• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Penyakit VSD Setelah Aplikasi Pukan-Plus dan Nano Serai Wangi (20 Minggu)

Dalam dokumen Laporan KP4S 2018 (Halaman 53-65)

Waktu (bulan)

April* Mei Juni Juli Agust Sept Okt

Inovasi 86,00 83,50 63,50 63,00 42,50 29,50 25,50 70,34 Maju Sejahtera 86,50 86,50 76,50 71,00 52,50 35,00 30,60 64,62 Buah Lobek 81,00 78,00 67,50 63,50 48,50 34,00 31,50 61,11 Aroma 85,00 85,00 78,00 72,00 55,50 46,50 41,70 50,94 Kontrol 86,60** 84,80 80,70 76,80 65,30 55,40 52,10 39,83 *Awal aplikasi **tidak diaplikasi

Gambar 11. Perkembangan gejala VSD pada masing-masing demplot kelompok tani di Kabupaten Lima Puluh Kota

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 0 4 8 12 16 20 24 Ke par ah an P en yak it (x )

Perkembangan Penyakit VSD Setelah Aplikasi

Pukan-Plus dan Nano Serai Wangi (20 Minggu)

Inovasi Buah Lobek Aroma Kontrol Maju Sejahter

Hasil pengamatan menunjukkan terjadinya pengurangan keparahan penyakit VSD. Penurunan itu terjadi pada semua demplot yang ada di semua kelompok tani. Penurunan keparahan penyakit VSD berkisar dari 50,94% - 70,34%, sedangkan pada kontrol yang tidak di aplikasi BPT3T-pupuk kandang dan nano pestisida serai wangi, tetapi tetap dilakukan pemangkasan terjadi penurunan persentase keparahan penyakit VSD sebesar 39,83%. Terjadinya perbedaan penurunan tingkat serangan gejala VSD pada masing-masing kelompok tani dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor tanaman (usia tanaman, kondisi lingkungan lahan) serta faktor eksternal yang berasal dari perilaku petaninya sendiri.

Dari hasil pantauan di lapangan sebelum aplikasi, masing-masing lahan demplot merupakan lahan kakao memiliki kondisi yang berbeda. Dua demplot milik kelompok Tani Maju Sejahtera dan Buah Lobek merupakan lahan yang tidak terawat dan sudah ditinggalkan pemiliknya, kondisi kebun sudah terlalu rimbun sehingga petani seringkali menjuluki kebun yang sudah tidak dipelihara dengan istilah “Hutan Kakao” kondisi ini menyebabkan tingginya kelembaban dalam lahan sehingga ditemukan banyak sekali organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti busuk buah kakao, penggerek buah kakao, dan penyakit mati meranting VSD, persentase tingkat serangan gejala VSD berkisar 81,00% - 86,60%. Sementara untuk lahan demplot milik kelompok tani Inovasi dan Aroma menunjukkan kondisi lahan yang dilakukan perawatan, namun tingkat serangan VSD juga terlihat tinggi karena jarak tanam dan tajuk pohon yang saling bertemu.

Penurunan peresentase keparahan penyakit VSD terjadi karena adanya perawatan yang intensif dilakukan selama aplikasi BP3T dan nano pestisida serai wangi.

g. Hubungan karakteristik petani terhadap perilaku petani kakao dalam menerapkan teknologi BP3T pupuk kandang untuk tanaman kakao di Kabupaten

Limapuluh Kota

Karakteristik petani berhubungan dengan kemampuan mereka dalam berusahatani. Hasil penelitian menunjukkan adanya respon positif dari petani terhadap penelitian yang dilakukan. Bahan baku mudah didapatkan, adanya keinginan mereka untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan secara mandiri. Analisis chi square dapat dilihat pada Tabel 12. Analisis tersebut menggambarkan hubungan antara karakteristik petani dengan perilaku petani kakao.

Tabel 12. Nilai koefisien chi square antara karakteristik petani dengan perilaku petani kakao dalam menerapkan teknologi BP3T pupuk kandang pada kelompok tani di Kabupaten Limapuluh Kota

Karakteristik

Petani Kakao Perilaku petani kakao

Pengaruh

pupuk Pengadaanpupuk

Produksi dg pupuk biasa Keinginta huan thd inovasi Bahan Baku inovasi Alat inovasi Keingina n menera pkan 1. Umur 0.248 0.282 0.465 0.005** 0.177 0.005** 0.521 2. Tingkat pendidikan formal 0.141 0.866 0.392 0.385 0.141 0.385 0.641 3. Tingkat pendidikan nonformal 0.782 0.225 0.821 0.955 0.164 0.955 0.760 4. Pengalaman berusaha tani 0.298 0.336 0.657 0.253 0.298 0.253 0.532 5. Pekerjaan utama 0.120 0.639 0.206 0.345 0.177 0.345 0.278 6. Status lahan usahatani 0.823 0.962 0.005** 0.876 0.823 0.876 0.876 7. Luas lahan 0.441 0.827 0.669 0.612 0.166 0.612 0.869 8. Jenis kelamin 0.314 0.291 0.524 0.482 0.314 0.482 0.145

**.Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed) *.Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)

Hasil analisis pada taraf nyata 90%, menunjukkan tidak terdapat hubungan antara karakteristik individu petani kakao dengan perilaku petani kakao dalam menerapkan teknologi BP3T pupuk kandang sapi, dengan nano serai wangi. Hal ini mengindikasikan tidak selamanya karakteristik petani berhubungan dengan perilaku petani.

Menurut Farid et al. (2018) bahwa faktor umur memengaruhi petani untuk semakin meningkatkan kemampuan usahataninya untuk meningkatkan kebutuhan hidup. Selanjutnya, Wayan dan Mowidu (2010) menyatakan bahwa berbagai pengetahuan petani memengaruhi perilaku petani dalam menerapkan inovasi. Adanya pengetahuan petani tentang keuntungan teknologi BP3T pupuk kandang ini, semakin mendorong keinginan petani untuk menerapkan pada skala kecil di Kebun mereka. Hasil penelitian Edwina dan

(2017) bahwa inovasi yang menguntungkan, mudah diterapkan, diamati, dan sesuai dengan kebutuhan petani, akan mudah diadopsi oleh petani. Akses sumberdaya yang murah dan mudah didapat (air kepala, pupuk kandang sapi, dan galo), sehingga petani mampu secara mandiri untuk memproduksi pupuk tersebut tanpa ketergantungan kelompok atau peneliti.

Dalam penelitian ini, pengetahuan petani diukur dari beberapa aspek diantaranya pengetahuan petani tentang pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao, pengadaan pupuk oleh petani, hitungan kebutuhan pupuk. Selanjutnya, sikap petani diukur terlihat dari keingintauan petani terhadap teknologi, keingintahuan terhadap alat dan bahan yang digunakan, dan keinginan petani menerapkan teknologi BP3T pupuk kandang secara berkelanjutan di lahan usahatani kakao mereka. Di samping itu, keterampilan petani dilihat dari kemampuan petani dalam melakukan dan mengulangi pembuatan BP3T pupuk kandang. Hasil penelitian menunjukkan kegiatan pelatihan yang pernah diikuti oleh anggota kelompok tani terpilih, mampu menambah pengetahuan petani tentang budidaya kakao, pembuatan teknologi formula BP3T-pupuk kandang sapi dan nano pestisida. Dengan adanya kegiatan ini, petani akan memiliki keahlian dan keterampilan dalam berusahatani. Pengalaman berhubungan dengan keahlian dan keterampilan.

h. Hubungan karakteristik inovasi terhadap perilaku petani kakao dalam menerapkan teknologi BP3T pupuk kandang untuk tanaman kakao di

Kabupaten Limapuluh Kota

Umumnya terdapat hubungan nyata pada taraf signifikan 0,1 antara karakteristik inovasi teknologi BP3T pupuk kandang dan perilaku petani kakao dalam menerapkan teknologi tersebut di Kabupaten Limapuluh Kota. Lebih lanjut, Tabel 13 juga memperlihatkan bahwa indikator karakteristik inovasi yang terdiri atas keuntungan relatif, tingkat kesesuaian, kendala inovasi, tingkat kemudahan, dan tingkat keteramatan inovasi umumnya memiliki hubungan nyata, yang cukup kuat dengan indikator perilaku petani kakao dalam menerapkan teknologi BP3T pupuk kandang.

Hasil penelitian pada Tabel 13 memperlihatkan bahwa karakteristik inovasi teknologi BP3T pupuk kandang berhubungan nyata pada taraf signifikan 0.1 dengan perilaku petani untuk menerapkan teknologi tersebut di lahan kakao mereka. Salah satunya pada indikator keuntungan relatif teknologi BP3T pupuk kandang yang berhubungan dengan pengadaan pupuk, produksi kakao dengan menggunakan pupuk biasa, keingintahuan terhadap inovasi,

pengetahuan terhadap bahan baku dan alat inovasi, serta keinginan untuk menerapkan teknologi BP3T pupuk kandang.

Hal tersebut seperti halnya hasil penelitian Ridwan et al. (2010) tentang teknologi PTKJS (Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat) dan Anggreany et al. (2016) tentang inovasi replanting kelapa sawit, yang menyatakan bahwa berbagai keunggulan dan keuntungan relatif inovasi teknologi yang diberikan turut mendorong petani dalam mengadopsi suatu inovasi. Berbagai keuntungan yang didapatkan petani kakao dari teknologi BP3T pupuk kandang seperti perbaikan terhadap kondisi daun, batang, dan buah; serta lebih rendahnya biaya produksi teknologi BP3T pupuk kandang dibandingkan pupuk jenis lain juga mendorong petani untuk lebih memilih menggunakan teknologi BP3T pupuk kandang untuk pemupukan dibandingkan dengan jenis pupuk lainnya. Selain itu, temuan juga menunjukkan bahwa keuntungan relatif

Tabel 13. Koefisien korelasi rank Spearman antara karakteristik inovasi teknologi BP3T pupuk kandang terhadap perilaku petani di Kabupaten Limapuluh Kota

Karakteristik inovasi Petani

Kakao

Perilaku petani kakao Pengar uh pupuk Pengadaa n pupuk Produksi dg pupuk biasa Keingin tahuan thd inovasi Bahan Baku inovasi Alat inovasi Keingina n menerap kan 1. Keuntungan relative -0.080 0,302* 0,774** 0,425** 0.383** 0,425** 0,358* 2. Tingkat kesesuaian 0.268* 0.279* 0.254* 0.358* 0.301* 0.272* 0.294* 3. Tingkat kemudahan 0,330* 0,288* 0,315* 0,309* 0,348* 0,330* 0,288* 4. Tingkat keteramatan 0,441** 0,285* 0,633** 0,482** 0,441** 0,482** 0.372** 5. Kendala inovasi ,490** .141 .083 ,435** ,377** ,490** .141

**.Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed) *.Correlation is significant at the 0.05 and 0.1 level (2-tailed)

Berbagai keuntungan tersebut mendorong petani terhadap perilaku mereka untuk menambah pengetahuan mengenai teknologi BP3T pupuk kandang. Wayan dan Mowidu (2010) menyatakan bahwa berbagai pengetahuan petani memengaruhi perilaku petani dalam menerapkan inovasi. Pengetahuan mengenai keuntungan teknologi BP3T pupuk

kandang semakin mendorong keinginan petani kakao untuk mencoba pada skala kecil dan menerapkan teknologi tersebut pada lahan usahatani kakao mereka.

Tabel 13 juga menunjukkan bahwa kesesuaian sumberdaya yang dimiliki petani dengan teknologi yang diberikan, kemudahan penerapan teknologi, dan kemampuan hasil dari teknologi untuk diamati perkembangan dan pertumbuhannya turut berperan terhadap perilaku petani kakao dalam menerapkan teknologi BP3T pupuk kandang. Hal tersebut seperti halnya temuan Edwina dan Maharani (2010), Sadikin (2013), Fachrista dan Sarwendah (2014), dan Sholahuddin et al. (2017) yang mengemukakan bahwa suatu inovasi yang memiliki keuntungan, mudah untuk diterapkan dan diamati, serta semakin sesuai dengan kebutuhan petani, maka akan semakin mudah pula petani mengadopsi suatu inovasi. Akses sumberdaya yang murah dan mudah diakses seperti air kepala, pupuk kandang sapi, dan galon; petani dapat membuat pupuk tersebut secara pribadi tanpa bantuan kelompok atau peneliti; dan hasil yang telah terbukti baik mendorong keinginan petani untuk menggunakan teknologi tersebut pada lahan usahatani kakao mereka.

i. Analisis Usaha Tani Terhadap Adopsi Inovasi BP3T-Pupuk Kandang Sapi dan Nano Pestisida Serai wangi pada kelompok Tani Kakao

Analisis Biaya dan Pendapatan.

Petani kakao yang tergabung dalam kelompok tani di lokasi penelitian ini menggunakan tenaga kerja yang berasal dari kelompok tani itu sendiri beserta keluarganya atau terjadi suatu kerjasama saling bantu dalam kegiatan usaha tani yang meliputi kegiatan pemeliharaan, panen dan pasca panen. Rata-rata akumulasi waktu yang diperlukan dalam selama 6 (enam) bulan kegiatan pemeliharaan, panen dan pasca panen per batang kakao adalah 1 – 1,5 jam. Walaupun tenaga kerja yang digunakan tersebut tidak dibayar, namun dapat diperkirakan kebutuhan dan besarnya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan tersebut. Dalam tabel berikut dapat dilihat estimasi biaya tenaga kerja pada periode 6 (enam) bulan pemeliharaan dan panen usaha tani tanaman kakao untuk sebelum dan selama aplikasi paket teknologi BP3T, Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi dengan kapasitas produksi 100 pohon.

Tabel 14. Estimasi biaya tenaga kerja pada periode 6 (enam) bulan pemeliharaan dan panen usaha tani tanaman kakao untuk sebelum/tanpa dan selama aplikasi paket teknologi BP3T-Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi dengan kapasitas produksi 100 pohon.

No. Biaya Tenaga Kerja Volume Satuan SatuanHarga (Rp)

Jumlah Harga (Rp)

1. Tanpa Aplikasi 20 HOK 80.000 1.600.000

2. Aplikasi BP3T, PupukKandang dan Nano

Pestisida Serai Wangi 23 HOK 80.000 1.840.000

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa penggunaan tenaga kerja pada aplikasi paket teknologi BP3T-Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi lebih besar dari pada tanpa aplikasi. Hal ini disebabkan karena dengan aplikasi ini memerlukan tambahan waktu untuk membuat formulasi aplikasi yang meliputi pemasangan alat, menyusun formulasi dan aplikasi formulasi. Perhitungan biaya tenaga kerja rata-rata yang dikeluarkan per batang tanaman kakao dengan aplikasi adalah sebesar Rp. 18.400 dan tanpa aplikasi adalah sebesar Rp. 16.000.

Sebelum aplikasi paket teknologi BP3T-Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi, biasanya petani menggunakan bahan pupuk untuk tanaman kakao dengan jenis yang beragam. Pupuk tersebut terdiri dari pupuk kandang (kotoran ternak), pupuk Urea, NPK Phonsa, KCL, SS, TSP, dan Pestipos.

Dalam analisis usahatani, pupuk termasuk ke dalam biaya variabel. Menurut Idawati (2015) bahwa biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya tergantung pada skala produksi atau biaya yang penggunaannya habis atau dianggap habis dalam satu masa produksi. Sebelum adanya inovasi pupuk BP3T, biasanya petani juga menggunakan pupuk dalam budidaya tanaman kakao. Pupuk tersebut terdiri dari pupuk kandang (pupuk kandang ternak), pupuk Urea, NPK Phonsa, KCL, SS, TSP, dan Pestipos. Perbandingan biaya penggunaan pupuk sebelum dan sesudah pemakaian teknologi BP3T dilakukan untuk melihat selisih biaya yang dikeluarkan. Sehingga didapatkan metode yang lebih menguntungkan bagi petani. Berdasarkan hasil analisis biaya yang digunakan untuk pupuk konvensional dan teknologi BP3T pupuk kandang, diketahui bahwa penggunaan teknologi BP3T pupuk kandang membutuhkan biaya lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan tersebut.

Sedangkan untuk pestisida menggunakan yang sintetis seperti Amistartop dan Alika. Perkiraan biaya bahan pada periode 6 (enam) bulan pemeliharaan, panen dan pasca panen usaha tani tanaman kakao untuk sebelum atau tanpa aplikasi paket teknologi BP3T-Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi dengan kapasitas produksi 100 pohon dapat dilihat pada tabel 15. berikut ;

Tabel 15. Estimasi biaya bahan pada periode 6 (enam) bulan pemeliharaan dan panen usaha tani tanaman kakao untuk sebelum atau tanpa aplikasi paket teknologi Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman (BP3T), Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi dengan kapasitas produksi 100 pohon.

No. Uraian Volume Satuan SatuanHarga

(Rp)

Jumlah Harga

(Rp) 1. Pupuk Kandang Sapi (12 kg x 100pohon) 1200 Kg 335 402.000 2. Pupuk Kandang Ayam (2,10 kg x 100pohon) 210 Kg 270 56.700

3. Urea (0,13 kg x 100 pohon) 13 Kg 3.000 39.000 4. NPK Phonska (0,13 kg x 100 pohon) 13 Kg 3.500 45.500 5. KCl (0,02 kg x 100 pohon) 2 Kg 7.000 14.000 6. SS (0,005 kg x 100 pohon) 0,5 Kg 10.000 5.000 7. TSP (0,004 kg x 100 pohon) 0,4 Kg 3.500 1.400 8. Pestipos (0,0032 kg x 100 pohon) 0,32 Kg 4.000 1.280

9. Pestisida Amistartop (0,002 L x 100pohon) 0,2 Liter 195.000 39.000 10. Pestisida Alika (0,002 L x 100 pohon) 0,2 Liter 70.000 14.000

T O T A L 617.880

Berdasarkan tabel 15. di atas terlihat bahwa penggunaan pupuk dan pestisida kimia (sintetis) masih terbiasa dipakai dalam pemeliharaan tanaman kakao, yaitu sekitar 25,76% dari total biaya bahan. Sedangkan pupuk alami adalah 74,24% dari total biaya bahan.

Biaya bahan pada periode 6 (enam) bulan pemeliharaan, panen dan pasca panen usaha tani tanaman kakao untuk aplikasi paket teknologi Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman (BP3T), Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi dengan kapasitas produksi 100 pohon dapat dilihat pada tabel 16.

Berdasarkan tabel 16. terlihat bahwa penggunaan pupuk dan pestisida kimia (sintetis) sudah tidak digunakan lagi pada aplikasi paket teknologi Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman (BP3T), Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi. Jika dibandingkan biaya bahan antara aplikasi paket teknologi dengan tanpa aplikasi seperti pada

tabel 15. dan tabel 16. Terlihat bahwa biaya bahan rata-rata per batang/pohon tanaman kakao tanpa aplikasi yaitu sebesar Rp. 6.179 lebih besar dari pada biaya bahan rata-rata per batang dengan aplikasi paket inovasi teknologi yaitu sebesar Rp. 5.665. Dengan adanya fermentasi BP3T dalam air kelapa yang bercampur dengan pupuk kandang dan menjadikan semua pupuk yang diberikan mengandung bahan yang alami, diyakini dapat menggantikan fungsi pupuk kimia. Demikian juga dengan adanya formulasi nano pestisida serai wangi yang juga mengandung bahan alami, diyakini juga mampu menggantikan fungsi pestisida kimia/sintetis.

Tabel 16. Estimasi biaya bahan pada periode 6 (enam) bulan pemeliharaan dan panen usaha tani tanaman kakao untuk selama aplikasi paket teknologi Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman (BP3T), Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi dengan kapasitas produksi 100 pohon.

No. Uraian Volume Satuan SatuanHarga

(Rp)

Jumlah (Rp) 1. Pupuk Kandang (15 kg x100 pohon) 1500 Kg 335 502.500 2. Air Kelapa + BiangBakteri 4 Liter 12.500 50.000

3. Gula 0,5 Kg 13.000 6.500

4. Nano Pestisida 0,1 Liter 75.000 7.500

T O T A L 566.500

Peralatan dan perlengkapan yang biasanya digunakan petani, sebelum aplikasi paket teknologi Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman (BP3T), Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi terdiri dari sprayer pestisida, gerobak, cangkul dan sekop. Sedangkan dengan penerapan paket teknologi ini digunakan peralatan/perlengkapan tambahan berupa galon air mineral yang di modifikasi, aerator aquarium, batu apung, terpal dan pipa. Dalam tabel 17. berikut akan ditampilkan perkiraan biaya penyusutan pada periode 6 (enam) bulan pemeliharaan, panen dan pasca panen usaha tani tanaman kakao untuk sebelum atau tanpa aplikasi paket teknologi Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman (BP3T), Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi. Sedangkan dalam tabel 18. dapat dilihat perkiraan biaya penyusutan pada periode 6 (enam) bulan pemeliharaan, panen dan pasca panen usaha tani tanaman kakao untuk selama aplikasi paket teknologi

Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman (BP3T), Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi.

Tabel 17. Estimasi biaya tetap (biaya penyusutan) pada periode 6 (enam) bulan pemeliharaan dan panen usaha tani tanaman kakao untuk sebelum atau tanpa aplikasi paket teknologi Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman (BP3T), Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi dengan kapasitas produksi 100 pohon.

No. Uraian Volume Satuan SatuanHarga (Rp) Jumlah Harga (Rp) Usia Ekonomis (bln) Penyusuta n/ bln Penyusutan / 6 bln 1. SprayerPestisida 1 Unit 750.000 750.000 60 12.500,00 75.000,00

2. Gerobak 1 Unit 350.000 350.000 60 5.833,33 35.000,00

3. Cangkul 2 Unit 50.000 100.000 24 4.166,67 25.000,00

4. Sekop 1 Unit 50.000 50.000 24 2.083,33 12.500,00

T O T A L 1.250.00

0 147.500,00

Berdasarkan tabel 17. dan table 18. terlihat bahwa biaya tetap (penyusutan) pada aplikasi paket teknologi BP3T, Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi lebih besar dari pada tanpa aplikasi. Tambahan peralatan yang diperlukan untuk membuat formulasi aplikasi paket inovasi teknologi ini memperlihatkan hasil perhitungan biaya penyusutannya juga menjadi lebih besar. Perhitungan biaya tetap rata-rata yang dikeluarkan per batang tanaman kakao dengan aplikasi adalah sebesar Rp. 5.880 dan tanpa aplikasi adalah sebesar Rp. 1.475.

Tabel 18. Estimasi biaya tetap (biaya penyusutan) pada periode 6 (enam) bulan pemeliharaan dan panen usaha tani tanaman kakao selama aplikasi paket teknologi Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman (BP3T), Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi dengan kapasitas produksi 100 pohon.

No

. Uraian Volume Satuan

Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp) Usia Ekono mis (bln) Penyusuta n/ bln Penyusuta n/ 6 bln 1. SprayerPestisida 1 Unit 750.000 750.000 60 12.500,00 75.000,00 2. Galon AirMineral

3. AeratorAkuarium 2 Unit 70.000 140.000 24 5.833,33 35.000,00 4. Batu Apung 4 kg 10.000 40.000 12 3.333,33 20.000,00 5. Terpal 4 x 6M 2 Lembar 350.000 700.000 12 58.333,33 350.000,00 6. Pipa 1 Unit 7.000 7.000 12 583,33 3.500,00 7. Gerobak 1 Unit 350.000 350.000 60 5.833,33 35.000,00 8. Cangkul 2 Unit 50.000 100.000 24 4.166,67 25.000,00 9. Sekop 1 Unit 50.000 50.000 24 2.083,33 12.500,00 T O T A L 2.265.000 588.000,00

Pengamatan terhadap hasil produksi sebagai dampak aplikasi paket teknologi Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman (BP3T), Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi dengan kapasitas produksi 100 pohon dan dibandingkan dengan tanpa aplikasi dapat dilihat pada table 19. berikut ;

Tabel 19. Produksi dan estimasi penerimaan pada periode 6 (enam) bulan pemeliharaan dan panen usaha tani tanaman kakao untuk sebelum/tanpa dan selama aplikasi paket teknologi Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman (BP3T), Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi dengan kapasitas produksi 100 pohon. No. Produksi dan Penerimaan Volume (kg) SatuanHarga

(Rp)

Jumlah Harga (Rp)

1. Tanpa Aplikasi 107 24.000 2.568.000

2. Aplikasi BP3T, PupukKandang dan Nano Pestisida

Serai Wangi 190 24.000 4.560.000

Berdasarkan tabel di atas hasil produksi biji kering usaha tani tanaman kakao adalah sebesar 1,9 kg/batang pohon pada aplikasi paket teknologi Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman (BP3T), tanpa Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi dan 1,07 kg/batang pohon. Harga jual yang berlaku di lingkungan kelompok tani untuk produksi biji kakao kering konvensional tanpa fermentasi adalah berkisar antara Rp. 24.000 – 25.000.

Sedangkan biji kering fermentasi (lebih berkualitas) dapat dijual dengan harga Rp. 30.000 – 31.000.

Berdasarkan perhitungan harga yang konvensional maka dapat dilihat penerimaan yang diperoleh usaha tani tanaman kakao dengan aplikasi paket teknologi Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman (BP3T), Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi sebesar Rp. 45.600 per batang pohon lebih besar dari pada tanpa aplikasi yang hanya sebesar Rp. 25.680 per batang pohon kakao.

Kemudian dari standar biaya dan penerimaan kedua perbandingan antara aplikasi paket teknologi Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman (BP3T), Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi dengan tanpa aplikasi, maka dilakukan konversi seluruh biaya variabel (VC), biaya tetap (FC), total biaya (TC), hasil produksi (Y), total penerimaan (TR) dan keuntungan (π) ke dalam perhitungan per tahun per hektar. Seperti disebutkan di atas bahwa kapasitas produksi usaha tani kakao untuk luasan lahan 1 Ha adalah sebanyak 700 pohon. Hasil analisa perbandingan biaya variabel, biaya tetap, total biaya, hasil produksi, total penerimaan dan keuntungan pada usaha tani tanaman kakao untuk aplikasi paket teknologi Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman (BP3T), Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi per tahun per hektar dan tanpa aplikasi dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 20. Perbandingan biaya variabel, biaya tetap, total biaya, hasil produksi, total penerimaan dan keuntungan pada usaha tani tanaman kakao untuk sebelum/tanpa dan selama aplikasi paket teknologi Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman (BP3T), Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi per tahun per hektar.

No. Uraian (Rp)VC (Rp)FC (Rp)TC (Kg/HaY ) TR (Rp) (Rp)π 1. TanpaAplikasi 31.050.320 2.065.000 33.115.320 1.498 35.952.000 2.836.680 2. Aplikasi BP3T, Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi 33.691.000 8.232.000 41.923.000 2.660 63.840.000 21.917.000

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa hasil produksi biji kering usaha tani tanaman kakao adalah sebesar 2,66 ton/Ha per tahun pada aplikasi paket teknologi Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman (BP3T), Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi. Sedangkan untuk tanpa aplikasi adalah sebesar 1,498 ton/Ha per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi inovasi paket teknologi ini memberikan hasil produksi yang lebih tinggi dibandingkan tanpa aplikasi. Demikian juga dengan sendirinya setelah dihitung keuntungan yang diperoleh memberikan nilai keuntungan yang lebih tinggi yaitu untuk aplikasi paket teknologi Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman (BP3T), Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi hampir sebesar Rp. 22 juta, sedangkan tanpa aplikasi hanya memberikan keuntungan sebesar Rp. 2,8 juta.

j. Analisis Kelayakan Usaha dan Titik Impas (BEP)

Analisis titik iimpas (Break Event Point) adalah analisis yang digunakan untuk

Dalam dokumen Laporan KP4S 2018 (Halaman 53-65)

Dokumen terkait