kecil. Pada tahun ke-5, usaha perikanan payang, bubu, pancing lainnya, jaring insang hanyut (JIH), jaring insang tetap (JIT), usaha pengumpulan kerang, dan rawai tetap di Kabupaten Indramayu membutuhkan pembiayaan berturut-turut adalah Rp 62.271.429, Rp 761.458, Rp 3.259.943, Rp 36.022.917, Rp 61.349.091, Rp 233.803, dan Rp 15.382.609. Data lengkap penurunan pembiayaan dalam operasional usaha perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu ini disajikan pada Lampiran 2.

Hasil analisis finansial terhadap manfaat (benefit) tujuh usaha perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu pada Tabel 12 menunjukkan bahwa usaha perikanan jaring insang tetap (JIT) merupakan usaha dengan manfaat terbesar di Kabupaten Indramayu. Selain besar, manfaat usaha perikanan jaring insang tetap (JIT) tersebut juga cenderung meningkat meskipun pernah mengalami penurunan pada tahun ke-2 pengoperasiannya.

Tabel 12 Kondisi manfaat (benefit) usaha perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu

Benefit (Rp)

Akhir Tahun

Payang Bubu Pancing Yang

Lain

JIH JIT Alat Pengumpul Kerang Rawai Tetap 0 - - - - 1 153,142,857 1,692,708 5,840,909 183,968,750 486,436,364 1,183,099 71,434,783 2 189,142,857 6,432,292 6,897,727 256,052,083 448,290,909 2,154,930 71,695,652 3 225,285,714 7,994,792 7,528,409 253,177,083 512,672,727 2,563,380 75,347,826 4 192,285,714 7,484,375 6,448,864 340,145,833 597,000,000 2,169,014 80,086,957 5 207,571,429 7,614,583 7,244,318 360,229,167 613,490,909 2,338,028 76,913,043

Pada tahun ke-5 pengoperasiannya, usaha perikanan payang, bubu, pancing lainnya, jaring insang hanyut (JIH), usaha pengumpulan kerang, dan rawai tetap memberikan manfaat berturut-turut Rp 207.571.429, Rp 7.614.583, Rp 7.244.318, Rp 360.229.166, Rp 2.338.028, dan Rp 76.913.043. Dari tujuh usaha perikanan tersebut, hanya usaha payang dan jaring insang hanyut yang pernah mengalami penurunan dalam penerimaan (manfaat). Meskipun pernah menurun, manfaat dari kedua usaha perikanan tersebut sangat fantastis dibandingkan usaha perikanan rawai tetap dan pancing lainnya. Usaha perikanan rawai tetap dan pancing lainnya termasuk usaha yang cukup stabil dalam penerimaan/manfaat tahunnya. Lampiran 7 memperlihatkan perbandingan perilaku manfaat (benefit) usaha perikanan rawai tetap dan pancing lainnya di Kabupaten Indramayu.

Hasil analisis finansial lanjutan menggunakan parameter NPV, B/C ratio, IRR, ROI, dan PP untuk setiap usaha perikanan tangkap yang ada di Kabupaten Indramayu ditunjukkan oleh Tabel 13. Berdasarkan hasil analisis Tabel 13, terlihat bahwa usaha perikanan pancing dan rawai tetap mempunyai NPV yang negatif yaitu masing-masing – Rp 1.766.209 dan – Rp 8.814. Nilai NPV tersebut memberi indikasi bahwa jika kedua usaha perikanan tangkap ini dilakukan, maka menyebabkan penerimaan bersih yang diterima nelayan (NPV) yang diterima nelayan pacing lainnya pada suku bunga berlaku (9,5 %) selama waktu pengoperasian 5 tahun adalah berupa kerugian sebesar Rp 1.766.209, dan yang diterima nelayan rawai tetap pada suku bunga berlaku (9,5 %) selama waktu pengoperasian 5 tahun adalah berupa kerugian sebesar Rp 8.814.

Terkait dengan parameter NPV ini, usaha perikanan payang, bubu, jaring insang hanyut (JIH), jaring insang tetap (JIT), dan usaha pengumpulan kerang mempunyai NPV yang positif, yaitu masing-masing Rp 169.798.012, Rp 4.293.350, Rp 344.738.291, Rp 454.465.535, dan Rp 2.956.018. Nilai NPV usaha perikanan jaring insang hanyut (JIH) dan jaring insang tetap (JIT) paling besar, yang berarti ketiga usaha perikanan tangkap tersebut memberikanan keuntungan cukup menjanjikan selama waktu pengoperasiannya.

Tabel 13 Kondisi finansial usaha perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu

Parameter Finansial Jenis

Usaha Perikanan

Tangkap NPV B/C IRR ROI PP

Payang Rp 169,798,012 1.37 27.93% 5.18 0.19 Bubu Rp 4,293,350 1.37 16.58% 4.10 0.24

Pancing Yang Lain

Rp (1,766,209) 1.01 0.76% 3.91 0.26 JIH Rp 344,738,291 1.61 29.13% 4.30 0.23 JIT Rp 454,465,535 1.40 23.14% 4.80 0.21

Alat Pengumpul Kerang Rp 2,956,018 1.71 34.43% 4.95 0.20 Rawai Tetap Rp (8,814) 1.11 6.44% 3.25 0.31

Hasil analisis terhadap parameter B/C ratio menunjukkan bahwa usaha perikanan jaring insang hanyut (JIH), jaring insang tetap (JIT) dan usaha pengumpulan kerang mempunyai B/C ratio yang besar. Terkait dengan ini, maka dapat dikatakan bahwa ketiga usaha perikanan ini memberikan manfaat besar, yaitu masing-masing 1,61, 1,40, dan 1,71 kali lebih besar daripada jumlah pembiayaan yang dikeluarkan selama waktu pengoperasian usaha tersebut. Usaha perikanan pancing lain dan rawai tetap merupakan usaha perikanan dengan B/C ratio terendah di Kabupaten Indramayu, yaitu masing-masing 1,01 dan 1,11. Dengan demikian, maka nilai manfaat kedua usaha perikanan tangkap hampir sama dengan nilai pembiayaan yang dikeluarkan selama waktu pengoperasiannya. Usaha perikanan payang, jaring insang hanyut (JIH), jaring insang tetap (JIT), dan pengumpulan kerang termasuk usaha perikanan tangkap dengan nilai IRR besar di Kabupaten Indramayu, yaitu masing-masing 27.93 %, 29,13 %,

23,14 %, dan 34,43 %. Hasil analisis ini menujukkan bahwa menginvestasikan

uang pada usaha perikanan payang, jaring insang hanyut (JIH), jaring insang tetap (JIT), dan pengumpulan kerang akan mendatangkan keuntungan yang relatif besar yang lebih tingi daripada disimpan di bank (suku bunga hanya 9,5 % per tahun),

yaitu masing-masing 27.93 %, 29,13 %, 23,14 %, dan 34,43 % per tahunnya. Untuk usaha perikanan pancing lainnya dan rawai tetap, hasil analisis menunjukkan hanya mendatangkan keuntungan masing-masing 0,76 % dan 6,44 %, dan nilai ini lebih rendah dari suku bunga yang berlaku. Oleh karena itu, maka investasi di bank sebaiknya lebih dipilih daripada mengusahakan usaha perikanan pancing lainnya dan rawai tetap di Kabupaten Indramayu.

Hasil analisis terhadap parameter ROI menunjukkan bahwa usaha perikanan payang, bubu, jaring insang hanyut (JIH), jaring insang tetap (JIT), dan pengumpulan kerang termasuk usaha perikanan tangkap yang mempunyai tingkat pengembalian investasi (ROI) bagus, yaitu masing-masing 5,18, 4,10, 4,30, 4,80, dan 4,95. Dari data ini, usaha perikanan payang paling tinggi ROI-nya yang menunjukkan bahwa usaha ini dapat mengembalikan investasi sebesar 5,18 kali dari investasi yang ditanam. Oleh karena kondisi ini, maka hasil analisis terhadap parameter PP menunjukkan bahwa usaha perikanan payang juga mempunyai perputaran usaha paling cepat/singkat yaitu hanya 0,19.

4.2.3 Kondisi finansial usaha perikanan tangkap di Kabupaten Subang

Kabupaten Subang merupakan basis usaha perikanan tangkap yang penting di Propinsi Jawa Barat. Bersama dengan Kabupaten Indramayu, Kabupaten/Kota Cirebon, dan Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Subang menjadi pemasok penting kebutuhan protein hewani untuk ibukota dan sekitarnya. Di Kabupaten Subang banyak berkembang usaha perikanan tangkap seperti bagan perahu, jala, pancing tonda, jaring insang lingkar (JIL), jaring insang tetap (JIT), dan alat pengumpul kerang. Hasil analisis finansial terkait pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Subang disajikan pada Tabel 14.

Untuk pembiayaan awal (investasi) usaha perikanan bagan perahu, jala, pancing tonda, jaring insang lingkar (JIL), jaring insang tetap (JIT), dan usaha pengumpulan kerang di Kabupaten Subang membutuhkan modal berturut-turut adalah Rp 138.125.000, Rp 4.233.333, Rp 25.903.125, Rp 107.362.500, Rp 286.278.400, dan Rp 2.218.378. Pembiayaan awal ini dibutuhkan untuk pengadaan alat tangkap, kapal, dan kelengkapannya. Untuk usaha perikanan

bagan perahu, jaring insang lingkar (JIL) dan jaring insang tetap (JIT), modal awal tersebut kebanyakan digunakan untuk pengadaan kapal, karena kapal yang disiapkan cukup besar dan diharapkan dapat menjangkau perairan luas.

Tabel 14 Kondisi pembiayaan (cost) usaha perikanan tangkap di Kabupaten Subang

Bila melihat jumlah pembiayaan setelah investasi tersebut, hasil analisis menunjukkan bahwa pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Subang terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Jaring insang tetap (JIT) merupakan usaha perikanan tangkap dengan penurunan biaya operasi yang cukup sigifikan. Usaha perikanan jala merupakan usaha perikanan tangkap dengan penurunan yang kecil. Pada tahun ke-5, usaha perikanan bagan perahu, jala, pancing tonda, jaring insang lingkar (JIL), jaring insang tetap (JIT), dan usaha pengumpulan kerang di Kabupaten Subang membutuhkan modal berturut-turut adalah Rp 9.208.333, Rp 302.381, Rp 1.439.063, Rp 11.929.167, Rp 31.738.182, dan Rp 246.486. Data lengkap penurunan pembiayaan dalam operasional usaha perikanan tangkap di Kabupaten Subang ini disajikan pada Lampiran 3.

Dari enam usaha perikanan tangkap di Kabupaten Subang, hanya usaha bagan perahu yang pernah mengalami penurunan dalam penerimaan manfaat, yaitu pada tahun ke-3 pengoperasiannya (Tabel 15). Namun demikian, secara umum penerimaan manfaat usaha bagan perahu dari tahun ke tahun relatif stabil/cenderung naik walaupun tidak begitu signifikan. Demikian pula halnya dengan usaha perikanan jala, pancing tonda, dan pengumpul kerang, penerimaan

Biaya (Rp) Akhir

Tahun Bagan

Perahu Jala

Pancing

Tonda JIL JIT

Alat Pengumpul Kerang 0 138,125,000 4,233,333 25,903,125 107,362,500 286,278,400 2,218,378 1 110,500,000 2,419,048 20,146,875 59,645,833 222,167,273 1,725,405 2 82,875,000 1,209,524 14,390,625 47,716,667 190,429,091 985,946 3 36,833,333 907,143 8,634,375 35,787,500 126,952,727 739,459 4 18,416,667 604,762 5,756,250 23,858,333 63,476,364 492,973 5 9,208,333 302,381 1,439,063 11,929,167 31,738,182 246,486

manfaatnya dari tahun ke tahun relatif stabil/cenderung naik walaupun tidak begitu signifikan.

Tabel 15 Kondisi manfaat (benefit) usaha perikanan tangkap di Kabupaten Subang

Pada tahun ke-5 pengoperasiannya, usaha perikanan bagan perahu, jala, pancing tonda, jaring insang lingkar (JIL), jaring insang tetap (JIT), dan usaha pengumpulan kerang di Kabupaten Subang memberikan manfaat berturut-turut Rp 92.083.339, Rp 3.023.809,52, Rp 28.781.250, Rp 119.291.666, Rp 317.381.818,18, dan Rp 2.464.865.

Hasil analisis finansial terhadap manfaat (benefit) enam usaha perikanan tangkap di Kabupaten Subang pada Tabel 15 menunjukkan bahwa usaha perikanan jaring insang tetap (JIT) merupakan usaha dengan manfaat terbesar di Kabupaten Subang. Selain besar, manfaat usaha perikanan jaring insang tetap (JIT) tersebut juga terus meningkat dengan sangat signifikan. Lampiran 8 memperlihatkan perbandingan perilaku manfaat yang diterima dari usaha jaring insang tetap (JIT) dibandingkan jaring insang lingkar (JIL). Data detail perkembangan manfaat dan juga diperbandingkan dengan pembiayaannya untuk usaha perikanan jaring insang tetap (JIT) ini disajikan pada Lampiran 9.

Benefit (Rp)

Akhir

Tahun Bagan

Perahu Jala

Pancing

Tonda JIL JIT

Alat Pengumpul Kerang 0 - - - 1 72,750,000 1,595,238 21,453,125 59,145,833 179,163,636 551,351 2 85,416,667 1,607,143 22,421,875 67,218,750 204,454,545 1,345,946 3 82,666,667 2,202,381 24,593,750 89,604,167 260,472,727 1,654,054 4 93,750,000 2,690,476 27,046,875 106,614,583 281,218,182 1,848,649 5 92,083,333 3,023,810 28,781,250 119,291,667 317,381,818 2,464,865

Hasil analisis finansial lanjutan menggunakan parameter NPV, B/C ratio, IRR, ROI, dan PP untuk setiap usaha perikanan tangkap yang ada di Kabupaten Subang ditunjukkan oleh Tabel 16. Berdasarkan hasil analisis Tabel 16, terlihat bahwa usaha perikanan bagan perahu dan jala mempunyai NPV yang negatif yaitu masing-masing – Rp 33.092.294 dan – Rp 569.230. Nilai NPV tersebut memberi indikasi bahwa jika kedua usaha perikanan tangkap ini dilakukan, maka menyebabkan penerimaan bersih yang diterima nelayan (NPV) yang diterima nelayan bagan perahu pada suku bunga berlaku (9,5 %) selama waktu pengoperasian 5 tahun adalah berupa kerugian sebesar Rp 33.092.294, dan yang diterima nelayan jala pada suku bunga berlaku (9,5 %) selama waktu pengoperasian 5 tahun adalah berupa kerugian sebesar Rp 569.230.

Tabel 16 Kondisi finansial usaha perikanan tangkap di Kabupaten Subang

Parameter Finansial Jenis

Usaha Perikanan

Tangkap NPV B/C IRR ROI PP

Bagan Perahu Rp (33,092,294) 1.08 4.18% 3.09 0.32 Jala Rp

Dokumen terkait