• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK

2. Perkreditan

a. Pengertian Kredit

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Pokok-Pokok Perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah:

“penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan”.

Berdasarkan pengertian kredit tersebut di atas maka unsur-unsur kredit terdiri dari:

2) Debitur

3) Obyek yang dipinjamkan 4) Perjanjian

5) Waktu pinjaman

6) Kesepakatan dalam perjanjian b. Tujuan Pemberian Kredit

Tujuan kredit didasarkan kepada usaha untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan prinsip ekonomi, yaitu dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh manfaat (keuntungan) yang sebesar-besarnya.

Menurut Abdullah (2003 : 72), tujuan kredit dapat dilihat melalui dua pendekatan yaitu:

1) Pendekatan mikro ekonomi

Tujuan pemberian kredit adalah untuk mendapatkan suatu nilai tambah baik bagi nasabah (debitur) maupun bagi bank sebagai kreditur.

2) Pendekatan makro ekonomi

Pemberian kredit merupakan salah satu instrumen untuk menjaga keseimbangan jumlah uang beredar di masyarakat.

c. Fungsi Kredit

Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan (Thomas Suyatno, 1992:16-18) adalah sebagai berikut: 1) Kredit dapat meningkatkan daya guna uang

a) Para pemilik uang/modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan, untuk meningkatkan produksi atau untuk meningkatkan usahanya. b) Para pemilik uang/modal dapat menyimpan uangnya pada

lembaga-lembaga keuangan. Uang tersebut diberikan sebagai pinjaman kepada perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan usahanya.

2) Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran baru seperti cek, giro bilyet, dan wesel, sehingga pembayaran-pembayaran dilakukan dengan cek, giro bilyet, dan wesel maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral. Disamping itu kredit perbankan yang ditarik secara tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang kartal, sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang pula.

3) Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang

Dengan mendapat kredit, para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat. Di samping itu, kredit dapat pula meningkatkan peredaran barang, baik melalui penjualan secara kredit maupun dengan membeli barang-barang dari satu tempat dan menjualnya ke tempat lain. Pembelian tersebut uangnya berasal

dari kredit. Hal ini juga berarti bahwa kredit tersebut dapat pula meningkatkan manfaat suatu barang.

4) Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakan diarahkan kepada usaha-usaha antara lain: pengendalian inflasi, peningkatan ekspor, dan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat. Untuk mengendalikan inflasi, pemerintah melaksanakan kebijakan uang ketat melalui pemberian kredit yang selektif dan terarah, untuk melindungi usaha-usaha yang bersifat non-spekulatif.

5) Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha

Setiap orang yang berusaha selalu ingin meningkatkan usahanya, namun ada kalanya dibatasi oleh kemampuan di bidang permodalan. Bantuan kredit yang diberikan oleh bank dapat mengatasi kekurangmampuan para pengusaha di bidang permodalan, sehingga para pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya.

6) Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan

Dengan bantuan kredit dari bank, para pengusaha dapat memperluas usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru yang akan menimbulkan kebutuhan akan tenaga kerja, sehingga pemerataan pendapatan akan meningkat pula.

Bank-bank besar di luar negeri yang mempunyai jaringan usaha, dapat memberikan bantuan dalam bentuk kredit, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada perusahaan-perusahaan di dalam negeri. Bantuan dalam bentuk kredit tidak saja dapat mempererat hubungan ekonomi antarnegara yang bersangkutan tetapi juga dapat meningkatkan hubungan internasional.

d. Jenis Kredit

Kredit dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa aspek pendekatan (Abdullah, 2003: 73-76) berikut ini:

1) Menurut tujuan pemberian/penggunaan a) Kredit komersial

Yaitu kredit yang ditujukan untuk membiayai kebutuhan dunia usaha, baik dalam bentuk revolving maupun kredit non-revolving. Misalnya: pinjaman rekening koran.

b) Kredit konsumtif

Yaitu kredit yang dipergunakan untuk pembelian barang tertentu bukan keperluan usaha melainkan untuk pemakaian (konsumsi) dan merupakan pinjaman yang bersifat non-revolving. Misalnya: kredit pemilikan kendaraan.

2) Menurut jangka waktu kredit a) Kredit jangka pendek

Yaitu kredit yang memiliki jangka waktu maksimum satu tahun.

b) Kredit jangka menengah

Yaitu kredit yang memiliki jangka waktu di atas satu tahun sampai dengan tiga tahun.

c) Kredit jangka panjang

Yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun. 3) Menurut bentuk jaminan

a) Kredit dengan jaminan

Yaitu kredit yang diberikan karena adanya jaminan dari debitur.

b) Kredit tanpa jaminan

Yaitu pemberian kredit dengan tidak berdasarkan barang jaminan.

4) Menurut status hukum debitur a) Kredit bagi debitur korporasi

Yaitu kredit yang diberikan kepada debitur berstatus badan hukum dan dalam jumlah kredit berskala menengah/besar. b) Kredit bagi debitur perorangan

Yaitu kredit yang diberikan kepada debitur berstatus perorangan dan jumlah kredit berskala kecil.

5) Menurut segmen usaha a) Whole Loans

Yaitu kredit yang diberikan kepada debitur untuk menjalankan bidang usaha.

b) Retail Loans

Yaitu kredit yang diberikan kepada debitur untuk tujuan konsumsi.

6) Menurut sifat pemakaian dana a) Kredit revolving

Yaitu kredit yang dananya dapat ditarik berulang-ulang. b) Kredit non-revolving

Yaitu kredit yang dananya dilakukan sekaligus dan pelunasannya dilakukan secara bertahap maupun sekaligus. 7) Menurut sumber dana pembiayaan

a) Kredit likuiditas

Yaitu kredit yang sebagian sumber dana pembiayaannya diperoleh melalui Kredit Likuiditas Bank Indonesia.

b) Kredit pihak ketiga

Yaitu kredit yang sebagian sumber dana pembiayaannya diperoleh dari dana pihak ketiga (giro, tabungan, deposito). e. Analisis Kredit

Analisis kredit adalah suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisis atau menilai suatu permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur kredit sehingga dapat memberikan keyakinan kepada pihak bank bahwa proyek yang akan dibiayai dengan kredit bank cukup layak (feasible) (Lukman Dendawijaya, 2000:91).

Sebelum kredit dikucurkan kepada calon debitur, harus diadakan analisa secara akurat mengenai kondisi debitur, sehingga tidak terjadi kredit bermasalah (kredit macet). Ada beberapa cara dalam melakukan analisis kredit, yaitu dengan analisis 6C dan 6A. Analisis kredit berdasarkan prinsip 6C (Teguh Pudjo Muljono, 2002:11-16), yaitu:

1) Character (Watak)

Character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur. Manfaat dari penilaian soal karakter ini untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kejujuran dan integritas serta tekad baik yaitu kemauan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dari calon debitur.

2) Capacity (Kemampuan)

Capacity merupakan suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau yang akan dilakukannya yang akan dibiayai dengan kredit dari bank.

3) Capital (Modal)

Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur. Apakah ia akan mampu melunasi hutangnya?

4) Collateral (Jaminan)

Collateral merupakan barang-barang jaminan yang diserahkan oleh debitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya.

5) Condition of Economic (Kondisi Ekonomi)

Condition of economy yaitu situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain yang mempengaruhi keadaaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk suatu kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit.

6) Constraint

Constraint yaitu batasan-batasan atau hambatan-hambatan yang tidak memungkinkan seseorang melakukan business di suatu tempat.

Analisis kredit berdasarkan prinsip 6A (Lukman Dendawijaya, 2000:95-101), yaitu:

1) Aspek Yuridis (Hukum)

Analisis ini bertujuan untuk meneliti ketentuan-ketentuan legalitas dari badan hukum yang akan memperoleh bantuan kredit dari bank. Analisis ini meliputi berbagai aspek, yaitu badan usaha, izin-izin yang harus dimiliki, dan perjanjian-perjanjian.

2) Aspek Pasar dan Pemasaran

Analisis ini bertujuan untuk meneliti kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi produk atau jasa yang diproduksi dari proyek yang dibiayai dengan kredit bank, serta meneliti strategi pemasaran apa yang digunakan oleh investor.

3) Aspek Teknis

Analisis ini bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengelola proyek dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan proyek serta kesiapan teknis perusahaan dalam melakukan operasinya kelak.

Analisis aspek teknis meliputi: a) Lokasi Pabrik/Pemilihan Lokasi

(1) Faktor Bahan Baku (2) Faktor Pasar

(3) Faktor Tenaga Kerja (4) Faktor Angkutan (5) Faktor Tanah b) Bangunan (1) Bangunan Pabrik (2) Bangunan Gudang (3) Bangunan Kantor (4) Bangunan Prasarana c) Sistem dan Alat Transportasi d) Peralatan Kantor

1. Komputer dan Telepon

2. Facsimile, Mesin Fotocopy, Mesin Gambar e) Layout Bangunan

(1) Spesifikasi Bahan Baku (2) Sumber Bahan Baku

(3) Syarat, Harga dan Pengiriman (4) Syarat Angkutan

(5) Syarat Penyimpanan (6) Kontinuitas Bahan Baku g) Persediaan

(1) Bahan Baku dan Penolong (2) Barang Setengah Jadi (3) Barang Jadi

h) Persediaan

(1) Mesin Produksi (2) Mesin Pembantu (3) Peralatan Pabrik (4) Tata Letak Mesin (5) Kapasitas Teknis (6) Cara Bekerja Mesin (7) Rencana Produksi (8) Peralatan

(9) Suku Cadang i) Proses Produksi j) Produksi Percobaan k) Pembuangan Sisa Proses

4) Aspek Manajemen

Analisis ini bertujuan untuk menilai kemampuan dan kecakapan dari manajemen pengelola proyek ataupun manajemen perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Analisis pada aspek manajemen meliputi berbagai subaspek sebagai berikut:

a) Struktur Organisasi b) Uraian Tugas c) Sistem dan Prosedur d) Kebutuhan Tenaga Kerja e) Evaluasi Pribadi Pengusaha 5) Aspek Keuangan

Analisis ini bertujuan untuk menilai kemampuan dan kecakapan dari manajemen pengelola proyek atau manajemen perusahaan dalam bidang keuangan. Analisis pada aspek keuangan ini meliputi penilaian data keuangan perusahaan yang sudah beroperasi dengan analisis rasio keuangan.

Rasio-rasio yang akan digunakan dalam menganalisis kredit untuk calon debitur (Sumber PT. BRI (Persero) Tbk. Kantor Cabang Katamso)) adalah sebagai berikut:

a) Liquidity Ratio (Rasio Likuiditas)

Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya

(Jopie Jusuf, 1995:50). Rasio likuiditas dapat diukur dengan dua rasio sebagai berikut:

(1) Current Ratio 100% Liabilites Current Asset Current Ratio Current = × (2) Quick Ratio 100% s Liabilitie Current Inventory Assets Current Ratio Quick = ×

b) Solvability Ratio (Rasio Solvabilitas)

Rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi (Darsono dan Ashari, 2005:54). Rasio solvabilitas dapat diukur dengan empat rasio sebagai berikut:

(1) 100% Panjang Jangka Hutang Menengah Jangka Hutang EBITDA × + (2) 100% yad tahun 1 Pokok bunga Biaya EBITDA × +

(3) Times Interest Earned Ratio 100% Bunga Biaya EBIT × (4) 100% Assets Total Equity ×

c) Activity Ratio (Rasio Aktivitas)

Digunakan untuk mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya yang ditanam dalam piutang dagang dan persediaan. Dalam hal ini, PT. BRI (Persero) Tbk. Kantor Cabang Katamso mempunyai kebijakan tersendiri untuk tidak menyertakan rasio ini dalam standar kelayakan kredit. Hal tersebut dengan pertimbangan bahwa setiap usaha memiliki karakteristik aktivitas yang berbeda-beda jadi sulit untuk menentukan patokan yang sesuai. Namun, tetap menggunakan rasio ini sebagai acuan untuk menentukan cashflow dan menilai usaha calon debitur.

d) Profitability Ratio (Rasio Profitabilitas)

Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas terdiri dari: (1) Profit Margin Ratio

100% Sales Net Profit Ratio Margin Profit = ×

(2) Return on Asset (ROA)

100% Assets Total Tax after Earning Asset on Return = × (3) Pertumbuhan Penjualan

Dalam hal ini, PT. BRI (Persero) Tbk. Kantor Cabang Katamso tidak menyertakan ROE karena ROA sudah dapat mewakili

untuk rasio ini. Aktiva lebih representatif untuk menggambarkan suatu usaha.

PT. BRI (Persero) Tbk. Kantor Cabang Katamso dalam menganalisis kredit calon debiturnya menggunakan analisis 5C yang terdiri dari analisis kualitatif dan kuantitatif sebagai berikut: 1) Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui kualitas dan

stabilitas usaha calon debitur dengan mempertimbangkan posisi pasar dan persaingan, serta prospek usahanya. Selain itu juga dilakukan penilaian terhadap karakter calon debitur, latar belakang dan kualitas manajemennya.

2) Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui kondisi keuangan calon debitur.

Berikut standar kelayakan kredit PT. BRI (Persero) Tbk. Kantor Cabang Katamso berdasarkan aspek non finansial dan finansial, yaitu:

1) Aspek Non Finansial a) Karakter

(1) Tingkat kepercayaan (2) Pengelolaan rekening bank (3) Reputasi bisnis

b) Posisi pasar

(1) Kualitas produk atau jasa (2) Strategi dan ketergantungan (3) Lokasi usaha

c) Situasi persaingan

(1) Perkembangan pasar dan situasi persaingan (2) Struktur internal perusahaan

d) Manajemen

(1) Kualifikasi komersial (2) Kualifikasi teknis

Penilaian untuk aspek non finansial di atas dengan menggunakan sistem skoring risiko sebagai berikut:

0 = risiko rendah 1 = risiko bisa diterima 2 = risiko tinggi

3 = risiko sangat tinggi 2) Aspek Finansial

a) Current Ratio > 140% b) Quick Ratio > 35%

c) EBITDA / (Hutang Jangka Mngh + Hut Jk Pjng) ≥ 40% d) EBITDA / (Biaya bunga + pokok 1 thn yad) ≥ 50% e) EBIT / Bunga > 150%

g) ROAthn ini > ROAyll h) PMthn ini > PMyll

i) Pertumbuhan penjualan tahun ini > penjualanyll

Penilaian untuk aspek finansial juga menggunakan sistem skoring risiko; 0 = risiko rendah berarti memenuhi, 3 = risiko tinggi berarti tidak memenuhi. Kemudian diskor total jika ≤ 12 maka diterima, jika > 12 maka ditolak.

Standar tersebut merupakan kebijakan sendiri PT. BRI (Persero) Tbk. Kantor Cabang Katamso, tidak mengikuti kebijakan dari Bank Indonesia. PT. BRI (Persero) Tbk. Kantor Cabang Katamso mempunyai studi kelayakan sendiri untuk mencari titik aman dan memenuhi prinsip kehati-hatian dalam perkreditan. Asalkan tidak menyalahi atau melanggar aturan dari Bank Indonesia.

6) Aspek Sosial-Ekonomi

Analisis ini bertujuan untuk menilai sejauh mana proyek yang akan dibangun dan dibiayai dengan kredit bank memiliki value added yang tinggi dilihat dari sudut pandang sosial maupun makroekonomis.

f. Keputusan Pemberian Kredit Modal Kerja

Untuk memutuskan layak dikabulkannya suatu pemberian kredit harus melalui beberapa proses. Suatu pemberian kredit modal usaha layak dikabulkan jika nasabah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan pihak bank seperti kelengkapan surat-surat yang harus

dilampirkan, 6C dinilai baik dan 6A dalam pertimbangan pemberian kredit dinilai layak/aman.

Sehubungan dengan permasalahan yang akan dibahas maka suatu pemberian kredit layak dikabulkan jika secara umum kondisi keuangan perusahaan dinilai aman. Penilaian ini diperoleh melalui perhitungan dan analisis rasio-rasio keuangan.

Tahap-tahap yang harus ditempuh oleh calon debitur untuk memperoleh kredit (www.legalitas.org) adalah:

1) Tahap pengajuan permohonan dan persiapan kredit 2) Tahap penilaian dan pemeriksaan

3) Tahap analisis kredit 4) Tahap keputusan kredit

5) Tahap pelaksanaan dan administrasi kredit 6) Tahap pengawasan

Dokumen terkait