BAB II TINJAUAN PUSTAKA
C. Cakupan Materi PPh Pasal 21
5. Perlakuan Akuntansi Sehubungan Dengan PPh Pasal 21
Pembayaran gaji dan upah harus dilakukan dengan teliti. Di satu pihak para pegawai harus menerima hak-haknya tanpa kurang sedikitpun, di lain pihak juga jangan sampai terjadi yang dibayarkan melebihi hak-hak pegawai.
Untuk keperluan itu, sebelum gaji/upah dibayarkan harus dibuat perhitungan secukupnya. Dalam praktek di perusahaan-perusahaan, terdapat berbagai variasi cara perhitungan, misalnya banyak perusahan yang membuat “ Daftar Gaji/Upah” dan “Rincian Gaji/Upah”. Daftar gaji memuat hak-hak semua pegawai (yang dapat diukur dengan satuan uang), beserta segala pengurangan/potongan yang harus dikurangkan dari hak-hak mereka. Rincian gaji/upah berisi informasi yang mirip daftar gaji/upah, tetapi dibuat untuk setiap pegawai (Narko, 2005).
b. Perlakuan Akuntansi terhadap pembayaran gaji/upah
Perlakuan akuntansi sehubungan dengan pembayaran gaji/upah bertujuan menentukan akun yang di debit dan di kredit atau dengan kata lain menentukan ayat jurnal yang sesuai. Dalam hal menentukan akun apa saja yang di debit dan di kredit, kebijakan perusahaan dapat berbeda dengan perusahan yang lain, tetapi satu hal yang pasti, jumlah rupiah akun yang di debit dan di kredit harus sama.
1) Jenis Potongan Yang Mengurangi Gaji Pegawai
Dalam rincian gaji/upah yang termasuk dalam elemen yang mengurangi gaji adalah elemen-elemen yang secara riil memang dikurangkan dari gaji/upah pegawai, misalnya: iuran THT tanggungan pegawai, iuran pensiun tanggungan pegawai, dan PPh. Sementara itu elemen pengurangan berupa biaya jabatan dan PTKP tidak dikurangkan
pada saat menghitung gaji/upah yang dibawa pulang pegawai karena “elemen” pengurangan” tersebut hanyalah “fasilitas pengurangan” peraturan pajak semata, bukan elemen pengurangan atas uang yang akan dibawa pulang pegawai.
2) Jenis Rekening/Akun Yang Dipergunakan
Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan akuntansi yang mengharuskan komponon akun “biaya” dirinci dalam biaya gaji, premi AKK, biaya premi AK, biaya iuran THT,dan biaya iuran pensiun, sementara akun yang di kredit sama.
6. Contoh Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21 a. Penghasilan pegawai tetap dengan gaji bulanan
Bapak Ali (K-1) bekerja pada PT Bima tahun 2006 dengan gaji Rp 9.000.000,- sebulan. Perusahaan masuk jamsostek, premi asuransi kecelakaan kerja dan premi asuransi kematian tanggungan perusahan Rp 120.000,- dan Rp 100.000,- per bulan. Perusahaan menanggung iuran THT Rp 150.000,- perbulan sedang pegawai membayar iuran THT sebesar Rp 110.000,- per bulan. Disamping itu perusahaan masuk program pensiun yang pendiriannya disahkan Menteri Keuangan. Perusahaan menanggung iuran pensiun untuk pegawai tersebut Rp 190.000,- per bulan, sedang pegawai membayar iuran pensiun sebesar Rp 160.000,- per bulan
Permi asuransi kec. Kerja 120.000
Premi asuransi kematian 100.000
Penghasilan bruto sebulan Rp 9.220.000
Dikurangi
Biaya jabatan 5% Rp 108.000
Iuran THT 110.000
Iuran pensiun 160.000
(378.000)
Penghasilan neto sebulan Rp 8.842.000
Penghasilan neto setahun (x12) 106.104.000
PTKP K-1 setahun (15.600.000)
PKP setahun Rp 90.504.000
Penghasilan Kena Pajak setahun
Tarif 5% Rp 1.250.000
Tarif 10% 2.500.000
Tarif 15% 6.075.600
Rp 9.825.600
PPh sebulan (: 12) Rp 818.800
Perhitungan biaya pada perusahaan rincian gaji/upah
Gaji Januari 9.000.000 Gaji 9.000.000
Premi AKK 120.000 Dikurangi
Iuran THT 150.000 2. Iuran Pensiun 160.000 Iuran Pensiun 190.000 3. PPh Psl 21 818.800
(1.088.800) Total 9.560.00 Gaji bawa pulang pegawai 7.911.200
Ayat jurnal saat gaji/upah terutang
Biaya Gaji/Upah 9.560.000
Utang gaji/upah 7.911.200
Utang Premi AKK 120.000
Utang Premi AK 100.000
Utang Iuran THT 260.000
Utang Iuran Pensiun 350.000
Utang PPh Pasal 21 818.800
b. Perhitungan PPh Pasal 21 atas karyawati kawin
Ny. Isa bekerja pada PT Bima tahun 2006 dengan gaji Rp 2.100.000/bulan dan membayar iuran pensiun Rp 50.000/bulan. Status K/0. Berdasarkan Surat Keterangan Camat, suaminya tidak mempunyai penghasilan apapun.
Gaji Rp 2.100.000
Dikurangi
Biaya jabatan 5% Rp 105.000
(155.000) Penghasilan neto/bulan Rp 1.945.000 Penghasilan neto/th (x12) Rp 23.340.000 PTKP (K/0)/th (14.400.000) PKP/th Rp 8.940.000 PPh Pasal 21 (5% x Rp 8.940.000)/th Rp 447.000 PPh Pasal 21/bulan (:12) Rp 37.250
c. Perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan dariMLM/Direct Selling Ibu Yayah (K/1) adalah anggota MLM produk tertentu, memperoleh penghasilan dari kegiatan MLM dalam bulan Maret 2006 sebesar Rp 2.000.000,-. Suami Ibu Yayah bekerja sebagai pegawai negeri.
Penghasilan bruto bulan Maret 2005 Rp 2.000.000
PTKP bulanan (13.200.000/12) (1.100.000)
PKP bulan Maret 2005 Rp 900.000
PPh Pasal 21 (5% x Rp 900.000) Rp 45.000
d. Penerima pensiun yang dibayarkan secara bulanan
Teja (K-2) pegawai PT Mulia pensiun tahun 2005. Tahun 2006 menerima pensiun sebulan Rp 2.000.000,-
Pensiun sebulan Rp 2.000.000
Dikurangi:
Maksimum diperkenankan (36.000)
Penghasilan netto sebulan Rp 1.964.000
Penghasilan netto setahun 23.568.000
PTKP (K-2) (16.800.000)
PKP Rp 6.768.000
PPh Pasal 21 setahun (5% x 6.768.000) Rp 338.400 PPh Pasal 21 sebulan (Rp 338.400 :12) Rp 28.200
e. Pegawai tidak tetap yang dibayar secara bulanan
Wahyu bekerja pada sebuah perusahaan tenun dengan dasar upah harian yang dibayarkan bulanan. Dalam bulan Januari 2006 ia bekerja 20 (dua puluh) hari dan upah seharinya adalah Rp 80.000,-. Wahyu kawin dan belum punya anak (K/-).
Upah bulan Januari (20 x 80.000) Rp 1.600.000
Penghasilan neto setahun (12 x 1.600.000) 19.200.000
PTKP (K/-) (14.400.000)
PKP setahun Rp 4.800.000
PPh Pasal 21 setahun (5% x Rp 4.800.000) Rp 240.000 PPh Pasal 21 sebulan (Rp 240.000 : 12) Rp 20.000
f. Penerima Honorarium dan pembayaran lain
Ali adalah seorang penceramah memberikan ceramah pada lokakarya dan menerima honorarium Rp 1.000.000. Perhitungan PPh Pasal 21 yang dipotong (tarif Pasal 17):
5% x Rp 1.000.000 =Rp 50.000,-
g. Komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang dagangan atau petugas dinas luar asuransi
Tri seorang penjaja barang dagangan hasil produk si PT Jaya, dalam bulan April 2006 menerima komisi sebesar Rp 750.000,-
PPh Pasal 21 = 10% x Rp 750.000 =Rp 75.000(bersifat final)
h. Penerima hadiah atau penghargaan sehubungan dengan perlombaan Ali pemain tennis yang tinggal di Jakarta menjadi juara dalam suatu turnamen dan mendapat hadiah Rp 30.000.000,-
PPh Pasal 21 yang terutang atas hadiah turnamen adalah : 5% x Rp 25.000.000,- = Rp 1.250.000
10% x Rp 5.000.000,- = Rp 500.000 =Rp 1.750.000
i. Honorarium yang diterima tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas Gatot seorang arsitek, bulan Maret 2006 menerima honorarium Rp 20.000.000 dari PT Abang sebagai imbalan atas jasa teknik.
Perhitungan PPh Pasal 21 :
15% x 50% x 20.000.000,- =Rp 1.500.000,-
j. Penghasilan atas pegawai harian lepas, upah satuan, upah borongan Upah harian
Bambang (bujangan) tahun 2006 menerima upah harian sebesar Rp 200.000 per hari potongan PPh Pegawai pada hari kerja ke satu dihitung sebagai berikut.
upah sehari Rp 200.000
upah sehari tidak kena pajak (110.000)
upah sehari terutang pajak Rp 90.000
PPh Pasal 21 (5% x Rp 90.000,-) Rp 4.500
Misalkan dalam satu bulan takwim Bambang terus bekerja sampai dengan hari kerja ke 6 = 7 x Rp 200.000,- = Rp 1.400.000,- (sudah melebihi Rp 1.100.000,-) karenanya dikenai PTKP harian sesungguhnya)
Upah 6 hari Rp 1.400.000
PTKP 6 X Rp 13.200.000/360 (220.002)
Upah 6 hari terutang pajak Rp 1.179.998
PPh Pasal 21 (5% x 1.179.998) 59.000
PPh sudah dipotong 5 hari x Rp 4.500 (22.500)
PPh dipotong pada hari kerja ke 6 Rp 36.500
Pada hari kerja ke 8 dan seterusnya, dipotong :
PTKP per hari ( 13.200.000/360 ) (36.667)
Upah per hari terutang pajak Rp 163.333
PPh Pasal 21 (5% x Rp 163.333) Rp 8.167
Upah Satuan
Parjo (bujangan) tahun 2006 bekerja sebagai perakit pesawat TV. Memperoleh upah Rp 100.000,- per TV yang dirakit. Misalkan dalam satu minggu (6 hari) dihasilkan 12 TV, upah dibayar mingguan.
Upah 6 hari kerja ; 12 TV x Rp 100.000 Rp 1.200.000 (sudah melebihi Rp 1.100.000, karenannya dikenai PTKP sesungguhnya)
PTKP 6 hari : 6 x Rp 13.200.000/360 (220.000)
Upah 6 hari terutang pajak Rp 980.000
PPh Pasal 21 (5% x Rp 980.000) Rp 49.000
Upah borongan
Darto (K/1) tahun 2006 mengerjakan dekorasi dengan upah borongan Rp 1.250.000. Pekerjaan selesai 4 hari dibayarkan setelah pekerjaan selesai.
Upah 4 hari Rp 1250.000
(sudah melebihi Rp 1.100.000, dikenai PTKP sesungguhnya)
PTKP 4 hari : 4 x 15.600.000/360 (173.333)
Upah 4 hari terutang pajak Rp 1.076.667
k.Penghasilan berupa uang tebusan pensiun, tunjangan hari tua (THT),dan uang pesangon yang dibayarkan sekaligus oleh Dana Pensiun yang telah disahkan Manteri Keuangan
Eko bulan Maret 2006 menerima tebusan pensiun dari Dana Pensiun “X” Rp 75.000.000
Penghasilan Bruto Rp 75.000.000
Dikecualikan dari pemotong (25.000.000)
Penghasilan Kena Pajak Rp 50.000.000
PPh Pasal 21 yang terutang :
5% x Rp 25.000.000 Rp 1.250.000
10% x Rp 25.000.000 Rp 2.500.000
Jumlah PPh Pasal 21 yang terutang (bersifat final) Rp 3.750.000
l. Penghasilan pegawai yang dipindah tugaskan ke daerah lain dalam tahun berjalan
Bpk Alimin bujangan adalah pegawai sebuah perusahaan Jakarta. Gaji per bulan sebesar Rp 2.200.000,-, pegawai dipotong iuran pensiun sebesar Rp 25.000 per bulan. Mulai 1 Juni 2006 ia dipindahkan ke kantor cabang Yogya. Gaji dan potongan tetap.
a. Di kantor pusat Jakarta (Jan-Mei :5 bulan)
Gaji 5 x Rp 2.200.000 Rp 11.000.000
Dikurangi
Iuran pensiun 125.000
(665.000)
Penghasilan neto 5 bulan Rp 10.335.000
Penghasilan neto/th (12/5x) 24.804.000
PTKP /th (13.200.000)
PKP/th Rp 11.604.000
PPh 5% (th) 580.200
PPh 1 bulan (:12) 48.350
PPh terutang untuk 5 bulan 241.750
PPh sudah dipotong (241.750)
Kurang.lebih dipotong NIHIL
b. Di kantor cabang Yogya (Jun-Des : 7 bulan)
Gaji 7 x Rp 2.200.000 Rp 15.400.000
Dikurangi
Biaya jabatan 5% Rp 756.000
Iuran pensiun 175.00
(931.000)
Penghasilan neto 7 bulan Rp 14.469.000
Penghasilan neto Jakarta 10.335.000
Rp 24.804.000
PTKP/th (13.200.000)
PKP/th Rp 11.604.000
PPh dipotong di Jakarta (241.750)
PPh terutang di Yogya (7 bulan) Rp 338.450
PPh sudah dipotong di Yogya (338.450)
Kurang /lebih dipotong NIHIL
D. Hubungan jenis kelamin dengan pemahaman mahasiswa mengenai PPh