• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permainan merupakan salah satu bentuk kegiatandalam penjasorkes. Oleh sebab itu permainan mempunyai tugas dan tujuan yang sama dengan penjasorkes.

Apabila anak diberi permainan, maka anak akan bermain dengan rasa senang sehingga anak akan mengungkapkan keadaan pribadinya yang asli pada saat bermain, baik itu berupa watak asli maupun kebiasaan yang telah membentuk kepribadiannya. Dengan bermain orang dapat mengeluarkan potensi aktivitas manusia dalam bentuk gerak, sikap dan perilaku. Dari situasi seperti ini, guru dapat memberikan pengarahan, koreksi, saran, latihan maupun dorongan yang tepat agar anak didiknya berkembang lebih baik dan dapat mencapai kedewasaan yang diharapkan. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa dengan bermain kita dapat meningkatkan kualitas anak sesuai dengan aspek pribadi manusia. (Sukintaka, 1992:11-12)

2.2.1. Strategi Belajar Mengajar 2.2.1.1. Pengertian

Secara umum strategi mempunyai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bias diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kerpibadian anak didik sebagaimana yang diharapkan. 2. Memilih system pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan

pandangan hidup masyarakat.

3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.

4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau criteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan system instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

Dari uraian diatas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman untuk pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar agar behasil sesuai dengan yang diharapkan. (Strategi Belajar Mengajar, 2010: 5)

2.2.1.2. Hakikat Belajar Mengajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Olah karena itu, tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik tidak dituntut dari segi fisik saja, tetapi juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Berarti sama halnya anak didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar.

Peranan guru sebagai pembimbing bertolak dari cukup banyaknya anak didik yang bermasalah. Dalam belajar gerak ada anak yang cepat mencerna bahan, ada anak didik yang sedang mencerna bahan, dan ada juga anak didik yang lamban untuk mencerna bahan yang diberikan oleh guru. Ketiga tipe ini menghendaki agar guru mengatur strategi pengajarannya yang sesuai dengan

gaya-gaya belajar anak didik. Akhirnya, bila hakikat belajar adalah “perubahan”,

maka hakikat belajar mengajar adalah prose “pengaturan” yang dilakukan oleh guru.

2.2.1.3. Ciri-ciri Belajar Mengajar

Sebagai suatu pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari cirri-ciri tertentu, yaitu sebagai berikut:

1. Memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu.

2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Kegiatan ditandai dengan suatu penggarapan materi yang khusus. 4. Ditandai dengan aktivitas anak didik.

5. Berperan sebagai pembimbing yang berusaha menghidupkan dan memberi motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif.

6. Perlu kedisiplinan, dapat diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar.

7. Evaluasi harus dilakukan untuk mengetahui tercapainya tujuan pengajaran yang telah ditentukan. (Strategi Belajar Mengajar, 2010: 38-41)

2.2.1.4.. Prinsip Pembelajaran

Prinsip pembelajaran yang mengacu pada tujuan pembelajarn dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Prinsip pengaturan kegiatan kognitif

Pembelajaran hendaknya memperhatikan bagaimana mengatur kegiatan kognitif yang efisien. Caranya mengatur kegiatan kognitif yang efisien

menggunakan sistematika alur pemikiran dan sistematika proses pembelajaran itu sendiri.

2. Prinsip pengaturan kegiatan afektif

Pembelajaran aafaktif perlu memperhatikan dan pengaturan tiga kegiatan

afaktif, yaitu factor conditioning, behavior, human model. Faktor conditioning

yaitu perilaku guru yang berpengaruh terhadap rasa senang atau rasa benci siswa

terhadap guru. Faktor behavior modification yaitu pemberian penguatan seketika.

Faktor human model yaitu contoh berupa orang yang dikagumi dan dipercaya oleh

siswa.

3. Prinsip pengaturan kegiatan psikomotor

Pembelajaran psikomotor mementingkan faktor latihan, penguasaan prosedur gerak-gerak dan prosedur koordinasi anggota badan.

2.2.1.5. Strategi Pembelajaran

Komponen strategi pembelajaran terdiri atas empat hal, yaitu: 1. Urutan kegiatan pembelajaran

Urutan kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga tahapan yaitu pendahuluan, penyajian dan penutup. Pada tahapan pendahuluan guru menginformasikan tujuan, gambaran singkat materi yang akan disajikan dan menghubungkan pesan pembelajaran dengan pengalaman subjek belajar. Tahap penyajian ini terdiri atas kegiatan menguraikan ini pembelajaran, memberikan contoh dan memberi latihan.

2. Metode

Metode pembelajaran ini memuat pendekatan, model mengajar, metode atau teknik mengajar dengan ceramah, diskusi dan Tanya jawab. Setelah guru menyelesaikan materi secara bertahap, guru memberikan kesempatan anak untuk bertanya dann juga memberikan pertanyaan kepada anak. Apabila ada kesalahan maka disajikan untuk diskusi lebih lanjut.

3. Media pembelajaran

Media pembelajaran mencakup media visual, auditif, benda tiruan atau nyata dan alat pembelajaran. Guru harus pandai memberikan contoh benda yang berhubungan dengan materi pembelajaran.

4. Waktu

Waktu yang diperlukan untuk pembelajaran penjasorkes harus mengikuti prosedur kurikulum KTSP.

Dokumen terkait