• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seiring dengan bergeraknya roda perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2008 yang ditunjang adanya program Bantuan Langsung Tunai kepada keluarga miskin dalam upaya mempertahankan daya beli pasca diberlakukannya kenaikan harga BBM, serta pembayaran gaji ke 13 pada Juni 2008 kepada pegawai negeri sipil, telah mendorong meningkatnya aktivitas sistem pembayaran melalui Kantor Bank Indonesia Kendari, baik melalui transaksi tunai maupun non tunai.

Peningkatan transaksi tunai tercermin pada lebih besarnya uang kartal yang keluar dibandingkan dengan uang kartal yang masuk melalui perbankan dari dan ke Kantor Bank Indonesia Kendari. Sementara peningkatan transaksi non tunai terlihat pada volume dan nominal transaksi yang dilakukan baik melalui mekanisme Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) maupun melalui transaksi Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).

Sementara itu dalam upaya melaksanakan clean money policy sesuai yang diamanatkan dalam UU No.23 Tahun 1999, sebagaimana telah diubah dengan UU No.3 tahun 2004, Bank Indonesia Kendari senantiasa melakukan kegiatan kas keliling terutama di daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh perbankan guna tersedianya uang rupiah yang layak edar dalam jumlah dan pecahan yang cukup di masyarakat. Lebih lanjut, Bank Indonesia juga bekerja sama dengan PT. Pos Indonesia (Posindo) dalam rangka melayani penukaran uang tidak layak edar (UTLE) di daerah-daerah yang terpencil.

Guna meminimalisir meningkatnya peredaran uang palsu yang dapat merugikan masyarakat, KBI Kendari cukup aktif melakukan kegiatan preventif melalui edukasi berupa sosialisasi cici-ciri keaslian uang rupiah yang pada triwulan II-2008 dilakukan kepada masyarakat (pengunjung dan pedagang) di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Kendari dan pengunjung pameran pembangunan di Kabupaten Kolaka.

Terkait dengan peredaran uang palsu, temuan uang palsu yang dilaporkan ke Kantor Bank Indonesia Kendari pada triwulan II-2008 tidak begitu signifikan, hanya ditemukan 8 lembar uang palsu dengan rincian 1 lembar pecahan Rp10.000, 5 lembar pecahan Rp50.000 dan 2 lembar pecahan Rp100.000.

60

Grafik 5.1. Perkembangan Aliran Uang Masuk/Keluar ke/dari KBI Kendari

(8 0 0 ) (6 0 0 ) (4 0 0 ) (2 0 0 ) -2 0 0 4 0 0 6 0 0 8 0 0 1 .0 0 0 1 .2 0 0 T rw . I T rw . II T rw . III T rw . IV T rw . I T rw . II T rw . III T rw . IV T rw . I T rw . II 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8

In flo w O u tflo w N e t In flo w /O u flo w

Sumber : BI diolah

Grafik 5.2. Perbandingan Inflow & PTTB

-50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 2007 2008 M ili ar R p. 0% 20% 40% 60% 80% 100 120 Inflow PTTB % PTTB Thd Inflow

1. Perkembangan Aliran Uang Masuk (inflow) dan Uang Keluar (outflow) KBI Kendari.

Meningkatnya aktivitas perkenomian dan adanya kebijakan penyaluran BLT pasca kenaikan harga BBM serta adanya pembayaran gaji ke 13, telah mendorong peningkatan permintaan terhadap uang kartal melalui Kantor Bank Indonesia Kendari.

Aliran uang kartal yang keluar pada triwulan II-2008 mencapai Rp530.506 juta, sementara aliran uang kartal yang masuk sebesar Rp55.259 miliar sehingga terjadi net ouflow sebesar Rp475.247 juta. Aliran uang

keluar tersebut meningkat 65,96% dibandingkan triwilan II-2007 yang tercatat sebesar Rp319.650 juta (grafik 5.1)

Berdasarkan denominasinya, uang pecahan yang paling banyak masuk (inflow) adalah pecahan Rp50.000 diikuti oleh pecahan

Rp100.000. Dominannya uang keluar dalam pecaahan Rp50.000 tidak terlepas dari besarnya kebutuhan transaksi yang menggunakan uang pecahan tersebut. Selain dominasi tersebut, pasca diberlakukannya kenaikan tarif angkutan kota dari Rp2.000 mejadi Rp2.500 telah meningkatkan permintaan pecahan koin Rp500.

Untuk mengantisipasi kebutuhan masyarakat dan menjaga kelancaran transaksi keuangan pelaku ekonomi, khususnya para pedagang dalam memberikan uang kembalian kepada konsumennya, Bank Indonesia senantiasa memelihara jumlah uang beredar dalam jumlah yang cukup dan menerima penukaran uang kecil dari masyarakat dengan denominasi Rp1.000, Rp500, Rp.200, Rp100 dan Rp50.

2. Pemberian Tanda Tidak Berharga

(PTTB)

Bank Indonesia, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang No.23 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan uandang-undang No.3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia, merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk

61

mengedarkan uang kartal. Untuk menjalankan fungsi tersebut, Bank Indonesia Kendari senantiasa berusaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang kartal baik dalam jumlah maupun kualitas yang layak edar (clean money policy).

Untuk menjaga kelayakan uang yang diedarkan, Bank Indonesia secara rutin melakukan kegiatan penukaran uang lusuh/tidak layak edar melaui kegiatan perkasan pada setiap hari kerja, dan secara periodik melakukan kegiatan kas keliling. Uang yang tidak layak edar (lusuh/rusak) dan emisi yang telah ditarik dari peredaran yang diterima oleh Bank Indonesia kemudian dilakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB).

Pemberian PTTB pada triwulan II-2008 tercatat sebesar Rp54,00 miliar, turun 33,49% dibandingkan triwulan I-2008 yang sebesar Rp81,19 miliar. PTTB tersebut mencapai 97,72% dari total inflow (grafik 5.1). Tingginya prosentase PTTB terhadap inflow tidak terlepas adanya kebijakan setoran Bank Indonesia, dimana uang yang dapat disetorkan oleh perbankan ke Bank indonesia adalah yang yang tidak layak edar.

3. Perkembangan Kliring

Seperti halnya dengan kegiatan transaksi tunai, bergeraknya aktivitas perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2008 juga telah meningkatkan jumlah transaksi pembayaran non tunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), baik disisi volume maupun nominalnya. Volume kliring tercatat sebanyak sebanyak 39.729 transaksi, meningkat sebesar 26,05% dibandingkan triwulan I-2008 yang sebanyak 31.519 transaksi. Sementara nominal kliring mencapai Rp578,04 miliar atau rata-rata Rp192,68 miliar per bulan, meningkat 22,26% dibandingkan triwulan I-2008 yang sebesar Rp472,81 miliar (tabel 5.2). Transaksi melalui SKNBI ini umumnya dilakukan untuk transaksi dengan nominal kecil (dibawah Rp100 juta), sementara untuk transaksi di atas Rp100 juta dilakukan melalui Real

Time Gross Setlement (RTGS).

Tabel 5.1. Perkembangan Transaksi Melalui SKNBI

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II q-t-q y-o-y

Volume 25.501 27.071 30.146 30.402 31.519 39.729 26,05% 46,76%

Nominal (Juta Rp) 368.759 395.812 488.236 572.906 472.814 578.043 22,26% 46,04%

Transaksi 2007 2008 Growth

62 Berbeda dengan kegiatan transaksi SKNBI di Sulawesi Tenggara yang pada triwulan II-2008 mengalami peningkatan, perkembangan kegiatan SKN Non BI di Kota Bau-Bau sedikit mengalami penurunan, terutama dari nominal transaksinya. Total nominal transaksi tercatat sebesar Rp43,14 miliar, turun -18,19% (q-t-q) dibandingkan triwulan I-2008. Sementara volume transaksi meningkat sebesar 8,251% dari 982 transaksi menjadi 1.063 transaksi (tabel 5.3). Kegiatan SKN Non BI di Kota Bau-Bau yang pelaksanaanya dimuali pada triwulan II-2007 sangat membantu kelancaran aktifitas perekonomian di wilayah Bau-Bau dan sekitarnya.

Tabel 5.2. Perkembangan Transaksi Melalui SKN Non BI di Bau-Bau 2007 Growth Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II q-t-q Volume Na 18 697 914 982 1.063 8,25% Nominal (Juta Rp) Na 3.713 44.778 79.823 53.065 43.414 -18,19% Transaksi 2008

Ketenagakerjaan Daerah

Dokumen terkait