KAJIAN PUSTAKA
B. Keterampilan Berpikir Kritis 1.Pengertian Berpikir Kritis 1.Pengertian Berpikir Kritis
5. Perlunya Keterampilan Berpikir Kritis
62
a. Basic operations of reasoning, untuk berpikir secara kritis seseorang memiliki kemampuan untuk menjelaskan, mengeneralisasi, menarik kesimpulan deduktif, dan merumuskan langkah-langkah logis lainnya secara mental.
b. Domain-specific knowledge, dalam menghadapi suatu problem, seseorang
harus memiliki pengetahuan tentang topik atau kontennya.
c. Metacognitive knowledge, pemikiran kritis yang efektif mengharuskan seseorang untuk memonitor ketika ia mencoba untuk benar-benar memahami suatu ide, menyadari kapan ia memerlukan informasi baru dan bagaimana ia dengan mudah mengumpulkan dan mempelajari informasi baru tersebut.
d. Values, beliefs, and disposition, berpikir secara kritis berarti melakukan penilaian secara objektif, pemikiran mengarah kepada solusi, ada semacam disposisi yang konsisten dan reflektif ketika berpikir.
5. Perlunya Keterampilan Berpikir Kritis
Keterampilan berpikir kritis perlu dilatihkan kepada siswa untuk mempersiapkan masa depan dirinya dalam memecahkan masalah, pengambilan keputusan yang dipikirkan secara matang dan pembelajaran tanpa henti sepanjang hayat, salah satu fungsi sekolah atau madrasah adalah menyediakan tenaga kerja yang mumpuni dan siap dengan berbagai masalah yang ada dimasyarakat, oleh karena itu keterampilan berpikir kritis merupakan hal penting untuk dilatihkan didalam proses pembelajaran. Keterampilan berpikir kritis merupakan alat yang dipergunakan dalam proses penguasaan konsep
63
karena pengetahuan konseptual merupakan akibat dari proses konstruktif, kemampuan ini tidak dapat berjalan dengan sendirinya akan tetapi perlu dikembangkan melalui berbagai cara dan secara perlahan-lahan dalam rangka untuk meningkatkan pola pikir siswa ke level tingkat tinggi.
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa keterampilan berpikir kritis mutlak diperlukan karena pada standar kompetensi lulusan menuntut siswa agar mampu berpikir secara analitik, kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah, menilai suatu pendapat dan membuat suatu kesimpulan, selain itu dianggap penting untuk menghadapi perubahan dunia yang begitu pesat yang selalu muncul pengetahuan baru setiap harinya sementara pengetahuan lama perlu ditata dan dikaji ulang. Dalam hal ini guru sebagai pelaksana pembelajaran harus memiliki persepsi yang baik terhadap pelaksanaan pembelajaran, guru diharapkan untuk memberdayakan, memanusiakan dan mengoptimalkan kemampuan siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis.33
33 Nurichah dkk, Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Berbasis Keterampilan Berpikir Kritis
126
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan, antara lain :
1. Konsep pembelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Sunan Kalijaga Larangan Pamekasan, yaitu dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan melibatkan tujuh komponen, yaitu: Konstruktivistik, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian sebenarnya. Pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi pelajaran yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang dialami siswa serta mendorong membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan agar siswa dapat menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan cara memanfaatkan pengetahuan yang dimilikinya, sehingga proses belajar mengajar dapat benar-benar berlangsung dan mampu memproses informasi dan pengetahuan sedemikian rupa sehingga pengetahuan tersebut dapat lebih bermakna. Penerapan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Sunan Kalijaga merupakan mata rantai dari penerapan kurikulum 2013 untuk mata pelajaran agama yang diterapkan mulai tahun 2014 sampai sekarang sedangkan untuk mata pelajaran umum masih menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), sehingga untuk mata pelajaran
127
agama kelas VII dan VIII memakai kurikulum 2013 dan kelas IX tetap menggunakan KTSP.
2. Desain pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Sunan Kalijaga Larangan Pamekasan dengan mengacu kepada silabus dan Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), silabus berisi garis-garis besar materi pelajaran, kegiatan pembelajaran dan rancangan penilaian, silabus dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan penyusunan kerangka/desain/skenario pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran termasuk mata pelajaran fiqih. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus yang berfungsi sebagai panduan langkah-langkah/ desain/ skenerio pembelajaran yang dilakukan oleh guru baik di dalam kelas ataupun diluar kelas yang disusun untuk setiap pertemuan, disusun dan dikembangkan dari rumusan tujuan pembelajaran yang mengacu dari indikator untuk mencapai hasil belajar sesuai dengan kurikulum 2013. Rencana pelaksanaan pembelajaran mencakup: data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester; materi pokok; alokasi waktu; tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi; materi pembelajaran; metode pembelajaran; media, alat dan sumber belajar; langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan penilaian.
128
B.Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian dalam tesis ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Lembaga pendidikan terutama pendidikan Islam dalam proses belajar-mengajar diharapkan untuk menggunakan pendekatan yang mampu mengembangkan, mengarahkan dan membina seluruh potensi anak didik sehingga anak didik mampu untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan global, pendekatan tersebut diantaranya pendekatan kontekstual yang membantu guru mengaitkan antara materi pelajaran yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang dialami siswa.
2. Pendidik harus mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional, sehingga pendidik tersebut tidak melihat anak didik sebagai sosok manusia yang passif dan terbelenggu, tidak melihat anak didik secara parsial, akan tetapi melihat anak didik sebagai subjek dan objek dalam proses belajar-mengajar, dilihat sebagai manusia yang mempunyai berbagai potensi atau kemampuan yang perlu dibina dan dikembangkan melalui pendidikan.
129