• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam rangka pelaksanaan Transfer of Knowledge dari tenaga kerja asing kepada tenaga kerja Indonesia, kepada pemberi kerja diwajibkan untuk mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja pendamping (Pasal 49 UUK).

Sejak masa Orde Baru hingga saat ini, kebijakan Pemerintah terhadap masuknya TKA ke Indonesia pada dasarnya tetap konsisten yaitu bersifat selektif terhadap jabatan-jabatan tertentu yang memang belum memungkinkan diisi oleh tenaga-tenaga kerja dari Indonesia dan harus mendapatkan izin terlebih dahulu

65

Pasal 3 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigarasi Nomor 223 Tahun 2003 Tentang Jabatan-jabatan di Lembaga Pendidikan yang Dikecualikan dari Kewajiban Membayar Kompensasi

66 Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing.

dari menteri. Penggunaan TKA juga tak lepas dari pesatnya penanaman modal di Indonesia. Penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional, menciptakan lapangan kerja, memajukan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perkonomian yang berdaya saing.67

Salah satu tujuan penggunaan TKA adalah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil dan professional dibidang tertentu yang belum dapat diisi oleh tenaga kerja Indonesia serta mempercepat proses pembangunan nasional dengan jalan mempercepat alih ilmu pengetahuan dan tekonologi dan meningkatkan investasi asing sebagai penunjang pembangunan di Indonesia walaupun pada kenyataanya perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia baik itu perusahaan-perusahaan swasta asing ataupun swasta nasional wajib menggunakan tenaga ahli bangsa Indonesia sendiri.68

Pemerintah memandang perlu untuk mengatur pekerjaan-pekerjaan yang dapat dijalankan oleh tenaga asing dengan maksud untuk membatasinya dalam hal-hal yang dipandang perlu dan dengan demikian menyediakan kesempatan kerja itu bagi warga Negara Indonesia sendiri. Penempatan TKA sampai sekarang tidak banyak berbeda daripada sebelum kemerdekaan. Keadaan ini akan berlangsung terus, jika pemerintah tidak mulai turut campur dalam penempatan tenaga itu dengan tegas. Didalam melaksanakan penempatan tenaga-tenaga asing itu Pemerintah berpendapat bahwa khusus untuk menghilangkan unsur- unsur

67 Penjelasan Umum UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

kolonial dalam struktur ekonomi Negara kita dalam lapangan usaha yang vital bagi perekonomian nasional.69

Pemerintah membatasi penggunaan TKA (TKA) dan melakukan pengawasan penggunaan TKA atas dasar peraturan perundang-undangan untuk memberikan kesempatan kerja yang lebih luas kepada tenaga kerja warga negera Indonesia (TKI). Sejalan dengan hal tersebut diatas, maka sangat diperlukan pemahaman yang mendasar akan penggunaan TKA agar kehadiran mereka tidak menjadi boomerang bagi TKI yang pada akhirnya dapat merugikan kepentingan nasional.70

Dengan perubahan undang-undang Ketenagakerjaan tersebut telah terjadi perubahan yang sangat mendasar mengenai pengaturan tenaga kerja, khusus berkaitan dangan pengaturan TKA dimana perkembangannya teryata tidak secara tersendiri di atur dalam satu undang-undang, sebagaimana terdapat dalam

Sebelum lahirnya Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUK) penggunaan TKA di Indonesia diatur dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1958 tentang Penempatan TKA. Undang-Undang-undang Penempatan Tenaga Asing tersebut telah dicabut dengan UUK dalam Pasal 192 angka 9. Selanjutnya pengaturan mengenai penggunaan TKA tidak lagi diatur dalam suatu perundangan tersendiri, namun sudah merupakan bagian dari kompilasi dalam UU Ketenagakerjaan yang baru. UUK isinya (antara lain) adalah pengaturan Penggunaan TKA (TKA) yang dimuat pada Bab VIII, Pasal 42 sampai dengan Pasal 49.

69 H. S. Syarif, opcit, Halam an 35

Undang-undang Nomor 3 Tahun 1958 tentang Penempatan Tenaga Asing, akan tetapi dalam berbagai perubahan undang-undang ketenagakerjaan tersebut masih dipertahankan substansi hukum yang berkaitan dengan lembaga perizinan dan pengawasan dan substansi hukum yang berhubungan dengan penggunaan dan penempatan TKA yang pada pelaksanaannya dilakukan oleh Instansi atau lembaga yang berlainan, sehingga dibutuhkan suatu koordinasi yang baik diantara lembaga-lembaga tersebut, seperti Imigrasi, Kejaksaan, Kepolisian, Badan Intelejen negara (BIN) maupun Pemda.

Secara umum dinamika perkembangan peraturan perundang-undangan tentang TKA di Indonesia dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Keputusan Presiden No. 75 tahun 1995 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang;

2. UU No. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP); 3. Peraturan Pemerintah No. 92 tahun 2000 tentang Tarif Atas Jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

4. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan khususnya menyangkut BAB VIII tentang penggunaan TKA;

5. Kepmenakertrans No. 223/Men/2003 tentang Jabatan-Jabatan Di Lembaga Pendidikan Yang Dikecualikan Dari Kewajiban Membayar Kompensasi; 6. Kepmenakertrans No. 228/Men/2003 tentang Tata Cara Pengesahan

7. Permenakertrans No. 02/Men/XII/2004 tentang Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi TKA;

8. Kepmenakertrans No. 20/Men/III/2004 tentang Tata Cara Memperoleh Ijin Mempekerjakan TKA;

9. Kepmenakertrans No. 21/Men/IV/2004 tentang Penggunaan TKA Sebagai Pemandu Nyanyi;

10. Permenakertrans No. 07/MEN/III/2006 juncto No. 15/MEN/2006 tentang Penyederhanaan Prosedur Penerbitan Ijin Mempekerjakan TKA;

11. Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing;

12. Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2012 Tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing;

1. Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1995 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang (TKWNAP)

Berbeda dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan yang menggunakan istilah tenaga kerja asing terhadap warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Negara Kesatuan Republik Indoensia (NKRI), dalam Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1995 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang (TKWNAP), menggunakan istilah tenaga warga negara asing pendatang, yaitu tenaga kerja warga negara asing yang memiliki visa tingal terbatas atau izin tinggal terbatas atau izin tetap untuk maksud bekerja (melakukan pekerjaan) dari dalam wilayah Republik Indonesia (Pasal 1 angka 1).

Istilah TKWNAP ini dianggap kurang tepat, karena seorang tenaga kerja asing bukan saja datang (sebagai pendatang) dari luar wilayah Republik Indonesia, akan tetapi ada kemungkinan seorang tenaga kerja asing lahir dan bertempat tinggal di Indonesia karena status keimigrasian orang tuanya (berdasarkan asas ius soli atau ius sanguinis).

Pada prinsipnya, Keppres No. 75 Tahun 1995 tentang penggunaan tenaga kerja warga negara asing pendatang adalah mewajibkan pengutamaan penggunaan tenaga kerja Indonesia di bidang dan jenis pekerjaan yang tersedia kecuali jika ada bidang dan jenis pekerjaan yang tersedia belum atau tidak sepenuhnya diisi oleh tenaga kerja Indonesia, maka penggunaan tenaga kerja warga negara asing pendatang diperbolehkan sampai batas waktu tertentu (Pasal 2).

Ketentuan ini mengharapkan agar tenaga kerja Indonesia kelak mampu mengadop skill tenaga kerja asing yang bersangkutan dan melaksanakan sendiri tanpa harus melibatkan tenaga kerja asing. Dengan demikian penggunaan tenaga kerja asing dilaksanakan secara slektif dalam rangka pendayagunaan tenaga kerja Indonesia secara optimal.

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUK), penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1958 tentang Penempatan Tenaga Kerja Asing (UUPTKA). Dalam perjalanannya, pengaturan mengenai penggunaan tenaga kerja asing tidak lagi diatur dalam undang-undang tersendiri, namun sudah merupakan bagian dari kompilasi dalam UU Ketenagakerjaan yang baru. Dalam UUK,

pengaturan Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) dimuat pada Bab VIII, Pasal 42 sampai dengan Pasal 49. Pengaturan tersebut dimulai dari kewajiban pemberi kerja yang menggunakan TKA untuk memperoleh izin tertulis; memiliki rencana penggunaan TKA yang memuat alasan, jenis jabatan dan jangka waktu penggunaan TKA; kewajiban penunjukan tenaga kerja WNI sebagai pendamping TKA; hingga kewajiban memulangkan TKA ke negara asal setelah berakhirnya hubungan kerja.

UUK menegaskan bahwa setiap pengusaha dilarang mempekerjakan orang-orang asing tanpa izin tertulis dari Menteri. Pengertian Tenaga Kerja Asing juga dipersempit yaitu warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia. Di dalam ketentuan tersebut ditegaskan kembali bahwa setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Untuk memberikan kesempatan kerja yang lebih luas kepada tenaga kerja Indonesia (TKI), pemerintah membatasi penggunaan TKA dan melakukan pengawasan.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang menjadi syarat-syarat penggunaan atau pun penempatan TKA adalah sebagai berikut :

1. Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan TKA wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau Pejabat yang ditunjuk;

Perlunya pemberian izin penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing dimaksudkan agar penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing

dilaksanakan secara selektif dalam rangka pendayagunaan Tenaga Kerja Indonesia secara Optimal.

2. TKA dapat dipekerjakan di Indonesia hanya dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu;

3. TKA sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) yang mana kerjanya habis dan tidak dapat diperpanjang dapat digantikan oleh TKA lainnya.

4. Pemberi Kerja yang menggunakan TKA harus memiliki rencana

penggunaan TKA yang disahkan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk. Pemberi Kerja TKA wajib menaati ketentuan mengenai jabatan dan standard kompetensi yang berlaku.Standard kompetensi adalah Kualifikasi yang harus dimiliki oleh Tenaga Kerja Warga Negara Asing antara lain Pengetahuan, Kahlian, Keterampilan di bidang tertentu dan pemahaman budaya Indonesia.71

a. menunjuk Tenaga Kerja Warga Negara Indonesia sebagai tenaga pendamping Tenaga Kerja Asing yang dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih keahlian dari Tenaga Kerja Asing. Artinya Tenaga Kerja pendamping TKA tidak secara otomatis menggantikan atau menduduki jabatan Tenaga Kerja Asing yang didampinginya. Pendamping tersebut lebih dititk beratkan pada alih teknologi dan alih Pemberi kerja Tenaga Kerja asing wajib :

71 Berkaitan dengan point 5 ini, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No.20 Tahun 2004 tentang Tata cara Memperoleh Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing, menyatakan bahwa “Tenaga Kerja Asing (TKA) yang akan dipekerjakan oleh pemberi kerja wajib memenuhi persyaratan, antara lain :

a. Memiliki pendidikan dan/atau pengalaman kerja sekurang-kurangnya 5(lima) tahun dan skill(kemampuan) yang sesuai dengan jabatan yang akan diduduki;

b. Bersedia membuat pernyataan untuk mengalihkan keahlian dan keterampilannya (transfer of technology) kepada Tenaga Kerja Warga Negara Indonesia khusunya TKI pendamping;

keahlian agar Tenaga Kerja pendamping tersebut dapat memiliki kemampuan sehingga pada waktunya diharapkan dapat mengganti Tenaga Kerja Asing yang didampinginya.

b. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi Tenaga Kerja Indonesia sebagaimana dimaksud pada huruf (a) yang sesuai dengan Kualifikasi jabatan yang diduduki oleh Tenaga Kerja Asing. Maksudnya, Pendidikan dan pelatihan kerja oleh pemberi kerja tersebut dapat dilaksanakan baik di dalam Negeri maupun dengan mengirimkan Tenaga Kerja Indonesia untuk berlatih di luar Negeri. 5. Pemberi Kerja wajib membayar kompensasi atas setiap Tenaga Kerja

Asing yang dipekerjakannya.Kewajiban membayar kompensasi dimaksud adalam rangka menunjang upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Pemberi kerja yang mempekerjakan Tenaga Kerja Asing wajib memulangkan Tenaga Kerja Asing ke Negara asalnya setelah hubungan kerjanya berakhir.

Dalam rangka itu, Pemerintah mengeluarkan sejumlah perangkat hukum mulai dari perizinan, jaminan perlindungan kesehatan sampai pada pengawasan. Sejumlah peraturan yang diperintahkan oleh UUK antara lain :

1) Kepmen tentang Jabatan Tertentu

dan Waktu Tertentu (Pasal 42 ayat (5));

2) Kepmen tentang Tata Cata

3) Kepmen tentang Jabatan dan Standar Kompetensi (Pasal 44 ayat (2));

4) Kepmen tentang Jabatan-jabatan

Tertentu yang Dilarang di Jabat oleh Tenaga Kerja Asing (Pasal 46 ayat (2));

5) Kepmen tentang Jabatan-jabatan

Tertentu di Lembaga Pendidikan yang Dibebaskan dari Pembayaran Kompensasi (Pasal 47 ayat (3)).

6) Peraturan Pemerintah tentang Besarnya Kompensasi dan Penggunaannya (Pasal 47 ayat 4).

7) Keputusan Presiden tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing serta Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Pendamping (Pasal 49).

Sejak UUK diundangkan pada tanggal 25 Maret 2003, telah dilahirkan beberapa peraturan pelaksana undang-undang tersebut, antara lain:72

1) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 223/MEN/2003 Tentang Jabatan-jabatan di Lembaga Pendidikan yang Dikecualikan dari Kewajiban Membayar Kompensasi.

2) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 67/MEN/IV/2004 tentang Pelaksanaan Program JAMSOSTEK bagi Tenaga Kerja Asing.

3) Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing.

72 Keputusan Menteri yang diprakarsai Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi ini merupakan implementasi UUK. Namun pelaksanaan undang-undang oleh Keputusan Menteri tidak sesuai dengan hierarki peraturan perundang-undangan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Selanjutnya dijelaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja nasional terutama dalam mengisi kekosongan keahlian dan kompetensi di bidang tertentu yang tidak dapat ter-cover oleh tenaga kerja Indonesia, maka tenaga kerja asing dapat dipekerjakan di Indonesia sepanjang dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu. Mempekerjakan tenaga kerja asing dapat dilakukan oleh pihak manapun sesuai dengan ketentuan kecuali pemberi kerja orang perseorangan. Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki izin tertulis dari menteri atau pejabat yang ditunjuk kecuali terhadap perwakilan negara asing yang mempergunakan tenaga kerja asing sebagai pegawai diplomatik dan konsuler. Ketentuan mengenai jabatan tertentu dan waktu tertentu bagi tenaga kerja asing ditetapkan dengan keputusan Menteri, yaitu Keputusan Menteri Nomor : KEP-173/MEN/2000 tentang Jangka Waktu Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang.

Terhadap setiap pengajuan/rencana penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia harus dibatasi baik dalam jumlah maupun bidang-bidang yang dapat diduduki oleh tenaga kerja asing. Hal itu bertujuan agar kehadiran tenaga kerja asing di Indoesia bukanlah dianggap sebagai ancaman yang cukup serius bagi tenaga kerja Indonesia, justru kehadiran mereka sebagai pemicu bagi tenaga kerja Indonesia untuk lebih professional dan selalu menambah kemampuan dirinya agar dapat bersaing baik antara sesama tenaga kerja Indonesia maupun dengan tenaga kerja asing. Oleh karenanya UUK, membatasi jabatan-jabatan yang dapat diduduki oleh tenaga kerja asing.

Jabatan yang akan diduduki TKA di Indonesia telah mempunyai standar kompetensi kerja, maka TKA yang akan dipekerjakan harus memenuhi standart tersebut. Demikian pula untuk Tenaga Kerjan pendampingnya harus memiliki latar belakang pendidikan dan keterampilan di bidang yang sesuai dengan jabatan yang akan diduduki Tenaga Kerja Asing tersebut. Adapun jabatan yang diduduki TKA di Indonesia dibagi dalam 5 (lima) kategori, yaitu :73

1. Pimpinan; 2. Profesional; 3. Supervisor; 4. Teknisi/Operator; 5. lain-lain.

Terhadap tenaga kerja asing dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia dan/atau jabatan-jabatan tertentu yang selanjutnya diatur dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 223 Tahun 2003 tentang jabatan-jabatan di Lembaga Pendidikan yang Dikecualikan dari Kewajiban Membayar Kompensasi.

Jabatan-jabatan yang dilarang (closed list) ini harus diperhatikan oleh si pemberi kerja sebelum mengajukan penggunaan tenaga kerja asing. Selain harus mentaati ketentuan tentang jabatan, juga harus memperhatikan standar kompetansi yang berlaku. Ketentuan tentang jabatan dan standar kompetensi didelegasikan ke dalam bentuk Keputusan Menteri. Namun dalam prakteknya, kewenangan

73 Retno Dewi Broto, Data dan Penempatan Tenaga Kerja asing di Indonesia, www.google.com , diakses tanggal 1 Januari 2013 Pukul 22.00 WIB.

delegatif maupun atributif ini belum menggunakan aturan yang sesuai dengan UUK.

3. Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing

Peraturan Menteri ini dikelurakan dalam rangka pelaksanaan Pasal 42 ayat (1) UUK. Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing ini maka beberapa peraturan sebelumnya terkait dengan pelaksanaan Pasal 42 ayat (1) UUK ini yakni : Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.228/MEN/2003 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing; Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.20/MEN/III/2004 tentang Tata Cara Memperoleh Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing; Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.21/MEN/III/2004 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing Sebagai Pemandu Nyanyi/Karaoke; Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.07/MEN/III/2006 tentang Penyederhanaan Prosedur Memperoleh Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA); Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.15/MEN/IV/2006 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.07/MEN/III/2006 tentang Penyederhanaan Prosedur Memperoleh Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA); Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.34/MEN/III/2006 tentang Ketentuan Pemberian Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) Kepada Pengusaha Yang Mempekerjakan Tenaga Kerja

Asing Pada Jabatan Direksi atau Komisaris; dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (Pasal 44).

Selain harus memiliki izin mempekerjakan TKA, sebelumnya pemberi kerja harus memiliki rencana penggunaan TKA yang disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk kecuali bagi instansi pemerintah, badan-badan internasional dan perwakilan negara asing. Ketentuan mengenai tata cara pengesahan rencana penggunaan TKA diatur oleh Keputusan Menteri yaitu Kepmenakertrans Nomor: Kep.228/MEN/2003 tentang Rencana Penggunaan TKA (RPTKA). RPTKA ini minimal memuat beberapa hal sebagai berikut:

a. Alasan penggunaan TKA;

b. Jabatan dan/atau kedudukan TKA dalam struktur organisasi persusahaan yang bersangkutan;

c. Jangka waktu penggunaan TKA;

d. Penunjukan tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai pendamping TKA yang dipekerjakan untuk alih teknologi74

Terhadap setiap pengajuan/rencana penggunaan TKA di Indonesia harus dibatasi baik dalam jumlah maupun bidang-bidang yang dapat diduduki oleh TKA. Hal itu bertujuan agar kehadiran TKA di Indoesia bukanlah dianggap sebagai ancaman yang cukup serius bagi tenaga kerja Indonesia, justru kehadiran mereka sebagai pemicu bagi tenaga kerja Indonesia untuk lebih professional lagi dan selalu meng-up-grade dirinya agar dapat bersaing baik antara sesama tenaga

dan alih keahlian dari TKA.

74 Untuk tercapainya alih teknologi dan alih keahlian dari TKA ke tenaga kerja warga negara Indonesia, maka diadakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia sesuai dengan kwalifikasi jabatan yang diduduki oleh TKA kecuali bagi TKA yang menduduki jabatan direksi dan/atau komisaris.

kerja Indonesia maupun dengan TKA. Oleh karenanya UUK, membatasi jabatan-jabatan yang dapat diduduki oleh TKA. Terhadap TKA dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia dan/atau jabatan-jabatan tertentu yang selanjutnya diatur dengan Keputusan Menteri Tenga Kerja dan Transmigrasi Nomor 223 Tahun 2003 tentang Jabatan-jabatan di Lembaga Pendidikan yang Dikecualikan dari Kewajiban Membayar Kompensasi.

Jabatan-jabatan yang dilarang (closed list) ini harus diperhatikan oleh si pemberi kerja sebelum mengajukan penggunaan TKA. Selain harus mentaati ketentuan tentang jabatan, juga harus memperhatikan standar kompetansi yang berlaku. Ketentuan tentang jabatan dan standar kompetrensi didelegasikan ke dalam bentuk keputusan menteri.

Ketentuan tentang jabatan tersebut bertujuan agar kehadiran TKA di Indoesia bukanlah dianggap sebagai ancaman yang cukup serius bagi tenaga kerja Indonesia, justru kehadiran mereka sebagai pemicu bagi tenaga kerja Indonesia untuk lebih professional lagi dan selalu meng-up-grade dirinya agar dapat bersaing baik antara sesama tenaga kerja Indonesia maupun dengan TKA. Oleh karenanya UUK, membatasi jabatan-jabatan yang dapat diduduki oleh TKA. Terhadap TKA dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia dan/atau jabatan-jabatan tertentu yang selanjutnya diatur dengan Keputusan Menteri Tenga Kerja dan Transmigrasi Nomor 223 Tahun 2003 tentang

Jabatan-jabatan di Lembaga Pendidikan yang Dikecualikan dari Kewajiban Membayar Kompensasi.75

Selain karena kedua alasan tersebut diatas, pada hakekatnya tidak diperkenankan menggunakan Tenaga Kerja Asing dan harus mengutamakan penggunaan tenaga kerja Indonesia.76Hal ini sesuai dengan Keputusan Presiden No.75 Tahun 1995 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang, menyatakan bahwa “setiap pengguna Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang (TKWNAP) wajib mengutamakan penggunaan tenaga kerja Indonesia di semua bidang dan jenis pekerjaan yang tersedia”.77

1. Pasal 42 ayat (2), menyatakan bahwa “Pemberi kerja orang perseorangan dilarang memperkerjakan Tenaga Kerja Asing”.

Adapun beberapa larangan-larangan dalam memperkerjakan Tenaga Kerja Asing (TKA) ditinjau dari Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, adalah sebagai berikut :

2. Pasal 46 ayat (1), menyatakan bahwa “Tenaga Kerja Asing dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia dan/atau jabatan-jabatan tertentu”.

Selain larangan-larangan diatas, ada beberapa pengecualian dalam memperkerjakan Tenaga Kerja Asing (TKA) ditinjau dari Undang-Undang

75

Syarif H.S, Opcit, halaman 23.

76

Umar Kasim, Pertandingan Pengaturan Mengenai TKA yang menduduki Jabatan

Anggota Direksi atau Komisaris, www.google.com, diakses tanggal 29 Desember 2012 Pukul

17.00 WIB.

77 Pasal 2 ayat (1) Keppres No.75 Tahun 1959 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja WNA pendatang.

Republik Indonesia No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, yaitu sebagai berikut :

1. Pasal 42 ayat (3), menyatakan bahwa “Kewajiban memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tidak berlaku bagi perwakilan Negara asing yang mempergunakan Tenaga Kerja Asing sebagai pegawai diplomatic dan konsuler”.

2. pasal 43 ayat (3), menyatakan bahwa “Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), yaitu : Pemberi kerja yang menggunakan Tenaga Kerja Asing harus memiliki rencana penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) yang disahkan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk, tidak berlaku bagi instansi pemerintah, badan-badan internasional dan perwakilan Negara Asing”.

Dokumen terkait