• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLAKUAN LINGKUNGAN DAN KEMAMPUAN FONOLOGI ANAK

4.1 Perlakuan Lingkungan Bahasa pada Karim

Karim merupakan anak pertama dari pasangan suami istri Feisal dan Tini. Ketika Karim dilahirkan, kedua orang tua Karim merupakan mahasiswa tingkat magister yang mendapatkan beasiswa dari Dikti sehingga mereka tidak bekerja selama kuliah. Meski demikian, waktu yang mereka miliki tidak cukup untuk dapat secara bergantian mengasuh Karim. Jadwal Kuliah yang terkadang bersamaan serta aktifitas kuliah yang seringkali padat menyebabkan nenek dari Karim pun datang ke Jogja untuk mengurus Karim ketika kedua orang tuanya tidak dirumah. Karim sempat diurus oleh ibunya secara intensif selama tiga bulan. Selanjutnya, ibu dan ayahnya kuliah sehingga Karim diasuh oleh neneknya. Tantenya yang juga kuliah di Jogja kemudian datang turut mengasuh Karim di saat senggang. Dengan demikian, sejak ia

dilahirkan, Karim tinggal bersama ibu, ayah, nenek, dan tantenya. Terdapat beberapa perlakuan yang biasa dilakukan oleh anggota keluarga Karim sejak baru lahir hingga berumur 20 bulan.

1) Pengenalan Bahasa

Sejak Karim berusia 2 bulan, sebelum tidur, ia dinyanyikan, didengarkan ayat suci Al-quran, atau diajak keluar rumah sambil diperkenalkan benda-benda yang berada disekelilingnya. Saat diperkenalkan pada benda-benda, ia hanya diam dan memperhatikan benda yang sedang diperkenalkan. Di pagi hari, Karim akan diajak jalan-jalan menyusuri perumahan. Meski ia belum mengerti mengenai benda-benda, keluarganya tetap mengenalkan setiap benda yang dilaluinya saat berjalan-jalan. Karim juga terlihat seperti memperhatikan setiap benda yang diperkenalkan padanya. Pada awalnya, Karim hanya akan melirikkan matanya pada suatu benda yang diperkenalkan dan ditanyakan padanya. Namun kemudian, ketika organ bicaranya sudah memungkinkan ia dalam mengucapkan bunyi-bunyi, maka ia akan menunjuk segala sesuatu yang membuatnya penasaran. Keluarga Karim akan meberi tahu nama-nama benda yang ditunjuknya tersebut secara berulang ulang lalu kemudian mengonfirmasi kembali pada Karim.

Dialog 9

OD : “ini bunga, bunganya warna putih. Kalo yang ini daun, nah kalo yang itu namanya pohon”

KM : (menunjuk pada daun dengan pandangan yang seperti ingin bertanya) OD : “ini daun, warnanya hijau. ini bunga, bunganya warna putih., nah kalo yang itu namanya pohon”

KM : (menunjuk pohon)

OD : “itu pohon, yang ini daun, yang ini bunga”

KM : (menunjuk lagi pada pohon, bunga, ataupun daun)

OD : (menjawab berulang ulang hingga Karim tidak lagi menanyakannya)

Pengenalan terhadap suatu objek tidak hanya dilakukan ketika Karim sedang jalan-jalan namun juga pada setiap kondisi seperti saat mandi, makan, dsb. Sambil memakaikan baju atau menyuapi makan, Karim diperkenalkan pada objek-objek yang berada disekitarnya. Pada video TV DKM 20150203(1), ketika Karim berusia 12 bulan terlihat percakapan antara Karim dan ibunya. Pada saat itu, Karim sedang memegang boneka Hello Kitty kemudian ibunya memberi tahu bahwa boneka tersebut bernama Kitty.

Dialog 10 T : Kitty KM : hah? T : Kitty KM : ah? T : Hello Kitty

KM : hah?

Ibunya akan terus menerus memberi tahu nama boneka tersebut. Hal ini dikarenakan ibunya percaya bahwa perkenalan objek yang dilakukan secara berulang-ulang dan bersifat berkelanjutan akan mempercepat perkembangan bahasa anak. Selain itu, keluarga Karim juga menempelkan stiker berupa gambar-gambar hewan dan huruf-huruf serta pohon kecil di dinding. Buku-buku bergambar serta buku cerita juga diberikan orang tuanya untuk memperkenalkan bahasa.

Pada saat pengenalan bahasa, meskipun telah dilakukan sebelum anak mampu mengucapkan kata, anak telah dapat memproses suatu lambang beserta bunyinya untuk dimasukkan ke dalam kognisinya. Hubungan-hubungan lambang atau benda dengan bunyi, dan dasar-dasar pemakaian lambang atau benda tersebut merupakan suatu proses kognisi yang terjadi di luar bahasa. Namun demikian, proses ini akan erat kaitannya dengan pemerolehan bahasa. Piaget (dalam Chaer, 2009: 55) mengemukakan bahwa pemerolehan bahasa dan pikiran yang tepat memiliki kaitan yang erat dalam pembentukan bahasa. Ia juga mengungkapkan bahwa ucapan-ucapan bahasa pertama yang keluar memiliki waktu yang serentak dan hubungan yang erat dengan adanya permainan lambang, peniruan, dan bayangan-bayangan mental.

Pada dialog 9, dapat dilihat bahwa Karim belum dapat berucap kata-kata sehingga bahasa yang digunakan adalah bahasa non-verbal dengan gerakan kinesik berupa menunjuk, melirik, atau gerakan tubuh lainnya. Jikapun ia mengeluarkan bunyi-bunyi namun bunyi tersebut belum memiliki arti fonemis. Pada percakapan 10

juga Karim belum dapat bunyi-bunyi yang memiliki arti fonemis namun jika dilihat dari naiknya intonasi yang terdapat dalam bunyi yang dikeluarkan, intonasi tersebut merupakan intonasi yang digunakan pada saat bertanya. Intonasi tanya tersebut dapat diartikan bahwa Karim menginginkan ibunya untuk mengulang kembali apa nama dari benda yang ia pegang. Beberapa bulan kemudian, saat inventori fonem Karim telah memiliki variasi yang cukup banyak dan ia telah dapat mengucapkan kata pertamanya, perkembangan kemampuan dalam mengucapkan kata-kata berikutnya berkembang dengan sangat pesat. Jika pada data dialog 9 Karim masih menggunakan kemampuan kinesik berupa bahasa non-verbal untuk menunjuk pada benda-benda, maka pada beberapa bulan berikutnya ia telah dapat mengetahui dan mengucapkan beberapa tumbuhan seperti [kəapa] <kelapa>, [pəpaya] pepaya, dan [datuŋ] untuk jagung, [pinus], dsb. Berikut adalah contoh dialog pada pengenalan bahasa Karim. Karim (KM) Tante (T)

Dialog 11

T : itu yang putih-putih apa, im? Yang bau. KM : (diam. Terlihat bingung)

T : Itu lho yang keluar dari pabrik bata. Yang bau. KM : (diam)

T : itu namanya asap. Bau asap. Liat yang putih im? Itu namanya asap. Bau asap.

KM : [ʃap] (berjalan pelan)

KM : [pabik. pabik bata]

T : iya, banyak apanya? Asap! KM : [bawu ashap] <bau asap>

2) Kontrol Bahasa

Kontrol bahasa dilakukan oleh keluarga Karim sejak ia telah dapat memproduksi bunyi yang telah memiliki makna fonemis. Hal ini dilakukan ketika Karim melakukan kesalahan dalam mengucapkan suatu kata. Ketika Karim melakukan suatu kesalahan dalam mengucapkan suatu bunyi, maka keluarga Karim akan langsung melakukan direct feedback dengan membenarkan ucapan tersebut. Namun demikian mereka juga masih melihat bagaimana kondisi kematangan rongga bicara anak serta kemampuan mereka dalam memproduksi suatu bunyi fonem. Selain itu, kontrol bahasa yang dilakukan ialah dengan menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia ketika berbicara di depan Karim dan melakukannya dengan tidak menggunakan baby talk namun dengan menggunakan bahasa dengan pengucapan orang dewasa. Contoh dialog control bahasa direct feedback.

Dialog 12

KM : [pɛsɛt]

KM : [pəsɛt] TN : [pəncet] .. [pən cet] KM : [pəcet] TN : [pən cet] KM : [pəncet] 3) Ekspos Bahasa

Sejak kecil, Karim juga telah di ekspos dengan bahasa melalui berbagai macam eksposure. Ekspos yang dilakukan tidak hanya melalui media lisan orang dewaasa namun juga melalui, video, gambar-gambar, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, sejak usia 10 bulan, Karim sangat senang mendengar lagu-lagu berbahasa Inggris melalui video dengan visualisasi gambar kartun yang bergerak. Lagu kesukaannya ialah Snow Flakes, Ensee Winsee Spider, Row Row Row Your Boat, Baa Baa Black Sheep, Open Shut Up, dsb. Lagu-lagu tersebut sangat disukai oleh Karim sehingga ia dapat menyetelnya hingga kurang lebih tiga jam dalam sehari. Namun demikian, ketika karim sedang menonton video tersebut, keluarganya akan memberikan bimbingan dan arahan mengenai isi dari video tersebut. Sebagai contoh, ketika lirik lagu tersebut berbunyi ‘baa baa black sheep have you any wool’ dan pada video tersebut memperlihatkan adanya gambar kambing, maka keluarganya akan mengatakan ‘ini sheep artinya kambing, mana kambing, im?’ kemudian Karim akan menunjukkan jarinya pada gambar kambing tersebut. Beberapa waktu kemudian, ketika Karim telah

berusia 11 bulan, dan Karim melihat gambar kambing, ia berkata [baa baa] sambil menunjuk pada gambar tersebut.

Menonton video yang tepat untuk anak dan adanya pengarahan dari orang tua dapat membantu anak dalam memahami suatu bahasa sekaligus juga meningkatkan bahasa mereka. Pada awalnya, ketika kematangan produksinya masih belum memungkinkannya untuk mengucapkan kata, komprehensinya sudah menunjukkan bahwa ia telah mengerti apa isi dari video tersebut dan juga dapat mengaplikasikannnya pada kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, pada saat jalan-jalan di sebuah perbelanjaan, Karim melihat huruf A. Secara spontan, ia menunjuk pada huruf tersebut dan berucap [a] secara berulang-ulang. Begitu pula ketika ia melihat seekor kambing maka ia akan mengucapkan [baa baa]. Selain itu, komprehensinya dalam mencerna bahasa pun sangat baik. ketika ada nyanyian Open Shut Up maka ia akan menirukan apa yang terdapat di dalam video yaitu dengan membuka dan menutup tangannya lalu bertepuk tangan. Melalui video tersebut juga Karim dapat belajar kosakata dan bagaimana mengucapkannya. Oleh karena itu, pemilihan video yang baik dengan adanya penjagaan dan pengarahan dari orang dewasa akan memberikan manfaat pada anak dalam melatih kebahasaannya.

4) Dongeng

Perlakuan selanjutnya yang dilakukan oleh orang tua Karim yaitu dengan mendengarkan cerita dongeng sebelum tidur. Menurut Nursito (2000: 3) dongeng merupakan cerita yang biasanya berhubungan dengan suatu kepercayaan, keajaiban,

ataupun kehidupan binatang. Cerita tersebut merupakan cerita yang bersifat non-fiksi atau khayalan. Dongeng juga merupakan suatu cerita belaka yang tidak benar-benar terjadi (Poerwadarminta, 2004: 274). Dari dongeng-dongeng yang ada, Karim senang sekali jika di dengarkan dongeng yang berupa fabel atau cerita binatang. Karim juga akan memintanya dengan berkata [cita kancil! cita kancil!]. Ketika bercerita, keluarganya akan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada Karim sehingga diharapkan dapat mengecek komprehensi, memberikan kesempatan dalam berargumen, serta melatih bahasanya.

Dialog 13

OD : Gimana ya cerita kancilnya?

KM : [pada suwatu hali:] (pada suatu hari)

OD : ada kancil di sebuah hutan yang lebat. Di hutan ada apa aja ya aim? KM : [pohon]

OD : terus ada apa lagi? KM : [bəŋa] (bunga)

OD : iya bener. Kancilnya lari melewati pohon dan bunga yang ada di hutan. Tiba-tiba dia melihat ada temen-temennya lagi berkumpul. temennya kancil siapa ya im?

KM : [cawi] (burung cawi) OD : terus siapa lagi, im?

KM : [gadjah]

Dari dialog di atas dapat dilihat bahwa dongeng yang diberikan juga dibuat menjadi dua arah sehingga Karim juga ikut mendiskusikan dan memberikan masukan dalam cerita. Selain dapat memberikan masukan moral, dongeng juga dapat merangsang dan meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Monalisa (2014: 11) menyimpulkan bahwa dongeng dapat meningkatkan kemampuan kebahasaan anak. Hal ini juga meningkatkan kebahasaan Karim karena dengan adanya stimulus yang dilakukan secara terus menerus mengakibatkan Karim untuk selalu melatih kemampuan bahasanya. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan Karim yang telah mampu memberikan respon dengan mengutarakan apa yang inginkan ataupun yang tidak ia inginkan. Sebagai contoh, ketika ibunya sedang bercerita dan Karim tidak setuju dengan alur cerita yang dibuat oleh ibunya, Karim akan menyela dengan mengatakan [amau kancil cawi ajah] ia juga sesekali meminta persetujuan ibunya dengan mengatakan [cawi aja yaʔ?].