PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK (ESKA)
A. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Eksploitasi Seksual Komersial Anak
1. Perlindungan hukum berdasarkan hukum nasional
Perhatian bangsa dan Negara Republik Indonesia terhadap eksistensi anak harus menjadi perhatian yang serius, apalagi dengan adanya kriteria bagi suatu bangsa atau negara dapat dikatakan menghormati hak seorang manusia yang namanya “anak”. Banyak peraturan yang telah ditetapkan pemerintah dalam hal perlindungan anak dalam bidang hukum.
Pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak telah diatur dalam peraturan perundang-undangan, dan untuk melaksanakan dan meningkatkan pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak perlu peningkatan kesadaran hukum.
Usaha-usaha perlindungan terhadap dan oleh anak kerap kali merupakan suatu tindakan hukum oleh para obyek hukum dan subyek hukum, berdasarkan hukum dan yang mempunyai akibat hukum. Harus dicegah agar anak tidak menderita (menjadi korban) mental, fisik dan sosial, akibat adanya atau tidak adanya hukum yang menjadi dasar dan pedoman orang mengatur hak dan kewajiban anak. Dengan demikian, maka mereka yang dapat memanfaatkan hukum sebagai alat untuk mencapai tujuan, harus berpartisipasi dalam usaha-usaha perlindungan anak demi kepentingan anak. Mengingat rumitnya dan sulitnya permasalahan ini, maka merupakan suatu kemutlakan untuk memperhatikan, memahami dan menghayati hukum yang berkaitan dengan perlindungan anak ini, demi pengembangan
kebenaran, keadilan dan kesejahteraan anak.65
65
Mengembangkan kesadaran akan pentingnya hukum yang terlihat dalam usaha-usaha perlindungan anak merupakan suatu kemutlakan apabila kita ingin mengembangkan dan memantapkan pelaksanaan perlindungan anak. Hampir semua usaha dalam melindungi anak merupakan suatu tindakan hukum karena mengacu pada hukum, mempunyai dan dapat menimbulkan akibat hukum yang merugikan atau menguntungkan bagi yang bersangkutan. Perlu juga disadarkan pada subyek dan obyek hukum, bahwa hukum tidak dapat melindungi seseorang, sebab, pada hakikatnya hukum hanya merupakan suatu alat bagi seseorang untuk mencapai sesuatu. Manfaat hukum bergantung pada siapa yang membuat dan memanfaatkannya, ini berarti, perlu ada peningkatan kualitas dan pemerataan pendidikan dan penyuluhan hukum sedini mungkin dengan berbagai cara.
Kesadaran hukum dapat ditingkatkan dengan pendidikan hukum dan penyuluhan dalam berbagai cara dan bentuk, dapat membantu meningkatkan kesadaran hukum seseorang. Kesadaran hukum ini dapat mendorong orang untuk menghayati hukum, penegakan hukum dan kepastian hukum yang selalu berkaitan dengan usaha-usaha perlindungan anak yang integratif seutuhnya. Pengetahuan hukum yang tepat dan merata dapat membantu mempercepat adanya peraturan perundang-undangan yang merupakan perwujudan hukum perlindungan anak pendidikan dan penyuluhan hukum sebaiknya sudah dimulai sedini mungkin di berbagai bidang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Penyuluhan hukum yang tepat perlu ditingkatkan dan diratakan tehadap anggota masyarakat dan pemerintah
Anak sebagai korban ESKA harus mendapat perlindungan hukum. Negara dalam hal ini sudah menetapkannya dalam undang-undang. Ada banyak pasal yang mengatur tentang perlindungan anak sebagai korban eksploitasi seksual komersial anak (ESKA).
Undang-undang yang mengatur tentang perlindungan hukum terhadap anak, yaitu Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, bagi anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alcohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran, dalam Pasal 59 undang-undang ini mengatur bahwa Pemerintah dan lembaga Negara lainnya wajib dan bertanggung jawab memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat, diberi juga perlindungan khusus bagi anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual melalui penyebarluasan dan/atau sosialisasi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, pemantauan, pelaporan, dan pemberian sanksi, dan pelibatan berbagai instansi pemerintah, perusahaan, serikat pekerja, LSM, dan masyarakat dalam penghapusan eksploitasi terhadap anak secara ekonomi dan/atau seksual, dalam Pasal 66 yaitu bagi anak korban kekerasan fisik, psikis, dan seksual melalui upaya penyebarluasan dan sosialisasi ketentuan peraturan perundang-undangan yang melindungi anak korban tindakan kekerasan, pemantauan, pelaporan, dan pemberian
sanksi diberikan perlindungan khusus66.
Undang-Undang RI No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan juga mencantumkan perlindungan terhadap anak dalam bentuk aturan yang terdapat pada Pasal 74 yaitu berupa pelarangan yang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan terburuk dalam bentuk perbudakan, pekerjaan yang
66
memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno atau perjudian, produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, dan/atau, pelarangan mempekerjakan anak untuk pekerjaan yang membahayakan kesehatan atau moral
anak.67
Dalam hal perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban ESKA, dalam Undang-Undang RI No.21 Tahun 2007 tentang Trafficking yang terdapat dalam Pasal 44 bahwa anak sebagai saksi dan/atau korban berhak mendapat kerahasiaan identitas diri, Pasal 45 bahwa diadakan pembentukan ruangan pelayanan khusus pada kantor kepolisian pada saat anak berada pada tahap penyidikan, pada Pasal 46 bahwa pemerintahan tingkat kabupaten/kota membentuk pusat pelayanan terpadu terhadap saksi dan/atau korban trafficking, begitu pula dalam Pasal 47 bahwa tidak hanya saksi dan/atau korban, keluarga saksi dan/atau korban juga diberikan perlindungan terhadap adanya ancaman yang membahayakan diri, jiwa, dan/atau hartanya baik sebelum, selama maupun sesudah proses pemeriksaan perkara, perolehan rehabilitasi sosial, pemulangan, dan reintegrasi sosial dari pemerintah apabila yang bersangkutan mengalami penderitaan fisik maupun psikis akibat Trafficking, dan dalam Pasal 52 diatur mengenai pembentukan rumah perlindungan sosial atau pusat trauma dalam penyelenggaraan pelayanan rehabiltasi kesehatan, rehabilitasi sosial, pemulangan, dan reintegrasi, dan dalam Pasal 54 diatur mengenai adanya kewajiban pemerintah untuk melindungi pribadi dan kepentingan korban dan mengusahakan untuk
pemulangan korban ke Indonesia dalam hal korban berada di luar negeri.68
Pemerintah daerah juga sangat berperan dalam melaksanakan perlindungan anak, sebelum adanya Undang-undang Trafficking, Pemerintah Daerah SUMUT telah lebih
67
Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
68
dahulu memikirkan dan merancang ataupun membuat aturan-aturan yang mengatur tentang perdagangan orang yaitu PERDA Provinsi SUMUT No. 6 Tahun 2004 Pemerintah Daerah maupun Pemerintah kabupaten/kota Aparat Penegak Hukum dan dan Lembaga Swadaya Masyarakat serta Masyarakat yang serta merta memberi perlindungan terhadap korban perdagangan (trafficking) perempuan dan anak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang terdapat dalam Pasal 15.69
Perlindungan hukum terhadap anak dilakukan oleh semua pihak, namun untuk melakukan perlindungan terhadap anak dibutuhkan beberapa hal yang menjadi persyaratan bagi para pihak yang melaksanakan perlindungan tersebut. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam menangani permasalahan perlindungan anak
yang perlu diperhatikan dan dipenuhi oleh yang bersangkutan.70
1. Rasional positif (tidak emosional, konseptual, profesional, berprogram)
2. Dapat dipertanggungjawabkan ( horizontal terhadap sesama manusia yang sama
harkat dan martabat sebagai manusia dan berada dengan kita dalam satu masyarakat; vertikal terhadap Tuhan Allah)
3. Bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain
4. Mengembangkan kebenaran, keadilan dan kesejahteraan rakyat
5. Merupakan pengamalan Pancasila
6. Merupakan respon, keadilan yang restoratif ( memulihkan mental, fisik, sosial)
7. menerapkan unsur-unsur kooperasi, koordinasi, integrasi, sinkronisasi,
simplifikasi dalam pelaksanaannya
8. Bervisi dan bermisi, humanisasi, melayani dan melindungi sesama manusia
69
PERDA Provinsi SUMUT No. 6 Tahun 2004 tentang Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak
70
Jurnal Perempuan “Mengapa Mereka Diperdagangkan” (Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2007), hal. 32.
9. bersifat konstruktif, kreatif, inovatif, kritis dan realistis.
10.Tidak merupakan faktor viktimogen dan kriminogen
11.Dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten.