• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan dan Tantangan Kabupaten Bener Meriah

BAB IV ANALISIS ISU-ISU SRATEGIS PEMBANGUNAN

4.1. Permasalahan dan Tantangan Kabupaten Bener Meriah

Bener Meriah merupakan daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang seharusnya dapat dikelola untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Peningkatan PAD merupakan salah satu modal untuk menunjang pembangunan di Bener Meriah. Pemanfaatan potensi sumber daya alam juga penting dilakukan untuk membuka lapangan kerja baru dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan sumber daya alam di sektor pertanian dan perkebunan perlu dilakukan secara intensif karena mampu menyerap hampir 50% angkatan kerja. Namun demikian, pengembangan sektor ini dibatasi oleh rendahnya kepemilikan lahan per kepala keluarga. Sektor-sektor lain yang bergerak dalam pemanfaatan potensi sumberdaya kehutanan juga mengalami persoalan yang sama sehingga belum mampu memberikan nilai tambah masyarakat terhadap produk yang dihasilkan. Pemanfaatan sumber daya alam perlu diimbangi dengan upaya mengurangi dampak kerusakan lingkungan.

Penggunaan teknologi harus dilakukan dengan tepat. Sistem pengelolaan hutan, pertambangan dan perkebunan yang belum tepat dapat berdampak pada kerusakan ekosistem, terjadinya bencana alam dan terganggunya tatanan kehidupan sosial masyarakat.

4.1.2. Pelaksanaan pembangunan kurang efektif dan efisien

Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang tidak tepat sasaran telah mengakibatkan tidak efisien dan tidak efektifnya pemanfaatan anggaran pembangunan dan memicu ekonomi biaya tinggi. Selain itu, proses pembangunan juga belum sepenuhnya diarahkan untuk kepentingan masyarakat umum. Hal ini mengakibatkan sasaran dan kualitas pembangunan tidak terealisasi secara maksimal. Oleh karena itu, dimasa yang akan datang penetapan standar operasional prosedur (SOP) dalam penyelenggaraan pemerintahanan yang baik dan bersih, serta komitmen yang tinggi dari penyelenggara pemerintahan daerah untuk pencegahan Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) sangat diperlukan.

4.1.3. Pelaksanaan nilai-nilai Dinul Islam belum maksimal

Pelaksanaan nilai-nilai Dinul Islam di Bener Meriah belum maksimal, terutama disebabkan oleh masih kurangnya pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai dinul Islam di kalangan masyarakat. Berbagai perilaku masyarakat masih banyak yang bertentangan dengan moralitas dan etika agama. Pemahaman dan pengamalan agama di kalangan peserta didik (sekolah umum dan agama) juga belum memuaskan disebabkan terutama oleh kuatnya

pengaruh negatif globalisasi. Hal tersebut telah mempengaruhi dan mendorong perilaku masyarakat ke arah yang negatif.

Salah satu cara untuk meningkatkan pelaksanaan nilai-nilai Dinul Islam ini adalah melalui pendidikan. Pendidikan budi pekerti dan pendidikan karakter dalam bingkai agama dan budaya sangat diperlukan dalam dunia pendidikan saat ini. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai Dinul Islam perlu dilaksanakan sejak usia dini baik di lingkungan pendidikan formal dan informal. Disamping itu, perbaikan kurikulum dan peningkatan kualitas pendidik juga perlu ditingkatkan.

4.1.4. Tingkat kemiskinan masih tinggi

Penduduk miskin di Bener Meriah pada tahun 2010 tercatat sebesar 26,22%, jauh lebih besar dari penduduk miskin provinsi Aceh yang sebesar 19,4%. Sebaran penduduk miskin Bener Meriah tinggi di tiga kecamatan yaitu Pintu Rime Gayo, Permata dan Bukit. Hal ini mencerminkan bahwa pembangunan selama ini belum memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.

Pendataan warga miskin secara valid akan sangat membantu dalam pengembangan program pengentasan kemiskinan. Koordinasi antar SKPD untuk pengembangan program pengentasan kemiskinan juga dapat dilakukan dengan lebih baik.

Walaupun tingkat pengangguran terbuka di Bener Meriah pada tahun 2010 relatif rendah (2,25%), program pengentasan kemiskinan melalui penciptaan lapangan kerja, peningkatan keterampilan masyarakat yang didukung oleh pembangunan infrastruktur dasar yang terintegrasi perlu menjadi prioritas di masa yang akan datang. Selain itu, dukungan terhadap akses modal, pemasaran produk unggulan masyarakat dan penguatan kelembagaannya perlu ditingkatkan. Perlu juga dikembangkan partisipasi masyarakat untuk secara aktif turut serta dalam memberdayakan masyarakat miskin.

Salah satu cara lain untuk memutuskan mata rantai kemiskinan struktural adalah melalui pendidikan. Karena itu, upaya penyediaan pendidikan yang murah dan terjangkau untuk memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat yang secara ekonomi kurang beruntung perlu dilakukan secara baik dan terdistribusi merata.

4.1.5. Keterlibatan peran swasta dalam pembangunan masih rendah

Pertumbuhan ekonomi Bener Meriah masih didorong oleh belanja pemerintah.

Partisipasi pihak swasta belum menunjukkan pengaruh yang besar terhadap pembangunan.

Usaha swasta masih sangat tergantung pada anggaran belanja pemerintah (APBK, APBA dan APBN). Karena itu, pemerintah daerah perlu mengupayakan agar pengusaha lokal, nasional maupun asing untuk berinvestasi di Bener Meriah. Namun demikian, Bener Meriah belum memiliki sistem administrasi dan manajemen investasi yang beroperasi secara optimal. Pihak yang bertanggung jawab atas pelaksanaan, monitoring dan evaluasi terkait kegiatan investasi belum jelas dan masih tumpang tindih, walaupun Bener Meriah telah memiliki fasilitas Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) bagi kegiatan penanaman modal. Di samping itu juga belum ada kebijakan investasi dan regulasi mengenai penanaman modal.

Sinkronisasi investasi pembangunan menjadi penting untuk tercapainya sinergi yang

dunia usaha dengan program pembangunan daerah. Implementasi dari hubungan kemitraan dilaksanakan melalui pola-pola kemitraan yang sesuai dengan sifat, kondisi budaya dan keunikan lokal.

4.1.6. Sektor Koperasi dan UMKM belum berkembang dengan baik

Sektor Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor yang sangat strategis dalam menunjang perekonomian daerah sekaligus mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Namun demikian, sektor ini belum berkembang secara optimal. Permasalah utama yang selalu dihadapi pelaku UMKM adalah permodalan, pemasaran dan manajemen. Pendekatan yang mungkin dilakukan adalah dengan mempermudah pemberian kredit mikro perbankan dan pemanfaatan CSR BUMN secara tepat sasaran.

Permasalahan lainnya yang masih dihadapi oleh Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Bener Meriah adalah iklim usaha yang kurang kondusif, seperti besarnya biaya transaksi akibat masih adanya ketidakpastian berusaha, persaingan pasar yang kurang sehat, terbatasnya akses kepada sumber daya produktif terutama terhadap bahan baku, permodalan, sarana dan prasarana serta informasi pasar. Di sisi lain, tantangan utama yang dihadapi Usaha UMKM di Bener Meriah adalah masih rendahnya kinerja dan produktivitas usaha dalam menghasilkan produk yang berkualitas dan berdaya saing untuk memenuhi permintaan pasar domestik, regional dan internasional. Dengan demikian, tantangan ke depan adalah bagaimana meningkatkan produktifitas dan daya saing usaha UMKM yang berbasis agroindustri yang didukung oleh peningkatan kapasitas kelembagaan.

4.1.7. Pertumbuhan ekonomi belum merata

Pertumbuhan ekonomi Bener Meriah masih rendah (1,58% pada tahun 2010), lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi Nasional yang tercatat sebesar 6,5% (Bank Indonesia, 2011). Perkembangan pertumbuhan ekonomi Bener Meriah pada periode 2007-2011 juga menunjukkan kecenderungan yang fluktuatif. Rendahnya pertumbuhan ekonomi Bener Meriah disebabkan oleh belum optimalnya pemanfaatan sumber daya alam. Hal ini terlihat dari masih rendahnya produksi dan nilai tambah dari produk unggulan daerah yang belum secara nyata meningkatkan perekonomian Bener Meriah. Selain itu, lemahnya sistem pengelolaan keuangan daerah, rendahnya minat investasi swasta pada sektor produktif dan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan juga berkontribusi terhadap rendahnya pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi dapat dipacu melalui kebijakan pembangunan pertanian yang dilaksanakan dengan mengembangkan pola pertanian terpadu yang dapat memberikan nilai tambah (added value) tinggi terhadap produk yang dihasilkan. Daya saing produk lokal Bener Meriah juga perlu ditingkatkan di pasar regional dan internasional. Kegiatan promosi perdagangan yang ada selama ini dilakukan belum memiliki target pasar yang jelas sehingga evaluasi juga sulit untuk dilakukan. Industri skala kecil dan menengah di Bener Meriah perlu dikembangkan lebih lanjut mencakup investasi, produksi dan pemasaran.

Selain memacu sektor pertanian, perdagangan dan industri untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, Bener Meriah perlu memberikan perhatian yang lebih serius pada pengembangan sektor pariwisata. Sektor ini dapat membuka peluang kerja dan meningkatkan pendapatan daerah serta kesejahteraan masyarakat. Pariwisata yang berbasis alam

(ekopariwisata) di Bener Meriah memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan. Hal-hal yang harus dilakukan untuk pengembangan pariwisata di Bener Meriah adalah:

1) Infrastruktur pariwisata (akomodasi, transportasi dan jasa pelayanan) 2) Promosi pariwisata

3) Kebersihan di kawasan wisata dan sekitarnya.

4) Keamanan dan ketertiban yang menjamin kenyamanan wisatawan.

5) Diversifikasi atraksi pariwisata alami

4.1.8. Kualitas sumberdaya manusia masih rendah

Kualitas sumberdaya manusia (SDM) Bener Meriah yang direpresentasikan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) masih tergolong rendah. Daya saing SDM Bener Meriah juga masih tergolong rendah, yang dicirikan dengan masih terbatasnya jumlah lulusan sekolah kejuruan yang memiliki keterampilan (skill), jumlah tenaga kerja yang berpendidikan tinggi masih sedikit dan rasio ketergantungan penduduk usia produktif dengan jumlah penduduk masih tinggi. Angka rasio ketergantungan hidup pada tahun 2009 adalah 55,59%. Ini berarti setiap satu orang penduduk usia produktif harus menanggung seorang penduduk usia tidak produktif.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia ini harus dilakukan melalui peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan. Pendidikan keterampilan bagi masyarakat Bener Meriah juga perlu ditingkatkan, khususnya bagi warga miskin. Hal ini dimasudkan agar mereka dapat mengembangkan diri dan dapat berusaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sementara itu, permasalahan kesehatan di Bener Meriah yang perlu diatasi diantaranya untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil, kesehatan balita, serta PHBS dan kesehatan lingkungan

4.1.9 Infrastruktur dan tata ruang belum optimal

Permasalahan infrastruktur dan tata ruang di Bener Meriah terkait dengan laju perubahan penggunaan lahan dan infrastruktur pedesaan.

1. Laju perubahan penggunaan lahan

Permasalahan laju perubahan penggunaan lahan yang khususnya terjadi akibat konversi hutan produksi menjadi kebun dan ladang relatif tinggi. Laju perubahan penggunaan lahan ini haru menjadi perhatian serius agar fungsi hutan, sebagai hutan lindung dana hutan produksi dapat dipertahankan.

2. Infrastruktur Pedesaan

Infrastruktur pedesaan yang masih mejadi permasalahan di Bener Meriah adalah akses transportasi dan bangunan rumah layak huni. Aksesibilitas menjadi penting dalam pembangunan daerah karena aksesibilitas yang baik akan menjamin mobilitas penduduk, barang dan jasa menjadi semakin lancar. Selain itu perlu dikembangkan pusat-pusat pelayanan baru sehingga dapat mendorong peningkatan sector perekonomian.

Dokumen terkait