• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan (Trend) Laporan Keuangan PT Pupuk Kujang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Perkembangan (Trend) Laporan Keuangan PT Pupuk Kujang

menganalisis laporan keuangan menggunakan metode analisis trend atau yang biasa dikenal dengan analisis horizontal. Analisis trend (horizontal) digunakan untuk melihat pergerakan masing-masing komponen dalam laporan keuangan dari tahun ke tahun. Melalui analisis trend ini dapat diketahui kecenderungan atau perkembangan dari posisi keuangan maupun hasil-hasil (keuntungan) yang telah diperoleh perusahaan, apakah meningkat, menurun atau bahkan cenderung tidak bergerak (tetap).

Selain itu analisis ini juga berperan sebagai analisis pendukung dalam menginterpretasikan hasil analisis rasio sehingga komponen-komponen yang

dilihat dalam analisis trend adalah komponen yang digunakan dalam analisis rasio keuangan. Dalam penelitian ini tahun yang dijadikan sebagai tahun dasar dalam analisis trend adalah tahun 2001, dengan alasan bahwa tahun 2001 adalah tahun awal dari penelitian. Tabel hasil analisis trend terhadap laporan keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) dapat dilihat dalam Lampiran 6 dan Lampiran 7.

5.2.1. Perkembangan Neraca

Analisis trend terhadap laporan neraca dilakukan terhadap komponen- komponen yang digunakan untuk melihat kondisi keuangan perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tercermin dari komponen yang digunakan untuk menilai likuiditas perusahaan, yaitu aktiva lancar dan hutang lancar. Sedangkan untuk melihat kondisi keuangan jangka panjangnya dapat dilihat dari komponen yang digunakan dalam menilai solvabilitas perusahaan, seperti total aktiva, total hutang dan modal. Hasil analisis trend terhadap komponen-komponen laporan neraca yang digunakan untuk melihat likuiditas perusahaan dari tahun 2001-2005, menunjukkan bahwa komponen aktiva lancar dan hutang lancar menunjukkan perkembangan yang cenderung menurun namun terjadi peningkatan di akhir tahun untuk hutang lancar.

100 50.02 100 142.03 73.81 55.95 58.53 53.14 66.61 0 20 40 60 80 100 120 140 160 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun Tr end ( % ) Aktiva Lancar Hutang Lancar

Gambar 10. Perkembangan (trend) Komponen Likuiditas dalam Laporan Neraca PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005

Pada Gambar 10 terlihat terjadi peningkatan hutang lancar di tahun 2005 sebesar 42,03 persen dari tahun dasar. Peningkatan hutang lancar ini disebabkan pada tahun tersebut perusahaan mengalami kenaikan hutang jangka pendek karena adanya hutang jangka panjang yang telah jatuh tempo. Sedangkan penurunan aktiva lancar lebih disebabkan karena terjadi penurunan deposito berjangka perusahaan yang memiliki proporsi terbesar terhadap aktiva lancarnya.

Berbeda dengan aktiva lancar, dalam pos aktiva tetap terlihat kecenderungan peningkatan yang cukup besar dari tahun ke tahunnya seperti yang terlihat dalam Gambar 11. Peningkatan ini terjadi karena komponen aktiva tetap yakni aktiva tetap dalam pelaksanaan yang mengalami kenaikan yang sangat besar hingga mencapai 21.800,58 persen pada tahun 2005 atau naik sebesar 21.700,58 persen dari tahun 2001. Kenaikan aktiva tetap dalam pelaksanaan dalam dua tahun terakhir terjadi dikarenakan adanya pembangunan proyek Pupuk Kujang 1B yang diproyeksikan akan mengganti pabrik Pupuk Kujang 1A yang ada dan telah beroperasi sejak akhir tahun 1978.

4426.49 777.76 149.14 354.65 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun Tr e nd ( % ) Aktiva Tetap Total Kewajiban Modal Sendiri Total Aktiva

Gambar 11. Perkembangan (trend) Komponen-komponen Neraca PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005

Berdasarkan hasil analisis trend terhadap komponen neraca yang mencerminkan solvabilitas perusahaan menunjukkan kecenderungan yang meningkat dalam dua tahun terakhir dengan laju peningkatan terbesar terjadi dalam komponen total hutang dan diikuti oleh total aktiva dan modal sendiri.

Dalam Gambar 11 terlihat peningkatan terbesar terjadi pada komponen total hutang di tahun 2004 yang meningkat sebesar 653,96 persen dari tahun dasar. Kenaikan ini disebabkan karena perusahaan mengalami kenaikan hutang jangka panjang hingga mencapai 338.672,64 persen. Kenaikan yang sangat besar ini dikarenakan perusahaan mengambil kebijakan untuk melakukan pinjaman jangka panjang yang sebagian besarnya digunakan untuk membiayai pembangunan proyek Pupuk Kujang 1B tersebut.

Selanjutnya peningkatan juga terjadi dalam dua tahun terakhir pada komponen total aktiva dan modal sendiri. Peningkatan total aktiva terutama dikarenakan terdapat peningkatan dalam aktiva tetap yakni aktiva tetap dalam pelaksanaan yang peningkatannya mencapai 21.900,58 persen dari tahun dasar. Sedangkan peningkatan dalam komponen modal sendiri lebih disebabkan oleh peningkatan dana cadangan perusahaan baik cadangan umum maupun cadangan bertujuan.

5.2.2. Perkembangan Laba Rugi

Analisis trend terhadap laporan laba rugi perusahaan dilakukan pada komponen-komponen yang digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan didalam menghasilkan keuntungan (laba). Komponen-komponen tersebut antara lain jumlah penjualan, harga pokok penjualan, biaya usaha dan laba bersih. Hasil analisa trend terhadap laba rugi memperlihatkan adanya peningkatan nilai penjualan, harga pokok penjualan dan biaya usaha seperti yang terlihat dalam Gambar 12.

Peningkatan nilai penjualan perusahaan terutama disebabkan oleh naiknya angka penjualan non pupuk yakni penjualan amonia dan adanya tambahan pendapatan subsidi dari pemerintah dalam tiga tahun terakhir sehingga angka penjualan relatif mengalami peningkatan. Sedangkan penjualan pupuk (urea) cenderung berfluktuasi karena mengikuti jumlah produksi pupuk (urea) yang diproduksi perusahaan dengan harga jual pupuk (urea) yang ditetapkan.

122.25 120.81 157.53 172.94 197.12 62.54 98.44 120.57 133.08 139.93 68.94 65.93 0 50 100 150 200 250 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun Tr e n d ( % ) Penjualan Harga Pokok Penjualan Biaya Usaha Laba Bersih

Gambar 12. Perkembangan (trend) Komponen-komponen Laba Rugi PT. Pupuk Kujang (Persero) Periode 2001-2005

Terlihat dalam Gambar 12 laju peningkatan penjualan diikuti dengan laju peningkatan harga pokok penjualan yang besar peningkatannya hampir sama besar dengan peningkatan penjualan. Hal ini berarti bahwa peningkatan keuntungan yang diperoleh dari setiap penjualan yang dilakukan sebanding dengan peningkatan komponen pengurangnya (harga pokok penjualan). Akibatnya tingkat keuntungan yang diperoleh tidak terlalu berpengaruh terhadap peningkatan penjualan. Peningkatan harga pokok penjualan ini terutama disebabkan oleh tingginya biaya input produksi seperti biaya bahan baku dan penolong, terutama gas alam yang tarifnya masih mengikuti kurs Dollar.

Peningkatan juga terjadi pada komponen biaya usaha seperti biaya penjualan dan biaya umum dan administrasi perusahaan. Peningkatan biaya usaha (operasi) perusahaan dengan rata-rata sebesar 149,68 persen menyebabkan terjadinya penurunan tingkat keuntungan (laba bersih) yang diperoleh perusahaan seperti yang terlihat dalam Gambar 12. Untuk dapat meningkatkan tingkat keuntungan (laba bersih) yang diperoleh, maka perusahaan perlu untuk meningkatkan efisiensi dalam hal pengoperasian sumberdayanya yang salah satu caranya bisa dengan mengurangi atau meminimalkan biaya-biaya usaha (operasional) perusahaan.

Dokumen terkait