• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan bagi Investor apabila Mengalami Kerugian Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007

B. Investor dan Perlindungan Terhadapnya 1.Peran dan Tanggungjawab Investor

3. Perlindungan bagi Investor apabila Mengalami Kerugian Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007

Menurut R. La Porta dalam Journal of Financial Economics, bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh suatu negara memiliki dua sifat, yaitu bersifat pencegahan (prohibited) dan bersifat hukuman (sanction).81 Bentuk perlindungan hukum yang paling nyata adalah adanya institusi-institusi penegak

80

Widya Natalia Rares, Tanggung Jawab Investor Dalam Penanaman Modal Di Indonesia, Program Studi Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado Tahun 2013 Vol.I/No.3/Juli-September /2013.

81Rafael La Porta, “Investor Protection and Corporate Governance”, Journal of Financial

hukum seperti pengadilan, kepolisian dan lembaga penyelesaian sengketa diluar pengadilan (non-litigasi) lainnya. Hal ini sejalan dengan pengertian hukum menurut Soedjono Dirdjosisworo yang menyatakan bahwa hukum memiliki pengertian beragam dalam masyarakat dan salah satu yang paling nyata dari pengertian tentang hukum adalah adanya institusi-institusi penegak hukum satu medium untuk menegakkan keadilan salah satunya penegakkan keadilan di bidang ekonomi82 khususnya penanaman modal.

Perlindungan hukum bagi investor menurut Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 bersifat preventif dan represif. Perlindungan hukum bersifat preventif ditunjukkan dari ketentuan-ketentuan yang mengaruskan pembinaan, edukasi serta pengawasan, sedangkan perlindungan hukum bersifat represif adanya penerapan sanksi berupa sanksi administratif sebagai ultimum remedium bagi para pihak yang melanggar aturan hukum dalam regulasi penanaman modal.

Kerugian yang akan diderita oleh investor tersebut dalam hal apabila modal bergerak kearah yang berlawanan sehingga kerugian tersebut melebihi kemampuan investor. Untuk mencegah kerugian yang melebihi kemampuan investor tersebut diperlukan suatu mekanisme, yaitu dengan dilakukannya forced sell. Forced sell adalah suatu proses penjualan secara paksa atas saham yang dimiliki investor dalam rekening efek nasabah ketika tenggang waktu pemenuhan kewajiban tidak dipenuhi oleh investor, guna memenuhi penyelesaian kewajiban dalam transaksi efek yang dilakukan oleh investor.

Investor asing akan mempercayakan penanaman modalnya di suatu negara apabila terdapat perlindungan dan jaminan penanaman modal oleh tuan rumahnya.

82

Soedjono Dirdjosisworo, Asas-asas Sosiologi. (Bandung : Penerbit: Armico, 1985), hlm. 76.

Dari sisi kebijakan, hukum dan peraturan yang berlaku, bentuk jaminan dan perlindungan penanaman modal sudah cukup memadai. Hal ini ditunjukkan oleh adanya bentuk jaminan dan perlindungan yang bersumber pada perjanjian baik bilateral maupun multilateral tentang promosi dan perlindungan penanaman modal.

1. Jaminan pemerintah atas kerugian yang mungkin timbul

Salah satu kebijakan konkret terkait investasi di bidang infrastruktur, pemerintah menempatkan dana penjaminan dalam suatu rekening khusus yang akan menampung dana-dana yang terkait dengan pengembangan infrastruktur. Rekening ini akan dikelola oleh Ditjen Perbendaharaan Negara. Pada tahun 2006 Kepala Badan Pengkajian Ekonomi, Keuangan dan Kerja sama Internasional (Bapekki) Departemen Keuangan telah merekomendasikan tujuh proyek jalan tol yang dapat memperoleh penjaminan kepada Menteri Keuangan. Dana yang tersimpan dalam rekening tersebut terpisah dari alokasi anggaran infrastruktur yang ditetapkan untuk kementrian dan lembaga. Kondisi itu disebabkan karena rekening tersebut akan difungsikan juga sebagai penampung dana pihak ketiga yang bekerja sama dengan pemerintah dalam membangun proyek infrastruktur. Penggunaan dana itu bisa bersifat belanja atau penyertaan.83 Salah satu bentuk jaminan dan perlindungan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam UU Penanaman Modal adalah di mana Pemerintah akan memberikan kompensasi yang jumlahnya ditetapkan berdasarkan harga pasar dalam hal Pemerintah melakukan tindakan nasionalisasi atau pengambilalihan hak kepemilikan investor.84

2. Jaminan dalam pengadaan tanah

Salah satu permasalahan dalam tahapan implementasi penanaman modal adalah masalah pertanahan. Terkait kegiatan investasi, kebijakan di bidang pertanahan kurang memberikan kemudahan kepada investor, namun berdasarkan UU Penanaman Modal yang baru telah ditetapkan bahwa pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus dan dapat diperbarui kembali atas permohonan investor.85

3. Jaminan percepatan pelayanan administratif (pasal 26)

Sebagai upaya untuk meminimalkan high cost economy yang selama ini dikeluhkan oleh investor, pemerintah telah menetapkan kebijakan pelayanan terpadu satu pintu bagi kegiatan investasi baik di tingkat pusat maupun

83

IBR. Supancana, Perlindungan Terhadap Investasi di Bidang Pengangkutan dalam Era Globalisasi, Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2006.

84

Pasal 7 ayat (2) UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. 85

Untuk uraian selengkapnya, baca Pasal 22 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, pemerintah memberiakan kemudahan pelayanan kepada investor terkait perijzinan Hak Atas tanah diantaranya HGU, HGB dan Hak Pakai, termasuk perpanjangan jangka waktu terhadap kegiatan investasi dengan kriteriakriteria tertentu.

daerah. Kebijakan ini tertuang dalam UU No. 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal.86

4. Jaminan kepastian hukum

Isu kepastian hukum yang sangat besar pengaruhnya terhadap iklim investasi di Indonesia, telah menjadi bagian perhatian dari kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Sebagai jaminan kepastian hukum bagi kegiatan investasi, dalam UU No. 25 Tahun 2007, secara khusus pada Bab IX ditetapkan mengenai hak, kewajiban dan tanggung jawab investor dalam melaksanakan kegiatan investasi di Indonesia.87

5. Jaminan atas kerusuhan, pengambilan aset, nasionalisasi, repatriasi modal, dan penarikan keuntungan

Maraknya kerusuhan serta berbagai tindakan lainnya terhadap aset investor yang terjadi pada beberapa tahun yang lalu, telah dijadikan acuan bagi pemerintah untuk menerapkan kebijakan khususnya menyangkut jaminan dan perlindungan terhadap aset dan pemenuhan

hak-hak investor yang melakukan kegiatan investasi di Indonesia. Kabijakan tersebut tercermin dalam UU No. 25 Tahun 2007 diantaranya menyangkut:

a. Jaminan pemerintah untuk tidak melakukan tindakan nasionalisasi.88 b. Hak pengalihan aset oleh investor.89

c. Hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing.90

Regulasi dan pengawasan yang baik guna menjamin kestabilan di penanaman modal sehingga dapat memberikan perlindungan hukum dan kepastian hukum terhadap investor secara optimal. Kepastian hukum akan mewujudkan suatu pasar yang teratur, wajar, efisien dan kompetitif dengan tetap memberikan perlindungan kepada investor yang menempatkan dananya di penanaman modal, untuk itu hukum mempunyai peranan yang sangat penting. Hal ini tercermin dalam pertimbangan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (selanjutnya disebut dengan UUPM), dimana disebutkan bahwa penanaman modal

86

Ibid., Pasal 26, Pelayanan terpadu satu pintu bertujuan membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal.

87

Bab ini menguraikan secara lengkap tentang hak investor diantaranya menyangkut perlindungan, kepastian hak, hukum, pelayanan, informasi yang terbuka serta fasilitas yang dapat diperoleh. Disamping itu, terhadap investor diwajibkan untuk menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, melaksanakan CSR, membuat laporan kepada BKPM, menghormati tradisi budaya masyarakat setempat dan mematuhi aturan yang berlaku. Adapun tanggung jawab investor adalah menjamin ketersediaan modal, menanggung segala kerugian apabila dilakukan penghentian kegiatan investasi, menjaga kelestarian lingkungan hidup,....dll.

88

Ibid., Pasal 7. 89

Ibid., Pasal 8 ayat (1). 90

Ibid., Pasal 8 ayat (3), transfer dan repatriasi dapat dilakukan terhadap modal, keuntungan, bunga bank, dividen, penambahan dana untuk investasi, kompensasi atas kerugian, kompensasi atas pengambilalihan, hasil penjualan aset, dll.

dapat berkembang apabila adanya landasan hukum yang kukuh untuk lebih menjamin kepastian hukum pihak-pihak yang melakukan kegiatan di penanaman modal serta melindungi kepentingan masyarakat pemodal dari praktik yang merugikan. Banyaknya permasalahan lintas sektoral dan belum optimalnya perlindungan hukum. Maka diperlukannya pembentukan lembaga pengawasan yang terintegrasi, serta lembaga pengawas yang independen sehingga tercipta modal yang sehat dan stabil.

Perlindungan atas penanaman Modal adalah Pasal 5 ayat 1 tentang National Treatment (Perlakuan sama bagi investor asing maupun lokal) bahwa masing-masing pihak akan mendorong dan menciptakan iklim yang menguntungkan bagi penanam modal dari pihak lain untuk menanamkan modal di wilayahnya dan penanaman modal yang diakui atau disetujui harus mendapatkan perlakuan yang adil dan wajar dan akan menikmati perlindungan dan keamanan di wilayah pihak lainnya sesuai dengan persetujuan ini. Masing-masing pihak harus memberikan perlindungan dan keamanan fisik yang memadai untuk penanam modal tersebut.

Penanam modal dari salah satu Pihak, yang penanaman modalnya di wilayah Pihak lainnya dibidang non-komersial seperti : mengalami kerugian karena perang atau konflik bersenjata lainnya, revolusi, negara dalam keadaan darurat, pemberontakan, Kerusuhan atau huru hara di wilayah Pihak yang disebut terakhir, Harus diberikan perlakuan oleh Pihak yang disebut terakhir, dengan restitusi, indemnifikasi, ganti rugi atau penyelesaian lainnya, jika ada perlakuan tersebut tidak boleh kurang menguntungkan daripada yang diberikan oleh pihak

yang disebut terakhir kepada penanam modal atau penanam modal dari negara ketiga.

Ketentuan mengenai perlindungan bagi investor apabila mengalami kerugian menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 belum diatur secara terlalu tegas dan eksplisit . Hanya saja jika terjadi perselisihan pemerintah hanya melihat dari sisi perjanjian para pihak, sehingga pemerintah hanya dapat memberikan bantuan yang sewajarnya melalui jalur hukum yang berlaku di Indonesia.

Investor harus benar-benar menyadari bahwa disamping memperoleh keuntungan, mungkin juga akan mengalami kerugian. Kerugian yang dapat timbul dari suatu jenis joint venture bagi pihak dalam negeri adalah sebagai berikut:91 1. Manajeman tidak dapat dikuasai sepenuhnya oleh pihak domestik, melainkan

harus dibagi dengan pihak yang lebih mempunyai kemampuan.

2. Training dan managemant belum tentu diberikan dalam batas-batas kemampuan yang memadai untuk standar asing.

3. Transfer teknologi dari partner asing mungkin dilakukan dalam ukuran yang yang kurang optimal, selain itu hasil dari penelitian dan pengembangan tidak akan seluruhnya diberikan kepada joint venture.

4. Kemungkinan transfer nilai harga dengan perusahan induk dalam dimensi yang besar dapat dilaksankan dan hal itu dapat menimbukan kerugian bagi mitra lokal.

Bagi investor asing, kerugian itu dapat terjadi dalam wujud dan keadaan berikut:92

91Ana Rokharussa”dyah dan Suratman, Hukum Investasi & Pasar Modal, (Jakarta : Sinar Grafika, 2010), hlm. 48.

92

1. Managemen tidak seluruhnya berada ditangannya, melainkan harus dibagi kewenangannya dengan pihak domestik, walaupun melalui suatu perjanjian tersendiri.

2. Teknologi harus terbuka bagi mitra lokal, walaupun masih ada yang dapat disembunyikan dan yang tertutup.

3. Strategi pemasaan dari barang-barang produksi mungkin tidak sepenuhnya dapat dikuasai.

Sebagai investor tentunya mengharapkan untuk bisa memperoleh tambahan atau keuntungan dari apa yang telah dia berikan kepada perusahaan tempat dia menanamkan modal. Untuk itu dibutuhkan ketelitian bagi seorang investor dalam menentukan perusahaan yang tepat untuk dijadikan tempat penanaman modal mereka. Tujuannya adalah agar para investor tidak salah menempatkan modalnya. Jika investor salah memilih, akibat yang mungkin terjadi adalah kerugian. Kerugian yang dimaksud disini adalah jika perusahaan tidak menghasilkan keuntungan yang baik, maka investor tidak akan mendapatkan deviden (pembagian keuntungan perusahaan kepada pemegang saham). Kemungkinan buruk lain adalah, jika prestasi perusahaan tidak membaik, maka harga jual saham perushaaan akan turun. Sehingga investor mungkin akan mengalami kerugian jika investor menjual kembali saham yang telah dibelinya.93

Sebelum memutuskan menanamkan modalnya, investor terlebih dahulu melakukan studi kelayakan (feasibility study) tentang prospek bisnis yang akan ia jalankan. Termasuk yang diteliti adalah ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada kaitannya dengan investasi yang akan ia jalankan. Menjadi masalah bagi investor adalah jika kerugian yang dialami bukan karena salah mengelola

93

perusahaan, akan tetapi tidak ada perlindungan hukum, baik terhadap modal yang ia tanamkan maupun terhadap barang yang akan diproduksi.94 Tataran implementasi yang harus dibenahi oleh pemerintah, bila ingin meyakinkan calon investor bahwa berinvestasi di negeri ini ada jaminan hukum. Pengaturan penanaman modal yang ada dalam Undang-Undang Penanaman Modal merupakan hasil evaluasi terhadap ketentuan penanaman modal yang ada sebelumnya dengan memperhatikan sikap dan keinginan serta harapan para investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia, Tentunya dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional di atas segala kepentingan para penanam modal yang bersangkutan. Iklim investasi di Indonesia semakin membaik seiring dengan predikat Indonesia sebagai negeri layak investasi (investment grade). Indonesia terbukti telah mampu bertahan dari guncangan krisis keuangan dari luar. Peningkatan menjadi investment grade juga telah membuat Indonesia menjadi incaran investor-investor besar dunia.

C. Pengaruh Penanaman Modal yang dilakukan oleh Investor dalam

Dokumen terkait