• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkiraan Kebutuhan Tenaga Keperawatan

Bab II Tinjauan Pustaka

2.3 Perkiraan Kebutuhan Tenaga Keperawatan

Penetapan jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori yang akan dibutuhkan di setiap unit seperti kategori klien yang dirawat, rasio perawat untuk memenuhi asuhan keperawatan sesuai standar praktik keperawatan. Selain itu, penetapan jumlah tenaga dapat ditinjau berdasarkan waktu perawatan langsung, perawatan tidak langsung, dan pendidikan kesehatan. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk perawatan langsung (direct care) adalah 4-5 jam/klien/hari, perawatan tidak langsung (indirect care) adalah 36 menit/klien/hari, sedangkan untuk pendidikan kesehatan berkisar 15 menit/klien/hari(Gillies, 1994 dalam Arwani & Supriyatno, 2006).

Kategori keperawatan klien terbagi atas empat yaitu perawatan mandiri (self care), perawatan sebagian (partial care), perawatan total (total care), perawatan intensif (intensive care).

Perawatan mandiri (self care), yaitu klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan tindakan keperawatan dan pengobatan. Klien melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri. Perawatan sebagian

a. Perawatan mandiri (self care), yaitu klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan tindakan keperawatan dan pengobatan.

b. Perawatan sebagian (partial care), yaitu klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindakan keperawatan dan pengobatan tertentu, misalnya pemberian obat intravena, mengatur posisi.

c. Perawatan total (total care), yaitu klien memerlukan bantuan secara penuh dalam perawatan diri dan memerlukan observasi secara ketat.

d. Perawatan intensif (intensive care), yaitu klien memerlukan observasi dan tindakan keperawatan yang terus menerus.

2.3.1 Metode Penghitungan Tenaga Keperawatan

2.3.1.1 Metode Rasio

Metode rasio menurut SK Menkes No. 262 1979 Gillies (1994, dalam Arwani dan Supriyatno, 2006).

Rumah Sakit Perbandingan

Kelas A dan B tempat tidur:tenaga medis = 4-7:1 tempat tidur:tenaga keperawatan = 2:3-4 tempat tidur:tenaga non-keperawatan = 3:1 tempat tidur:tenaga non-medis = 1:1

Kelas C tempat tidur:tenaga medis = 9:1 tempat tidur:tenaga keperawatan = 1:1 tempat tidur:tenaga non-keperawatan = 5:1 tempat tidur:tenaga non-medis = 3:4

Kelas D tempat tidur:tenaga medis = 15:1 tempat tidur:tenaga keperawatan = 2:1 tempat tidur:tenaga non-medis = 6:1

2.3.1.2 Metode Gillies (Ilyas, 2004)

Rumus menghitung jumlah tenaga keperawatan adalah sebagai berikut :

Jumlah tenaga = AxBx365

(365-C) x jam kerja per hari

Keterangan: A = jumlah kerja tenaga keperawatan per hari B = jumlah pasien rata-rata per hari

C = hari libur

Jumlah hari libur di Indonesia kira-kira 76 hari yang terdiri dari 52 hari minggu, 12 hari cuti, dan 12 hari libur nasional.

Contoh:

Rata-rata perawatan selama 24 jam adalah 6 jam, untuk rumah sakit dengan jumlah 100 tempat tidur dan BOR 70%, kebutuhan tenaga perawat adalah:

Sensus harian = TT x BOR = 100x 70% = 70 A x B x 365 = 6 x 70 x 365 = 153.300

(365-C) x jam kerja/hari = (365 – 52) x 6 = 1878

Jumlah perawat yang dibutuhkan = 153.300/1878 = 81.63 (atau 82 perawat).

2.3.1.3 Metode Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Metode ini dikhususkan untuk menghitung tenaga

(A x 52 Mg) x (7 Hr (TT x BOR)

TP= x 125%

41 Mg x 40 jam

Keterangan:

TP = Tenaga Perawat

A = Jumlah Perawatan / 24 jam BOR = Bed Occupancy Rate

Contoh:

Rata-rata jam perawatan selama 24 jam adalah 6 jam, untuk rumah sakit dengan jumlah 100 tempat tidur dan BOR rata- rata 70%, kebutuhan tenaga perawat, adalah:

(Ax 52 Mg) x 7 hr (TT x BOR) = 6 x 52 x 7 x 100 x 0,7 =

152.880

152.880 : (41 x 40) x 125% = 116.5 (atau 117 perawat). (Ilyas, 2004).

2.3.1.4 Metode Thailand dan Filipina

Metode ini didasarkan pada jumlah jam perawatan yang dibutuhakan per pasien, hari kerja efektif perawat dalam 1 tahun, dan jumlah jam kerja efektif dalam 1 tahun. Hari kerja efektif perawatan dalam 1 tahun diperinci berdasarkan jumlah hari dalam 1 tahun (365 hari), jumlah hari kerja non-efektif dalam 1 tahun (jumlah hari minggu 52 hari, libur nasional 12 hari, dan cuti bulanan 12 hari), jumlah

hari efektif dalam 1 tahun, yaitu 365-76= 289 hari, dan jumlah hari efektif per minggu yaitu 289:7=41. Jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun, yaitu jam kerja dalam 1 tahun yaitu 41minggux 40 jam=1640 jam/tahun (Arwani dan Supriyatno, 2006).

Suatu penelitian yang dilakukan rumah sakit Propinsi di Filipina menghasilkan data sebagai berikut:

Jenis Pelayanan Rata-rata jam perawatan/pasien/hari

Non Bedah 3,4

Bedah 3,5

Campuran bedah dan non bedah 3,5

Post partum 3,0

Bayi baru lahir 2,5

2.3.1.5 Metode Ilyas

Rumus pada metode Ilyas adalah TP = A x B x 365

Keterangan:

A= jam perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan

Pasien).

B= sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur) Jam kerja/hari = 6 jam per hari.

365= jumlah hari kerja selama setahun 255= hari kerja efektif perawat/tahun

(365 – (12 hari libur nasional + 12 hari libur cuti tahunan) x ¾ = 255 hari).

2.3.2 Pedoman Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan berdasarkan DepKes RI (2005)

Kebutuhan tenaga keperawatan harus memperhatikan unit kerja yang ada di rumah sakit. Secara garis besar terdapat pengelompokan unit kerja di rumah sakit seperti di rawat inap dewasa, rawat inap anak/perinatal, rawat inap intensif, gawat darurat (IGD), kamar bersalin, kamar operasi, rawat jalan.

Beberapa model pendekatan yang dapat dipergunakan dalam penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakit :

1. Di rawat Inap, cara perhitungan berdasarkan :

- Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus - Rata-rata pasien perhari

- Jam perawatan yang diperlukan /hari/pasien - Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari - Jam kerja efektif setiap perawat/bidan 7 jam perhari Contoh perhitungan dalam satu ruangan:

No. Jenis / Kategori Rata-rata pasien/hari Rata-rata jam perawatan pasien/hari Jumlah jam perawatan/hari a B c d e

1 Pasien penyakit dalam 10 3,5 35

2 Pasien bedah 8 4 32

3 Pasien gawat 1 10 10

4 Pasien anak 3 4,5 13,5

5 Pasien Kebidanan 1 2,5 2,5

Jadi jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah: Jumlah jam perawatan

Jam kerja efektif per shift

93 = 13 perawat 7

Perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi) dengan

a. Hari libur/cuti/hari besar (loss day)

Jml hari Minggu dalam 1 thn + cuti + hari besar x jml perawat tersedia Jml hari kerja efektif

52+ 12 + 14 = 78 hari X 13 = 3,5 orang 286

b. Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan (non nursing jobs) seperti contohnya ; membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien, dll diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan

Jumlah tenaga keperawatan + loss day X 25 100

13 + 3,5 X 25 = 4,1 100

Jumlah tenaga = tenaga yg tersedia + faktor koreksi

16,5 + 4,1 = 20,6 (dibulatkan 21 perawat/bidan)

Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk contoh di atas adalah 21 orang. 2. Tingkat ketergantungan pasien : Pasien diklasifikasikan dalam beberapa kategori yang didasarkan pada kebutujan terhadap asuhan keperawatan kebidanan meliputi : asuhan keperawatan minimal (minimal care), asuhan keperawatan sedang, asuhan keperawatan agak berat, asuhan keperawatan maksimal Contoh Kasus: No. Kategori Rata-rata jumlah pasien/hari Jumlah jam perawatan/hari Jumlah jam perawatan/hari (c x d) a b c d e 1 2 3 4 Askep minimal (minimal care) Askep sedang Askep agak berat Askep maksimal 7 7 11 1 2 3,08 4,15 6,16 14 21,56 45,65 6,16 Jumlah 26 87,37

Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : 87,37 = 12,5

7

Perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi) dengan cara: a. Hari libur/cuti/hari besar (loss day)

Jml hari Minggu dalam 1 thn + cuti + hari besar x jml perawat tersedia Jml hari kerja efektif

52+ 12 + 14 = 78 hari x 12,5 = 3,4 orang 286

b. Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan (non nursing jobs).

Membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien, diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.

Jumlah tenaga perawat + loss day x 25 100

12,5 + 3,4 x 25 = 3,9 100

Jumlah tenaga = tenaga yg tersedia + faktor koreksi

Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk kasus di atas adalah sebanyak 21 orang.

3. Kamar Operasi

a. Dasar perhitungan tenaga di kamar operasi berdasarkan : jumlah dan jenis operasi, jumlah kamar operasi, pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam per hari) pada hari kerja, tugas perawat di kamar operasi, instrumentator, perawat sirkulasi (2 orang/tim).

Ketergantungan pasien :

► Operasi besar : 5 jam/ 1 operasi ► Operasi sedang : 2 jam/ 1 operasi ► Operasi kecil : 1 jam/ 1 operasi

Jumlah jam perawatan/hari x Jumlah operasi x jml pwt dlm tim Jam kerja efektif/hari

Contoh Soal:

Dalam satu RS terdapat 30 opersi per hari, dengan perincian: -. Operasi besar : 6 orang

-. Operasi sedang : 15 orang -. Operasi kecil : 9 orang

[(6x5 jam)+(15x2 jam)+(9x1 jam)] x 2 = 19,71 + 1 (perawat cadangan inti)

7 jam

Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di kamar operasi untuk contoh kasus di atas adalah 20 orang

b. Di ruang penerimaan dan RR

Ketergantungan pasien di ruang penerimaan : 15 menit Ketergantungan pasien di RR : 1 jam 1,25 X 30 = 5,3 orang (dibulatkan 5 orang)

7

Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di ruangan penerimaan dan RR adalah 5 orang

4. Gawat Darurat

Dasar perhitungan di unit gawat darurat adalah : a. Rata-rata jumlah pasien/hari

b. Jumlah jam perawatan/hari c. Jumlah efektif Perawat/hari

Contoh :

-. Rata-rata jumlah pasien/hari = 50 -. Jumlah jam perawatan = 4 jam -. Jam efektif/hari = 7 jam

50 X 4 78

--- = 35,7 = 29 orang + loss day ( --- X 29 ) = 7,9 (8 orang) 7 286

= 29 orang + 8 orang = 37 5. Critical Care

◊. Rata-rata jumlah pasien/hari = 10

◊. Jumlah jam perawatan/hari = 12

Jadi kebutuhan tenaga perawat di Critical Care : 10 X 12 78

--- = 17,15 = 17 orang + loss day ( --- X 17 ) = 4,6 7 286

= 17 orang + 5 orang = 22 orang 6. Rawat Jalan

◊. Rata-rata jumlah pasien 1 hari = 100

◊. Jumlah jam perawatan 1 hari = 15

Jadi kebutuhan tenaga perawat di Critical Care : 100 X 15 15

--- = 4 orang + koreksi 15% = --- x 4 = 0,6 (1 orang) 7 X 60 100

7. Kamar Bersalin

a. Waktu yang diperlukan untuk pertolongan persalinan mencakup kala I s/d IV = 4 jam/pasien

b. Jam efektif kerja bidan 7 jam/hari

c. Rata-rata jumlah pasien setiap hari = 10 pasien Contoh :

Jumlah bidan yang diperlukan 10 ps x 4 jam/ps 40

--- = --- = 5,7 = ± 6 orang + loss day

7 jam/hr 7

Douglas (1984) dalam Ilyas (2004) menyampaikan standar waktu pelayanan pasien rawat inap rumah sakit dengan mengkategorikan pasien sebagai berikut:

a. Self Care: 1-2 jam/hari. Artinya: pasien masih bisa melakukan kegiatan pribadi sendiri, kecuali makan obat harus tetap ditunggu, agar tidak salah obat. Pasien masih bisa mandi sendiri, makan sendiri atau melakukan kebutuhan pribadi lainnya: jadi tidak terlalu banyak waktu yang dibutuhkan untuk melayani.

b. Partial Care: 3-4 jam/hari. Artinya: pasien masih dapat melakukan

kegiatan pribadi tetapi membutuhkan pelayanan asuhan keperawatan untuk kegiatan yang membutuhkan kemampuan fisik karena relative masih

lemah atau tidak diperbolehkan meninggalkan tempat tidur sehingga membutuhkan keahlian keperawatan selama 3-4 jam/hari

c. Total Care: 5-7 jam/hari. Artinya: pasien membutuhkan asuhan

keperawatan dan kebutuhan personel lainnya total bergantung kepada perawat.

Jumlah Tenaga Perawat yang dibutuhkan dalam satu ruang rawat

Klasifikasi Klien

Minimal Parsial Total Jumlah

Klien

Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam

1 2 3 0,17 0,34 0,51 0,14 0,28 0,42 0,07 0,14 0,21 0,27 0,54 0,81 0,15 0,30 0,45 0,10 0,20 0,30 0,36 0,72 1,08 0,30 0,60 0,90 0,20 0,40 0,60

Sumber: Douglas (1984, dalam Sitorus 2006)

Contoh:

Suatu ruang rawat dengan 22 klien (3 klien dengan perawatan minimal, 14 klien dengan perawatan parsial, dan 5 klien dengan perawatan total) jumlah perawat yang dibutuhkan untuk jaga pagi adalah :

3 x 0,17 = 0,51 14 x 0,27 = 3,78 5 x 0,36 = 1,80

Jumlah 6,09 (atau 6 perawat pada shift pagi)

Cara lain untuk menetukan jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan dijelaskan oleh Loveridge dan Cummings (1996) didasarkan pada tingkat keseriusan kondisi klien yang di rawat di rumah sakit, yaitu dengan sistem klasifikasi klien (patient classification systems) atau sistem akuitas (acuity systems).

Terdapat dua jenis sistem akuitas yaitu evaluasi prototipe dan evaluasi faktor. Pada evaluasi prototipe, klien dikelompokkan ke dalam kelas, yang meliputi:

Kelas I 2 jam/24 jam Kelas II 3 jam/24 jam Kelas III 4,5 jam/24 jam Kelas IV 6 jam/24 jam

Contoh: di ruang rawat inap terdapat 3 klien kelas II, 14 klien kelas III, dan 3 klien kelas IV, jumlah jam yang dibutuhkan adalah (3 jam x 3 klien) + (4,5 jam x 14 klien) + (6 jam x 3 klien) = 90 jam. Terdapat 3 kali pergantian jaga, 35% waktu untuk pagi, 35% sore, dan 30% malam.

Pagi/sore = 90 jam x 35% = 3,94 atau 4 orang 8 jam

Malam = 90 jam x 30% = 3,37 atau 3 orang 8 jam

Pada evaluasi faktor, klien dikelompokan berdasarkan jumlah nilai yang didapat berdasarkan indikator kritis atau unit nilai relatif (relative value units, RVUs).

Kelas I 0-10 point Kelas II 11-25 point Kelas III 26-40 point Kelas IV > 41 point

Contoh: Apabila dalam suatu ruangan terdapat 3 klien kelas II, 14 klien kelas 3, dan 3 klien kelas IV, diperlukan 645 RVUs. Berdasarkan studi para pakar ditemukan bahwa setiap 1 RVUs dibutuhkan waktu 3 menit.

645 RVUs x 3 menit/RVUs = 1.935 menit 1935 menit = 32.25 jam perawat 60 menit/jam

32.25 jam = 4,03 orang

8 jam/orang (Sitorus, 2006).

2.4 Konseptual Frame Work

Pengembangan dan perencanaan SDM keperawatan dengan menggunakan

conseptual framework for nursing workforce management didasarkan atas 3 aspek, yaitu:

2.4.1 Kebijakan dan perencanaan

Kebijakan adalah suatu mekanisme yang menetapkan batasan atau batas untuk tindakan administratif dan menentukan arah untuk diikuti. Kebijakan sebagai pernyataan umum yang luas dari tindakan yang diharapkan yang dipakai sebagai petunjuk untuk membuat keputusan manajerial atau untuk mengatasi tindakan bawahan (Swanburg, 2000). Pembuatan kebijakan adalah bagian dari fungsi perencanaan manajemen puncak salah satunya adalah perencanaan SDM. Perencanaan SDM merupakan pengambilan keputusan oleh pimpinan organisasi artinya ada proses pengambilan keputusan sehingga semua personel yang memiliki otoritas diberi kesempatan untuk duduk bersama mengambil keputusan tentang rencana SDM rumah sakit dimasa depan. Diharapkan personel tersebut mempunyai persepsi yang sama terhadap masalah sehingga mempunyai titik temu untuk menyelesaikan masalah tersebut (Ilyas, 2004).

Pimpinan rumah sakit harus dapat meramalkan tentang kebutuhan jumlah dan jenis SDM dimasa depan. Dengan menggunakan data kecendrungan indikator rumah sakit dan informasi seperti: BOR, angka rawat inap, angka kunjungan rawat jalan, jumlah penduduk dan data epidemiologis, maka pimpinan rumah sakit dapat meramalkan kecendrungan tuntutan masyarakat akan pelayanaan kesehatan (Ilyas, 2004).

Menurut WHO, 2003 kebijakan dan perencanaan terbagi atas tiga hal yaitu a. Keterlibatan perawat dalam kebijakan kesehatan dan perencanaan

program.

b. Rencana strategik keperawatan sebagai bagian integral dari sumber perencanaan dan pengembangan sistem kesehatan sumber daya manusia

c. Rencana dan kebijakan terkait dengan sumber dan finansial

a. Keterlibatan perawat dalam kebijakan kesehatan dan perencanaan program:

- Semua kebijakan kesehatan mempengaruhi perawat karena perawat yang dekat dan sering kontak langsung dengan pasien, keluarga dan masyarakat.

- Perawat secara langsung dipengaruhi oleh perubahan dalam kebijakan kesehatan, apakah kebijakan finansial kesehatan, kebijakan terhadap pasien atau keputusan dalam pelayanan yang terbaru.

- Keterlibatan perawat dapat membantu perkembangan profesi keperawatan termasuk kapasitas untuk bekerja dan membangun semua tingkat sistem kesehatan untuk mencapai kekuatan dalam pelayanan kesehatan.

Menjamin keterlibatan perawat secara efektif dalam pengembangan kebijakan, fasilitas dan dorongan yang tepat, pengembangan keterampilan dan pengetahuan tidak dapat memberikan penekanan yang berlebih. Sulit bagi sistem kesehatan untuk mengembangkan kebijakan secara tepat, jika perawat tidak familiar dengan pemikiran kritis pada kebijakan yang efektif (WHO, 2003).

b. Rencana strategik keperawatan sebagai bagian integral dari sumber perencanaan dan pengembangan sistem kesehatan sumber daya manusia

Pengembangan rencana strategi diperlukan untuk memberikan arahan kerja bagi perawat, dan mengidentifikasi hasil yang dicapai. Suatu rencana memberikan pendekatan terstruktur untuk kegiatan dan plan of action (POA) dan kerjasama lintas sektoral secara tepat. Proses dalam rencana strategi harus multidisiplin dan keuntungan dari multidisiplin meliputi adanya hubungan dengan multidisiplin yang baru, pertukaran pelajaran yang saling menguntungkan serta menciptakan kolaborasi (WHO, 2003).

c. Kebijakan dan rencana yang terkait dengan finansial

Untuk menjadi efektif sistem kesehatan membutuhkan jumlah perawat yang tepat, kompetensi yang tepat, dan area kerja yang tepat.

Peningkatan jumlah perawat akan meningkatkan jumlah biaya. Budget kesehatan tidak diperluas untuk peningkatan biaya sehingga tidak menghasilkan peningkatan perawat, perbaikan kuantitas dan kualitas perawat. Tidak menghasilkan investasi karena perawat merupakan input untuk sistem kesehatan yang efektif. Terjaminnya investasi yang tepat dalam keperawatan, maka pengetahuan dan biaya pelayanan dalam sistem finansial hendaknya sebaik keterampilan dalam pelayanan (WHO, 2003).

2.4.2 Pengembangan, Pendidikan, dan Pelatihan

Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoretis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan pelatihan (Hasibuan, 2008).Merencanakan pengembangan merupakan cara untuk membantu pekerja untuk menjaga atau meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaannya. Pengembangan pekerja memfokuskan pada pelatihan di tempat kerja, penugasan pada proyek khusus, rotasi pada pekerjaan lain, belajar mandiri, pelatihan internal, dan eksternal, mentoring, menghadiri konferensi, seminar dan lokakarya (Wibowo, 2007).

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 15 tanggal 13 September 1974 dalam Hasibuan M, 2008 pendidikan adalah segala usaha untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia Indonesia, jasmaniah dan rohaniah, yang berlangsung seumur hidup, baik didalam maupun diluar sekolah dalam rangka pembangunan persatuan Indonesiadan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila (Hasibuan, 2008). Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek dari pada teori (Hasibuan , 2008).

Tujuan pelatihan dan pengembangan karyawan menurut Handoko (2001) antara lain: Pelatihan dan pengembangan dilakukan untuk menutup ”gap” antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan, program-program tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran-sasaran kerja yang telah ditetapkan.

Tujuan pengembangan menurut Hasibuan (2004) adalah untuk produktivitas kerja, efisiensi, kerusakan, kecelakaan, pelayanan, moral, karier, konseptual, dan kepemimpinan.

Jenis-jenis pengembangan menurut Hasibuan (2008) antara lain:

a. Pengembangan secara informal yaitu karyawan atas keinginan dan usah sendiri melatih dan mengembangkan dirinya dengan mempelajari buku-buku literatur yang ada hubungannya dengan pekerjaan atau jabatannya.

b. Pengembangan secara formal yaitu karyawan ditugaskan perusahaan untuk mengikuti pendidikan atau latihan, baik yang dilakukan perusahaan maupun yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan. Pengembangan pendidikan secara formal dilakukan perusahaan karena tuntutan pekerjaan saat ini ataupun masa datang, yang sifatnya nonkarier atau peningkatan karier seorang karyawan.

Sasaran pengembangan karyawan menurut Hasibuan ( 2008) adalah meningkatkan kemampuan dan keterampilan teknis mengerjakan pekerjaan atau technical skills, meningkatkan keahlian dan kecakapan pemimpin serta mengambil keputusan atau managerial skills dan conceptual skills.

Sasaran pelatihan dan pengembangan menurut Handoko (2001) adalah:

a. Isi program; isi program ditentukan oleh identifikasi kebutuhan-kebutuhan dan sasaran-sasaran pelatihan.

b. Prinsip-prinsip belajar; prinsip-prinsip ini adalah program bersifat partisipatif, relevan, pengulangan dan pemindahan, serta memberikan umpan balik mengenai kemajuan para peserta latihan. Semakin terpenuhi prinsip-prinsip tersebut maka latihan akan semakin efektif.

Ada dua kategori program pelatihan dan pengembangan manajemen menurut Handoko (2001) , yaitu metode praktis (on-the- job training), teknik-teknik presentasi informasi dan metode-metode simulasi (off-the-job training).

Metode pengembangan menurut Hasibuan M, 2008 terdiri dari atas: metode latihan atau training, metode pendidikan atau education

Kendala-kendala dalam pengembangan menurut Hasibuan M, 2008 adalah a. Peserta ; peserta pengembangan mempunyai latar belakang yang tidak sama

atau heterogen

b. Pelatih atau instruktur; pelatih atau instruktur yang ahli dan cakap menstransfer pengetahuannya kepada peserta latihan dan pendidikan sulit didapat

c. Fasilitas pengembangan; fasilitas sarana dan prasarana pengembangan yang dibutuhkan untuk latihan dan pendidikan sangat kurang atau tidak baik.

d. Kurikulum; kurikulum yang ditetapkan dan diajarkan kurang serasi atau menyimpang serta tidak sistematis untuk mendukung sasaran yang diinginkan. e. Dana pengembangan; dana yang tersedia untuk pengembangan sangat

terbatas, sehingga sering dilakukan secara terpaksa, bahkan pelatihan maupun sarananya kurang memenuhi persyaratan yang dibutuhkan.

Tugas manajer adalah menyediakan pelatihan, teknologi yang memadai dan dukungan bagi karyawan. Pelatihan bertujuan memelihara dan meningkatkan kemampuan kerja saat ini dilakukan, sedangkan pengembangan lebih bertujuan pada keterampilan yang dibutuhkan karyawan dimasa datang dalam pengembangan karier selanjutnya. Pengembangan staf dapat dilakukan dengan dua cara utama, yaitu pengalaman pekerjaan serta pendidikan tambahan. Pengembangan mutu dan karier perawat dapat ditujukan untuk promosi pada jabatannya yang sekarang atau promosi kebidang tugas lain (Aditama, 2004).

Menurut WHO, 2003 bahwa pengembangan, pendidikan dan pelatihan terdiri dari:

a. Koordinasi antara pendidikan dan pelayanan

Koordinasi antara pendidikan dan praktik pelayanan membutuhkan arahan pendidikan, yaitu suatu kritik untuk mencapai pelayanan kesehatan yang wajar dan dapat diterima. Mekanisme kekuatan koordinasi antara pendidikan dan pelayanan diperlukan untuk menerima perawat pendidik yang relevan untuk kebutuhan pelayanan dan sebagai persyaratan. b. Rekrutmen calon mahasiswa keperawatan

Strategi harus dikembangkan untuk memampukan mahasiswa dari kemiskinan sosial ekonomi, latarbelakang, dan mempunyai potensial perawat yang berkualitas. Kesempatan rekrutment menjadi lebih kompleks dimana perawat diterima dengan gaji yang rendah, insentif yang lemah dan

status yang rendah. Selain itu buruknya distribusi perawat disetiap sektor profesi kesehatan.

c. Pendidikan berdasarkan kompetensi

Pendidikan yang didasarkan kompetensi mempunyai pendekatan yang berbeda. Kurikulum, metoda pembelajaran dan penerapan pembelajaran didesain untuk mengembangkan kompetensi, pengetahuan dan keterampilan. Kompetensi yang dimiliki perawat sebagai standar dalam pemberian pelayanan sehingga dapat memperbaiki kualitas pelayanan. d. Pembelajaran multidisiplin

Strategi multidisiplin merupakan strategi positip yang mempengaruhi kerjasama tim, pemahaman yang saling menguntungkan dan memperbaiki komunikasi.

e. Budaya belajar sepanjang hayat

Budaya belajar sangat diperlukan bagi profesi kesehatan. Pengetahuan dapat meningkat dengan budaya belaajr sepanjang hayat.

f. Sistem pendidikan berkelanjutan

Sistem pendidikan berkelanjutan sangatlah penting untuk mempertahankan, menerima, dan memperbaiki secara terus menerus manajemen keperawatan dan pelayanan. Strategi untuk mengembangkan sistem pendidikan yang berkelanjutan melalui komite multidisiplin, anggota yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Konsil keperawatan juga mempunyai peranan penting dalam

sistem pendidikan berkelanjutan ini seperti adanya lisensi untuk praktek melalui registrasi.

Rekruitment dan Seleksi

Sumber tenaga baru di rumah sakit dapat berasal dari jawaban terhadap iklan yang dibuat, calon yang datang melamar sendiri, badan penyalur tenaga kerja serta rekomendasi dari petugas rumah sakit sendiri. Selain itu tenaga baru juga bisa didapat dari Universitas, organisasi profesi, sekolah kejuruan kesehatan dan lain-lain.

Willan JA (1990) dalam Aditama (2004), menyatakan bahwa calon pekerja di rumah sakit biasanya membutuhkan informasi antara lain informasi tentang rumah sakit secara umum, jenis pekerjaan yang ditawarkan, kemungkinan pengembangan rumah sakit dimasa datang, gaji dan fasilitas yang akan didapatnya, kemungkinan kesempatan pendidikan lanjutan.

Proses yang dapat dilakukan dalam menseleksi pegawai baru dapat meliputi wawancara, tes tertulis tentang pengetahuan yang sesuai kerjanya maupun pengetahuan lain secara umum, mempelajari curriculum vitae, menghubungi pimpinan kerja sebelumnya, tes langsung kemampuan yang dipunyai (misalnya mendemonstrasikan penggunaan komputer, kemampuan melakukan pembedahan), serta tes psikologi (Aditama, 2004).

2.4.3 Penempatan dan Utilisasi

Menurut WHO, 2003 penempatan dan utilisasi terbagi atas:

a. Keterampilan dan kompetensi komplementer

Keterampilan (skill mix) dan kompetensi komplementer dapat terjadi dalam tim kesehatan. Skill mix sangat penting, karena diasumsikan dapat meningkatkan biaya dan tuntutan kualitas. Variasi peran dan

Dokumen terkait