• Tidak ada hasil yang ditemukan

b. Perlindungan Anak dan Peradilan Anak

. Artinya definisi yang diberikan oleh setiap ahli tergantung dari sudut mana seseorang memandangnya.

1) Perlindungan Anak

Perlindungan anak merupakan salah satu wujud hak yang harus diterima anak, terutama anak yang sedang berkonflik dengan hukum. Anak harus mendapatkan perlindungan agar segala kepentingannya dapat terlaksana. Anak wajib dilindungi agar mereka tidak menjadi korban tindakan siapa saja (individu

17

Romli Atmasasmita, Problema Kenakalan Anak dan Remaja, Armico, Bandung, 1984, hlm. 23.

18

atau kelompok, organisasi swasta ataupun pemerintah)19

“Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”

. Hak untuk mendapatkan perlindungan ini berhak diperoleh oleh semua anak tanpa terkecuali. Hal ini didasarkan karena anak adalah masa depan bangsa dan penerus cita-cita bangsa.

20

. Sejak dahulu Konstitusi kita sendiri sudah menyatakan demikian. Seyogyanya seorang anak harus dipelihara dan mendapatkan perlindungan agar mempunyai kesempatan yang luas untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar dan baik secara rohani, jasmani, dan sosial. Perlindungan anak merupakan usaha dan kegiatan seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai kedudukan dan peranan, yang menyadari betul pentingnya anak bagi nusa dan bangsa di kemudian hari21

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002, dalam pasal 1 angka 2 menyatakan bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Sementara itu, perlindungan khusus dapat diberikan bagi anak yang sesuai dengan konsep judul skripsi ini, yaitu anak yang berkonflik dengan hukum. Hal ini dipertegas selanjutnya dalam pasal 1 angka 15 Undang-Undang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa perlindungan khusus adalah perlindungan yang dapat diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan

.

19

Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan, PT. Refika Aditama, Bandung, cetakan kedua, 2013, (selanjutnya disingkat Maidin Gultom II), hlm. 69.

20

Pasal 34 UUD 1945

21

hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/ atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran.

Dasar-dasar perlindungan anak adalah22

a) Dasar filosofis. Pancasila dasar kegiatan dalam berbagai bidang kehidupan keluarga, bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa, dan dasar filosofis pelaksanaan perlindungan anak.

:

b) Dasar etis. Pelaksanaan perlindungan anak harus sesuai dengan etika profesi yang berkaitan, untuk mencegah perilaku menyimpang dalam pelaksanaan kewenangan, kekuasaan, dan kekuatan dalam pelaksanaan perlindungan anak.

c) Dasar yuridis. Pelaksanaan perlindungan anak harus didasarkan pada UUD 1945 dan berbagai peratura perundang-undangan lainnya yang berlaku. Penerapan dasar yuridis ini harus secara integratif, yaitu penerapan terpadu menyangkut peraturan perundang-undangan dari berbagai bidang hukum yang berkaitan.

Perlindungan hak-hak anak pada hakikatnya menyangkut langsung pengaturan dalam peraturan perundang-undangan. Kebijaksanaan, usaha dan kegiatan yang menjamin terwujudnya perlindungan hak-hak anak, pertama-tama

22

didasarkan atas pertimbangan bahwa anak-anak merupakan golongan yang rawan dan dependent, di samping karena adanya golongan anak-anak yang mengalami hambatan dala pertumbuhan dan perkembangannya, baik rohani, jasmani maupun sosial23. Dari berbagai macam peraturan yang ada, maka secara yuridis, Indonesia telah berupaya secara maksimal dalam memberikan perlindungan terhadap hak anak. Yang dibutuhkan kemudian adalah implementasi dari berbagai macam peraturan yang sudah ada yang tentunya menjadi tugas dan kewenangan dari eksekutif24

Berbicara mengenai peradilan, maka sangat besar kaitannya dengan proses beracara di pengadilan, yaitu dengan ketentuan-ketentuan hukum acara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peradilan yaitu segala sesuatu mengenai perkara pengadilan. Dan mengenai perkara yang dimaksud, apakah menyangkut perkara pidana, perdata ataupun tata usaha negara, harus diselesaikan menurut hukum acara masing-masing. Peradilan juga merupakan tempat mencari keadilan dalam menyelesaikan masalah-masalah tentang hak dan kewajiban seseorang menurut hukum. Secara yuridis peradilan merupakan kekuasaan kehakiman yang berbentuk badan peradilan

.

2) Peradilan Anak

25

23

Maidin Gultom I, Op. Cit, hlm. 35.

24

M. Nasir Djamil, Op. Cit, hlm. 29.

25

Maidin Gultom I, Op. Cit, hlm. 66.

. Peradilan secara sosiologis berperan sebagai lembaga kemasyarakatan harus dapat mencapai aspek tertinggi dari segala aspek nilai dalam hubungan antara manusia dan masyarakat, yaitu nilai keadilan.

Peradilan Anak merupakan badan peradilan yang berada di lingkungan Peradilan Umum. Dikatakan demikian karena Peradilan Anak bukan merupakan pengadilan khusus yang berdiri sendiri, melainkan suatu pengkhususan di lingkungan Peradilan Umum dengan kualifikasi perkara sama jenisnya dengan yang dilakukan oleh orang dewasa, yaitu melanggar ketentuan dalam KUHP. Hanya saja penanganan maupun cara berprosesnya di pengadilan harus dibedakan dari orang dewasa. Penempatan kata “anak” dalam Peradilan Anak menunjukkan batasan atas perkara yang ditangani oleh Badan Peradilan yaitu perkara anak26. Selain itu sebagai penegasan kekhususan untuk membedakan dengan sistem peradilan pidana dewasa. Keadilan yang akan diwujudkan harus dilakukan dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan anak. Hak-hak anak harus dijunjung tinggi. Kesejahteraan anak adalah hal utama yang harus diwujudkan. Peradilan Anak melibatkan anak dalam proses hukum sebagai subyek tindak pidana dengan tidak mengabaikan hari depan anak tersebut, dan menegakkan wibawa hukum sebagai pengayoman, pelindung serta menciptakan iklim yang tertib untuk memperoleh keadilan27

Sistem peradilan pidana (criminal justice system) menunjukkan mekanisme kerja dalam penanggulangan kejahatan dengan mempergunakan dasar “pendekatan sistem” . 28 26Ibid., hlm. 74. 27

Maidin Gultom II,Op. Cit, hlm.192.

28

M. Nasir Djamil, Op. Cit, hlm. 44.

. Pasal 1 angka 1Undang-Undang SPPA menyatakan bahwa Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyelesaian perkara anak yang berhadapan dengan hukum, mulai tahap penyelidikan sampai dengan

tahap pembimbingan setelah menjalani pidana. Diundangkannya peraturan baru tentang sistem peradilan pidana anak yang menggantikan Undang-Undang Pengadilan Anak terdahulu menyebabkan tata cara persidangan maupun penjatuhan hukuman dilaksanakan berdasarkan ketentuan undang-undang yang baru.

c. Tujuan Peradilan Anak

Pasal 1 Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan : “Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia”. Perlu digarisbawahi kata “menegakkan hukum” dan “keadilan”. Kedua kata di atas adalah kunci utama dari fungsi peradilan. Negara Indonesia adalah negara hukum. Sistem hukum harus beroperasi dengan baik agar hukum dapat ditegakkan dan keadilan dapat dicapai. Hakim, berkedudukan sebagai pengadil dalam suatu perkara, harus melalui mekanisme yang tepat sebelum pengambilan keputusan agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas putusan tersebut. Hakim dalam hal mengadili, harus menegakkan kembali hukum yang dilanggar sebagai konsekuensi kedudukannya sebagai penegak hukum.

Salah satu usaha penegakan hukum itu adalah melalui Peradilan Anak, sebagai suatu usaha perlindungan anak untuk mendidik anak tanpa mengabaikan

tegaknya keadilan29

Apabila perdamaian memang sudah tidak dapat dicapai, maka peradilan adalah jalan terakhir. Segala proses harus diikuti. Dan dalam hal ini, secara khusus peran Peradilan Anak meliputi

. Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang SPPA menyatakan : “Sistem Peradilan Pidana Anak mengutamakan pendekatan Keadilan Restoratif”. Keadilan Restoratif tidak menggunakan pembalasan sebagai dasar pemidanaan. Salah satu upayanya adalah diversi. Ketentuan pasal 1 angka 7 kemudian menjelaskan bahwa diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana. Artinya bahwa segala proses peradilan hanya akan dilakukan apabila sudah tidak dapat dicapai lagi perdamaian antara kedua belah pihak, baik pelaku maupun korban yang terkait. Dengan kata lain, peradilan merupakan jalan terakhir bagi penyelesaian perkara. Hal inilah yang menjadi tujuan utama dari Sistem Peradilan Pidana Anak, yang akan dijelaskan lebih lanjut pada bab selanjutnya.

30

a. Badan Peradilan sebagai sarana pendidikan dalam hal ikut serta dalam membentuk kepribadian anak melalui keputusan atau penetapan hakim. Pendidikan yang dimaksud adalah bagi pelanggar-pelanggar usia muda;

:

b. Badan Peradilan berkewajiban memberikan perlindungan bagi pelanggar-pelanggar muda dalam proses Peradilan dari tindakan-tindakan dan perlakuan-perlakuan yang merugikan demi kepentingan anak;

29

Maidin Gultom I, Op. Cit, hlm. 77.

17 Februari 2015, pkl: 22.05 WIB

c. Badan Peradilan harus melakukan pengawasan dan bimbingan dalam tindak lanjut dalam putusannya, demi hari depan pelanggar-pelanggar muda.

Ketiga hal tersebut jelas menegaskan bahwa kesejahteraan anak harus dapat dicapai. Terdapat tujuan untuk mendidik kembali, memperbaiki sikap dan perilaku anak tersebut agar ia dapat meninggalkan perilaku buruk yang selama ini dilakukan. Artinya bahwa bukan soal penjatuhan pidana saja yang diutamakan, akan tetapi harus melihat juga hak-hak dan masa depan anak yang harus dilindungi dalam perannya sebagai generasi penerus bangsa.

Dokumen terkait