• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III AKIBAT HUKUM DARI TIDAK TERLAKSANANYA HAK DAN

A. Beralihnya Kekuasaan Orang Tua Menjadi Kekuasaan Wali akibat

2. Perlindungan Anak Secara Hukum dan Akibat Hukum Tidak

Pengadilan.

Seperti yang diketahui sifat daripada suatu Undang-undang bersifat secara universal dan unifikasi, artinya Undang-undang tersebut berlaku terhadap seluruh penduduk Republik Indonesia, meskipun didalam sistem Hukum Perdata masih dibedakan golongan-golongan penduduk Indonesia. Tetapi produk dari suatu Undang-undang Indonesia setelah merdeka berlaku secara nasional, tidak adanya penggolongan penduduk tertentu, seperti golongan Bumi Putera, golongan Timur Asing. Oleh karena itu setiap Warga Negara Indonesia harus tunduk terhadap ketentuan PerUndang-undangan tersebut seperti yang diatur dalam Undang- undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada Pasal 26.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 ayat (15) menyebutkan bahwa anak korban perlakuan salah dan penelantaran berhak atas perlindungan khusus. Oleh karena itu anak korban perceraian termasuk anak bermasalah harus mendapat perlindungan khusus.

Simposium aspek-aspek hukum masalah perlindungan anak dilihat dari segi pembinaan generasi muda yang diselenggarakan Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) dari tanggal 24 sampai dengan 26 Januari 1980, telah dicatat beberapa kesepakatan dan masalah yang antara

158

Pasal 41 Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. 159

lain: konsepsi perlindungan anak meliputi ruang lingkup yang luas dalam arti bahwa perlindungan anak tidak hanya mengenai perlindungan atas semua hak serta kepentingan yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar baik secara rohani, jasmani maupun social, dan perlindungan anak juga menyangkut aspek pembinaan generasi muda. Disepakati bahwa dalam situasi dan proses terhadap anak dalam kasus apapun, kepentingan anak selalu diutamakan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan:160

a. bahwa anak-anak harus dijunjung tinggi oleh setiap orang dengan tidak lupa menanamkan rasa tanggung jawab kepadanya untuk melaksanakan kewajibannya sebagai warga Negara, warga masyarakat dan anggota keluarga dalam batas-batas tertentu yang menghimbau anak dalam melaksanakan kewajiban itu.

b. bahwa perlindungan anak dalam arti hak-hak dan kebutuhannya secara optimal bertanggung jawab, merupakan usaha bagi kepentingan masa depan anak dan pembinaan generasi mendatang.

Perlindungan yang diberikan terhadap anak menurut sistem hukum perdata tidak terbatas kepada lahir saja, tetapi meliputi anak yang masih ada didalam kandungan ibunya. Anak yang berada didalam kandungan dianggap telah dilahirkan jika kepentingan si anak menghendakinya.161

Hak-hak anak juga diatur dalam Undang-undang Nomor 39 Tentang Hak Asasi Manusia, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 52, yaitu :

1) Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat dan Negara. 2) Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan

dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan.

160

Aminah Aziz, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Usu Press, Medan, 1998, Halaman 26. 161

Kemudian dalam Pasal 57 Undang-undang Nomor 39 Tentang Hak Asasi Manusia disebutkan :

1) Setiap anak berhak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan, dan dibimbing kehidupannya oleh orang tuanya atau walinya sampai dewasa sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-undangan.

2) Setiap anak berhak untuk mendapatkan orang tua angkat atau wali berdasarkan putusan pengadilan apabila kedua orang tua telah meninggal dunia atau karena suatu sebab yang sah tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai orang tua.

3) Orang tua angkat atau wali sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus menjalankan kewajiban sebagai orang tua yang sesungguhnya.

Pada tanggal 20 November 1959 Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengesahkan hak-hak anak. Didalam mukadimah deklarasi ini tersirat antara lain bahwa umat manusia berkewajiban memberikan yang terbaik buat anak-anak.

Secara garis besar, deklarasi memuat asas tentang hak-hak anak yaitu hak untuk memperoleh perlindungan khusus, kesempatan, dan fasilitas yang memungkinkan mereka berkembang secara sehat dan wajar dalam keadaan bebas dan bermanfaat, memiliki nama dan kebangsaan sejak lahir, mendapat jaminan social termasuk gizi yang cukup, perumahan, rekreasi dan pelayanan kesehatan, memperoleh pendidikan, perawatan dan perlakuan khusus jika mereka cacat, tumbuh dan dibesarkan dalam suasana yang penuh kasih dan rasa aman sedapat mungkin dibawah asuhan serta tanggung jawab orang tua mereka sendiri, dalam mendapatkan pendidikan, dan dalam hal terjadi kecelakan atau malapetaka, mereka termasuk orang yang pertama memperoleh perlindungan serta pertolongan, memperoleh perlindungan terhadap segala bentuk yang menyia-nyiakan (anak), kekejaman dan penindasan serta perbuatan yang mengarah ke

dalam bentuk diskriminasi. Secara garis besar, maka dapat disebutkan bahwa perlindungan anak dapat dibedakan dalam dua pengertian yaitu : 162

a. Perlindungan yang bersifat yuridis yang meliputi perlindungan dalam : 1) Bidang hukum publik

2) Bidang hukum keperdataan.

b. Perlindungan yang bersifat non yuridis yang meliputi antara lain : 1) Bidang sosial

2) Bidang kesehatan 3) Bidang pendidikan.

Jadi perlindungan anak yang bersifat yuridis ini meliputi semua aturan hukum yang mempunyai dampak langsung bagi kehidupan seorang anak, dalam arti semua aturan hukum yang mengatur kehidupan anak.

Orang tua sebagai pihak yang dinilai mempunyai kewajiban dan tanggung jawab. kewajiban dan tanggung jawab orang tua ini diatur dalam Pasal 26 ayat (1) dan (2) Undang- undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dalam Pasal 26 disebutkan:

1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk: a. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak;

b. Menumbuhkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya; dan c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak.

2) Dalam hal orang tua tidak ada atau karena suatu kewajiban dan tanggung jawabnya maka kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat beralih

162

Irma Setyowati Soemitro, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 1990, halaman 13.

kepada keluarga, yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang- undangan yang berlaku.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, orang tua (bapak ataupun ibu) memiliki hak yang setara dan sama sebagai orang tua untuk mengasuh, memelihara dan merawat serta melindungi hak-hak anak, yang terpenting kemampuan orang tua untuk mengasuh dan memelihara anak. Anak (yang masih di bawah umur) dalam sistem hukum dan praktek hukum di Indonesia, kala kedua orang tuanya berperkara di pengadilan (gugat cerai atau permohonan talak), tidak pernah dimintakan pendapatnya oleh kedua orang tuanya. Hakim yang mengadili perkara itu tidak pula meminta pendapat anak, atau mendalami bagaimana kehendak anak. Padahal, “dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002, dan Konvensi PBB tentang Hak Anak (KHA) dikenal prinsip penghargaan pendapat anak (respect view of the child)”.163

Mengenai mendengar pendapat anak tersebut diatas berbeda dengan pernyataan Hakim Pengadilan Negeri Medan yang menyatakan jika dirasa perlu maka hakim akan memanggil si anak baik itu didepan pengadilan maupun secara pribadi (dilakukan diruangan hakim) guna mendengar pendapat si anak mengenai orang tuanya. Sehingga Hakim bisa menilai mana pihak orang tua yang dirasa pantas untuk anak tersebut.164

Bagi orang tua yang diberi hak untuk memelihara anak, harus memelihara anak dengan sebaik-baiknya. Pemeliharaan anak bukan hanya meliputi memberi nafkah lahir saja, tetapi juga meliputi nafkah batin seperti pendidikan formal dan pendidikan informal.

Dalam hal pemberian hak pemeliharaan, siapapun yang diberikan hak pemeliharaan anak, menurut Pasal 41 Undang-undang Perkawinan, ayah tetap berkewajiban untuk memberi biaya

163

Darwan Prints, Hak ASalomo Adre Siagiani Anak: Perlindungan Hukum Atas Anak, Lembaga Advokasi Hak Anak Indonesia, Medan,1999, halaman 82.

164

Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Medan, Indra Cahya pada tanggal 23 November 2011.

pemeliharaan dan nafkah anak sampai anak berumur 21 tahun. Bagi salah satu orang tua yang melalaikan kewajibannya tersebut menurut Pasal 49 Undang-undang Perkawinan dapat dicabut kekuasaannya atas permintaan orang tua yang lain. Ketentuan tersebut juga berlaku bagi pasangan suami isteri yang beragama non muslim. Proses perceraian antar insan non-muslim yang berbeda agama memiliki sedikit perbedaan dari sisi prosedural dibandingkan dengan proses perceraian sesama muslim.

Perbedaannya adalah bagi pasangan muslim perceraian dilakukan melalui Pengadilan Agama dengan dasar hukumnya Undang-undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. Sedangkan bagi yang beragama non muslim dan beda agama dilakukan melalui Pengadilan Negeri dengan dasar hukumnya tetap digunakan ketentuan Undang-undang Perkawinan.

Dalam hal terjadinya suatu proses perceraian dan akibat hukum terhadap pengasuhan anak, Sugiri Permana mengatakan bahwa mengenai hak pengasuhan anak kembali muncul menjadi perhatian publik dengan berbagai latar belakang pemikiran, baik berdasarkan joint

custodian yang muncul pada akhir tahun 2007 maupun yang didasarkan pada jurigenic effect165

yang (salah satunya) menjadi bahan pemberitaan di berbagai media.166

Kedua pembahasan mengenai pengasuhan anak tersebut lebih mengedepankan fakta yang terjadi pada peradilan di dunia Barat yang tidak terpaku lagi untuk menetapkan pengasuhan seorang anak atas dasar peraturan perundang-undangan. Joint custodian lebih mengedepankan hubungan baik antara mantan pasangan suami isteri, sedangkan jurigenic effect mengedepankan pada realitas psikologis anak saat akan ditetapkan oleh majelis hakim.167

165

Istilah jurigenic effect menunjuk pada pengaruh negatif yang dialami oleh anak justru akibat kelalaian maupun keengganan hakim dalam mempertimbangkan kompleksitas hal-hal relevan sebelum menjatuhkan putusan.

166

Sugiri Permana, Paradigma Baru dalam Penyelesaian Sengketa Hak Asuh Anak Pada Peradilan Agama, PA Mempawah, Departemen Agama, Kalbar , 2008, halaman 1.

167

Dalam penuntutan biaya hidup bagi anak biasanya ibu yang akan bertindak mengajukan tuntutan terhadap bapak (bekas suami) apabila bekas suaminya tidak memenuhi kewajibannya dalam pemberian nafkah hidup bagi anak yang berada dalam asuhannya.

Tuntutan yang dilakukan oleh ibu (bekas istri) tidak hanya mengenai pemenuhan terhadap biaya hidup dan pendidikan anak, namun juga menyangkut masalah pemeliharaan anak. Hal seperti ini yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri dalam beberapa putusan yang menyangkut masalah pemeliharaan anak, maka setelah bercerai dan diputuskan bahwa anak ikut dengan ibunya, maka bekas suaminya akan diberikan hukuman (kewajiban) untuk memberikan nafkah dan biaya pendidikan dan pemeliharaan anak tersebut.168

Akibat dari tidak terlaksananya hak anak terhadap orang tua yang memegang hak perwalian atau hak pemeliharaan dapat menjadikan anak tersebut terlantar baik dari segi ekonomi maupun psikologis. hal ini dapat menjadi dampak negatif bagi pertumbuhan anak.

Akibat hukum adalah merupakan akibat yang diberikan oleh hukum atas suatu peristiwa hukum atau perbuatan dari subjek hukum.169 Sedangkan akibat hukum itu timbul akibat dari perbuatan hukum, yaitu setiap perbuatan hukum atau tindakan yang memang dikehendaki oleh subjek hukum.

Akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi dari segala perbuatan hukum yang dilakukan subjek hukum terhadap objek hukum atau akibat-akibat lain yang disebabkan karena kejadian-kejadian tertentu oleh yang bersangkutan telah ditentukan.

168

Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Medan, Indra Cahya pada tanggal 23 November 2011.

169

Tiar Ramon, Kamus Hukum, http://tiarramon.com/blog/?p=38, diakses pada tanggal 10 November 2011.

Akibat hukum merupakan sumber lahirnya hak dan kewajiban bagi subjek-subjek hukum yang bersangkutan. Misalnya ditetapkannya suatu keputusan, maka segala akibat yang ditimbulkan dari keputusan tersebut harus ditepati oleh para pihak.

Akibat Hukum dapat berupa:

1) Lahir atau lenyapnya suatu keadaan hukum 2) Sebagai sanksi

Akibat hukum karena tidak terlaksananya hak anak terhadap orang tua yang memegang hak pemeliharaan adalah bahwa pihak orang tua yang pada awalnya tidak dimenangkan dalam perebutan hak pemeliharaan dapat memintakan pembatalan hak perwalian atau hak pemeliharaan yang dipegang oleh mantan suami/istrinya tersebut.170

Hakim dalam melihat permasalahan ini, setelah adanya tuntutan dari pihak orang tua yang lain atau pihak yang berkepentingan terhadap anak tersebut dapat membuat suatu keputusan yang isinya mencabut hak perwalian atau hak pemeliharaan terhadap orang tua yang dianggap telah menelantarkan anaknya.171

Selanjutnya hak pemeliharaan yang sebelumnya dipegang oleh pihak yang menang dicabut dan berpindah kepada pihak yang telah menuntut pembatalan hak perwalian atau pemeliharaan tersebut172.

Berbeda halnya jika pihak mantan suami/istri yang dikalahkan tidak mau menyerahkan anaknya secara sukarela kepada pihak suami/istri yang telah ditetapkan oleh hakim sebagai pemegang hak pemeliharaan terhadap anak-anak yang diperebutkan.

170

Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Medan, Indra Cahya pada tanggal 23 November 2011.

171

Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Medan, Indra Cahya pada tanggal 23 November 2011.

172

Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Medan, Indra Cahya pada tanggal 23 November 2011.

Pada permasalahan ini maka pihak yang telah mendapatkan hak pemeliharaan atau hak perwalian dapat memintakan kepada hakim untuk sekiranya dilaksanakan upaya paksa terhadap keputusan yang telah ditetapkan. dimana upaya paksa tersebut berupa pelaksanaan eksekusi terhadap isi keputusan.173

Menanggapi permohonan pihak yang telah dimenangkan tersebut maka selanjutnya Hakim melalui paniteranya memerintahkan untuk dilaksanakannya eksekusi terhadap hal-hal yang telah ditetapkan dalam keputusan persidangan. Sehingga pengadilan melalui pejabat berwenang yang ditunjuk untuk eksekusi tersebut, dengan tindakan paksa akan mengambil anak- anak yang telah diperebutkan sebelumnya.174

173

Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Medan, Indra Cahya pada tanggal 23 November 2011.

174

Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Medan, Indra Cahya pada tanggal 23 November 2011.

Dokumen terkait