• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN YANKI DALAM KEHIDUPAN

PERKEMBANGAN YANKI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT DI JEPANG

3.1 Perkembangan Jaringan Yanki dalam Keluarga Yakuza di Jepang

Yanki sangatlah erat kaitan nya dengan yakuza karena kebanyakan dari anggota yakuza memiliki anak remaja yang masuk dalam kelompok yanki. Yakuza dari (やくざ atau ヤクザ) atau Gokudō (極道) adalah nama dari sindikat terorganisir di Jepang. Organisasi ini sering juga disebut mafia Jepang, karena ada kesamaan dengan bentuk organisasi yang asalnya dari Italia tersebut. Sejarah panjang Yakuza dimulai kira-kira pada tahun 1612, saat Shogun Tokugawa berkuasa dan menyingkirkan shogun Kasai sebelumnya. Pergantian ini mengakibatkan kira-kira 500.000 orang samurai yang sebelumnya disebut hatomo-yakko (pelayan shogun) menjadi kehilangan tuan, atau disebut sebagai kaum ronin. Shogun Kasai adalah salah satu Marga terbesar di Jepang dan sangat berpengaruh hingga saat ini.

Seperti kata pepatah : orang yang hanya punya martil cenderung melihat segala sesuatu bisa beres dengan dimartil, demikian juga dengan kaum ronin ini. Banyak dari mereka menjadi penjahat dan centeng. Mereka disebut sebagai kabuki-mono atau samurai nyentrik urakan yang ke mana-mana membawa pedang. Mereka berbicara satu sama lain dalam bahasa slang dan kode rahasia. Terdapat kesetiaan tinggi di antara sesama ronin sehingga kelompok ini sulit dibasmi.

Untuk melindungi kota dari para kabuki-mono, banyak kota-kota kecil di Jepang membentuk machi-yokko (satuan tugas (satgas) desa). Satgas ini terdiri dari para pedagang, pegawai, dan orang biasa yang mau menyumbangkan tenaganya untuk menghadapi kaum kabuki-mono. Walaupun mereka kurang terlatih dan jumlahnya sedikit, tetapi ternyata para anggota machi-yokko ini sanggup menjaga daerah mereka dari serangan para kabuki-mono. Di kalangan rakyat Jepang abad ke-17, kaum machi-yokko ini dianggap seperti pahlawan.

Masalah jadi rumit, karena setelah berhasil menggulingkan para ronin, para anggota machi-yokko ini malah meninggalkan profesi awal mereka dan memilih jadi preman. Hal ini diperparah lagi dengan turut campurnya Shogun dalam memelihara para machi-yokko ini. Ada dua kelas profesi para machi- yokko, yaitu kaum Bakuto (penjudi) dan Tekiya (pedagang). Namanya saja kaum pedagang tetapi pada kenyataannya, kaum Tekiya ini suka menipu dan memeras sesama pedagang. Walau begitu, kaum ini punya sistem kekerabatan yang kuat. Ada hubungan kuat antara Oyabun (Bos (bapak)) dan Kobun (bawahan (anak)), serta Senpai-Kohai (Senior-Junior) yang kemudian menjadi kental di organisasi Yakuza.

Waktu pun berlalu, kaum Bakuto dan Tekiya menjadi satu identitas sebagai Yakuza. Kaum yang asalnya bertugas melindungi masyarakat – menjadi ditakuti masyarakat. Para pimpinan Jepang memanfaatkan hal ini untuk mengendalikan masyarakat dan menggerakkan nasionalisme. Yakuza ikut direkrut oleh pemerintah Jepang dalam aksi pendudukan di Manchuria dan Cina oleh Jepang tahun 1930-an. Para Yakuza dikirim ke daerah tersebut untuk merebut tanah, dan memperoleh hak monopoli sebagai imbalan.

Peruntungan kaum Yakuza berubah setelah Jepang menyerang Pearl Harbor. Militer mengambil alih kendali dari tangan Yakuza. Para anggota Yakuza akhirnya harus memilih apakah bergabung dalam birokrasi pemerintah, jadi tentara atau masuk penjara. Dapat dikatakan pamor Yakuza menjadi tenggelam.

Setelah Jepang menyerah, para anggota Yakuza kembali ke masyarakat. Muncul satu orang yang berhasil mempersatukan seluruh organisasi Yakuza. Orang itu adalah Yoshio Kodame, seorang eks militer dengan pangkat terakhir Admiral Muda (yang dicapainya di usia 34 tahun). Yoshio Kodame berhasil mempersatukan dua fraksi besar Yakuza, yaitu Yamaguchi-gumi yang dipimpin Kazuo Taoka, dan Tosei-kai yang dipimpin Hisayuki Machii. Yakuza pun bertambah besar keanggotaannya terutama di periode 1958-1963 saat organisasi Yakuza diperkirakan memiliki anggota 184.000 orang atau lebih banyak daripada anggota tentara angkatan darat Jepang saat itu. Yoshio Kodame dinobatkan sebagai godfather-nya Yakuza.

Dalam keluarga Yakuza, anak-anak mereka yang telah remaja secara otomatis masuk ke dalam kelompom Yanki. Hubungan keduanya sangat lah erat, karena pergaulan Yanki dan Yakuza pun berada di daerah atau zona yang hamoir tidak jau berbeda. Karena dalam keluarga Yakuza, hidup Yakuza yang mewah juga menunjamg anak-anak mereka dalam kelompok Yanki tersebut. Pergaulan Yanki pun tidak jauh dari alkohol, narkoba, bahkan seks bebas.

Tetapi ada beberapa akibat yang ditimbulkan karena Yanki tersebut merupakan anak Yakuza, antara lain :

1. Pengalaman buruk dan menyedihkan jika suatu saat Yakuza tersebut bangkrut.

2. Cemoohan dari berbagai pihak karena tidak semua bisa menerima adanya yakuza tersebut.

3. Tekanan batin. 4. Kekerasan fisik.

5. Beban psikologis dalam hidupnya.

Dan bukan menjadi hal yang mengherankan hubungan antara Yanki dan yakuza, karena hubungan di dalam keluarga masing-masing yakuza pun sangat erat. Anak-anak dari kelompok yakuza tersebut pun ada yang dididik untuk menjadi yakuza generasi berikutnya dan dalam keluarga masing-masing ditanamkan bagaimana menjadi seorang yakuza profesional.

Tetapi menjadi seorang yakuza tidak selamanya mulus, ada masa dimana seorang yakuza mengalami kebangkrutan sehingga terlilit hutang dimana-mana. Inilah juga salah satu penyebab anak-anak dari anggota yakuza menjadi seorang Yanki. Bahkan remaja-remaja tersebut menjual dirinya demi membayar hutang orangtua nya kepada para penagih hutang.

3.2 Pengaruh Yanki dalam Kehidupan Sosial di Jepang

Setiap kelompok atau pun komunitas tertentu pasti mempunyai pengaruh sosial terhadap lingkungan sekitar nya. Jika di telaah secara lebih mendalam, kehidupan sosial Yanki yang ada di Jepang ini sangatlah erat hubungan sosialnya dengan bos-bos yakuza, anggota geng populer lainnya, dan juga sosial menengah ke atas. Maka tidak heran jika penampilan dalam berbusana pun secara otomatis mengikuti cara pandang sosial yang ada. Karena remaja-remaja yang tergabung dalam Yanki pun tersebar di kota-kota Jepang, pengaruh mereka pun cukup besar

terhadap remaja-remaja lainnya yang tidak tergabung dalam kelompok Yanki tersebut.

Sebuah survey oleh Nikkei Pemasaran Jurnal pada tahun 2007 menemukan bahwa 34% remaja yang berusia 20-an tidak pernah atau Jepang minum alkohol dan jumlah uang tabungan untuk mempersiapkan masa depan 2x lipat. Lalu pada sisa persenan nya, salah satu nya terdapat pada remaja Yanki bahwa kehidupan sosial mereka terlibat tidak jauh dengan kehidupan malam. Dan di kehidupan malam itu pun sangat dekat dengan alkohol. Mereka sangat terbiasa mengkonsumsi alkohol dan sering mabuk pada tengah malam.

Sebagian masyarakat Jepang sudah tidak terlalu terpengaruh dengan kelakuan remaja-remaja Yanki, di samping karena masyarakat Jepang yang tingkat mobilitas yang tinggi serta etos kerja yang tinggi juga maka masyarakat pun menjadi individualis.

Berhubung remaja-remaja Yanki ini dominan nya adalah anak dari anggota yakuza, mereka pun tak lekang dari olok-olok masyarakat Jepang lainnya. Pengaruh ini terjadi diakibatkan oleh yakuza yang terkadang di anggap meresahkan masyarakat. Terkadang ada juga remaja Yanki yang dalam pergaulan sekolah nya tidak mendapat tempat yang baik, seakan-akan lingkungan sosial tidak menganggap bahwa Yanki itu ada dalam kehidupan Jepang.

3.3 Dampak Positif dan Negatif yang Ditimbulkan dengan Adanya Yanki di Jepang

Setiap kelompok, komunitas, ataupun subkultur seperti Yanki pasti memiliki dampak positif dan negatif. Adapun dampak positif yang ditimbulkan

1. Keberagaman subkultur dalam masyarakat Jepang.

2. Dapat mempelajari setiap kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam remaja Yanki.

Dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya Yanki yaitu :

1. Cemoohan dari pihak-pihak tertentu yang tidak menerima adanya kehadiran Yanki dalam kehidupan Jepang.

2. Kekerasan fisik dan kekerasan batin yang dialami pada Yanki tersebut. 3. Kekerasan seks akibat dari seks bebas yang erat kaitan nya dengan

kehidupan mereka.

4. Perlakuan yang tidak adil dari masyarakat pada remaja Yanki tersebut. 5. Tekanan dari para lintah darat yang menagih hutang pada Yanki akibat

dari orangtua nya yang beranggotakan yakuza.

6. Diskriminasi dalam lingkungan sekolah atau pergaulan.

7. Remaja dapat terjerumus ke hal-hal negatif yang ada dalam kehidupan Yanki.

Apapun itu jenis subkultur yang ada dalam masyarakat, pasti memiliki dampak positif dan negatifnya. Tapi bagaimana kita sebagai remaja yang menjadi penerus bangsa dapat memilah mana yang baik dan mana yang buruk untuk kita hindari.

Dokumen terkait