• Tidak ada hasil yang ditemukan

keuangan daerah, dan sesuai dengan komitmen sebagaimana yang ditentukan di dalam Peraturan Daerah

4.1 Permasalahan Pembangunan Kabupaten Lamongan

Pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Lamongan menunjukkan perkembangan positif dari tahun ke tahun. Meskipun begitu, masih terdapat beberapa permasalahan yang menjadi beban dan tantangan yang harus dituntaskan dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Berdasarkan hasil survei dan pemetaan, secara umum permasalahan pembangunan yang dihadapi oleh Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut.

1. Permasalahan sarana dan prasarana (infrastruktur) dasar 2. Permasalahan ketenagakerjaan dan pengentasan pengangguran 3. Permasalahan pertanian

4. Permasalahan kemiskinan

5. Kualitas dan pemerataan pelayanan pendidikan 6. Kualitas dan pemerataan pelayanan kesehatan 7. Tata kelola pemerintahan

Berikut uraian lengkap tentang permasalahan pembangunan Kabupaten Lamongan.

Salah satu fokus pembangunan infrastruktur adalah pembangunan jalan. Pencapaian pembangunan jalan di Kabupaten Lamongan hingga tahun 2015 baik berupa jalan kabupaten, poros strategis, poros potensial, poros desa dan lingkungan mencapai diatas 90 % dalam kondisi baik.

Meskipun tren jalan di Kabupaten Lamongan dari tahun ke tahun dalam kondisi baik, namun struktur tanah di Kabupaten Lamongan yang rata-rata lembek dan labil hampir di semua ruas, sehingga mengakibatkan usia fisik jalan secara alami lebih cepat menurun. Di samping itu, rendahnya kesadaran masyarakat khususnya pemakai jalan, untuk mematuhi batas maximum tonase yang diijinkan juga mempercepat kerusakan badan jalan. Oleh karenanya pembangunan infrastruktur ke depan disamping memperluas akses tetapi juga meningkatkan kualitas jalan melalui pemeliharaan sehingga memiliki kemanfaatan yang maksimal bagi masyarakat. Terlebih dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan daya saing daerah, mutlak adanya pemantapan kondisi infrastruktur daerah.

Permasalahan lainnya berkaitan dengan genangan air di wilayah Bengawan Jero yang merupakan wilayah cekungan dan memiliki elevasi di bawah permukaan air laut sehingga dalam kondisi tertentu akan mengalami banjir. Dampak banjir tersebut yang dirasakan setiap tahun oleh masyarakat di 9 kecamatan yang dilalui Sungai Bengawan Solo adalah kerusakan jalan, saluran irigasi, gagal panen, kerusakan sarana dan prasarana fasilitas umum. Di sisi lain terjadinya pendangkalan waduk dan rawa yang memiliki sedimentasi sangat tinggi karena lebih dari 25 tahun tidak pernah dilakukan pengerukan terutama waduk-waduk dan rawa kewenangan Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Pusat, sehingga berpengaruh terhadap penyediaan air baku yang dibutuhkan oleh masyarakat umum maupun petani.

Permasalahan sarana dan prasarana lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah masih terdapatnya rumah tidak layak huni dan bersanitasi kurang layak. Hal ini berpengaruh terhadap pola hidup masyarakat yang kurang sehat.

Proses pembangunan kedepan perlu orientasi yang berwawasan lingkungan sehingga dibutuhkan kawasan ruang terbuka hijau di wilayah Kabupaten Lamongan, sedangkan pada tahun 2014 RTH untuk publik masih belum maksimal

4.1.2 Permasalahan Ketenagakerjaan dan pengentasan pengangguran

Permasalahan ketenagakerjaanyang utama adalah berkaitan dengan tingginya angka pengangguran. Salah satu faktor penyebabnya adalah minimnya peluang lapangan kerja baru serta minimnya iklim usaha yang ramah terhadap pengembangan perekonomian (baik investasi maupun pengembangan UMKM). Salah satu indikator yang nampak di Kabupaten Lamongan adalah masih tingginya angka penganggurandan rendahnya kompetensi daya saing,baik di sektor formal maupun informal.terlebih ketika dikaitkan dengan kebijakan integrasi ekonomi dan sosial dalam konteks Masyarakat Ekonomi ASEAN dan globalisasi. Dalam situasi yang demikian, isu untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten dan berdaya saing perlu disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan.

4.1.3 Permasalahan Pertanian

Pertanian merupakan salah satu sektor unggulan di Kabupaten Lamongan. Hal tersebut terlihat dari kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Lamongan. Pada tahun 2014 sektor pertanian memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Lamongan yaitu 38,48 % dari total PDRB Kabupaten Lamongan. Besarnya kontribusi sub sektor ini didukung produksi gabah yang mencapai 1.028.254 ton GKG. Selama Tahun 2010 – 2014 tingkat produksi padi rata rata sebesar 888.728 ton gabah kering giling pertahun menjadikan Kabupaten Lamongan sebagai salah satu kabupaten penyangga beras di Jawa Timur.

Dengan potensi yang ada, sektor pertanian masih menjadi tumpuan perekonomian utama di Lamongan, namun beberapa permasalahan yang muncul dalam upaya pengembangan pertanian di Lamongan adalah sebagai berikut :

1. Rendahnya Nilai Tukar Petani (NTP) yang diakibatkan oleh besarnya biaya produksi, akan tetapi pendapatan yang dihasilkan petani masih relatif belum memadai, sehingga selisih antara biaya produksi dan pendapatan relatif sempit. 2. Petani masih banyak yang menggunakan peralatan tradisional, sehingga

memerlukan sarana dan prasarana modern untuk meningkatkan produktifitas.

3. Belum berkembangnya penggunaan sarana produksi pertanian organik. Sebagai upaya untuk meningkatkan penghasilan petani di masa yang akan datang serta produktifitas pertanian dengan tidak merusak lingkungan adalah dengan mengembangkan produk pertanian organik.

4. Lahan kering sebagai salah satu tipologi lahan usaha tani yang diusahakan oleh petani, secara umum memiliki beberapa tipikal yang berhubungan dengan ketersediaan air bagi tanaman, antara lain; 1) memiliki sumber daya air yang terbatas, 2) mengandalkan pada air hujan dan 3) memiliki air tanah yang relatif dalam dan 4) hilangnya air yang relatif cepat (fast-drain). Keterbatasan sumber air tersebut menjadikan daerah pertanian lahan kering sangat rawan terhadap kekeringan.

5. Kurangnya lembaga permodalan yang menangani kredit pertanian berdampak terhadap merebaknya kemiskinan petani. Kebutuhan permodalan bagi petani di desa-desa seringkali tidak ditangkap oleh pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di daerah. Akibatnya banyak petani yang terjerat dengan individu/lembaga peminjaman modal non-formal, seperti rentenir, tengkulak dan sebagainya.

6. Pengolahan pasca panen produk-produk pertanian sebagian besar masih belum dilakukan pengolahan, sehingga nilai tambah masih rendah.

4.1.4 Permasalahan Koperasi dan UKM 4.1.5 Permasalahan Kemiskinan

Permasalahan kemiskinan menjadi permasalahan global yang tidak hanya dihadapi oleh Kabupaten Lamongan. Oleh karenanya dalam menangani permasalahan kemiskinan diperlukan pendekatan terpadu dan komprehensif dari berbagai sektor/dinas di Kabupaten Lamongan. Tidak hanya itu, pemerintah Kabupaten Lamongan juga perlu melakukan sinkronisasi dengan berbagai program pengentasan kemiskinan yang lain, baik dari pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat.

Presentase jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Berdasarkan Data BPS pada tahun 2011 tercatat sebesar 17,41 persen, angka tersebut terus mengalami penurunan hingga di angka 15,18 persen pada tahun 2015. Meskipun mengalami penurunan, angka tersebut masih di atas Provinsi Jawa Timur sebesar 12,28 persen,sehingga permasalahan kemiskinan perlu mendapat perhatian.

4.1.6 Permasalahan Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu pondasi dalam menopang kualitas sumber daya manusia (SDM).Pendidikan menjadi bagian penting dari sasaran pembangunan, sehingga pemerintah daerah menaruh perhatian yang serius terhadap permasalahan ini.Meskipun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Lamongan secara agregat

berada di atas IPM Jawa Timur, tapi tantangan ke depan menjadi semakin kompetitif dengan perubahan yang terjadi di lingkungan regional dan global.

Isu dan permasalahan pokok pendidikan di Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut:

1. Belum meratanya kualitas pendidikan, terutama disebabkan distribusi tenaga pendidik/guru yang tidak merata dan kurangnya tenaga administrasi di lembaga sekolah.

2. Permasalahan terkait dengan kondisi sarana dan prasarana yang terbatas dan mengalami kerusakan. Kerusakan terjadi dikarenakan beberapa hal, misalnya karena usia bangunan yang sudah tua, bencana alam dan sebagainya.

3. Permasalahan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan. Kemampuan dan kapasitas tenaga pendidik dan kependidikan akan mempengaruhi kualitas pendidikan secara keseluruhan. Di Kabupaten Lamongan, perlu ada upaya sistematis untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan dalam upaya meningkatkan daya saing sumberdaya manusia.

4.1.7 Permasalahan Kesehatan

Bidang kesehatan juga menjadi faktor penting dalam memperkuat kualitas Sumber Daya Manusia. Kualitas SDM yang baik akan menunjang peningkatan daya saing daerah di masa yang akan datang.

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam rangka pembangunan kesehatan Kabupaten Lamongan sebagai berikut :

1. Belum meratanya pelayanan kesehatan di Kabupaten Lamongan. Meski jumlah fasilitas kesehatan sudah terdistribusi diseluruh wilayah kecamatan, tetapi sebagian masyarakat masih mengeluhkan minimnya peralatan yang dimiliki. 2. Percepatan pemulihan penderita gizi buruk belum optimal, dikarenakan

keterbatasan anggaran untuk pengadaan makanan tambahan.

3. Masih tingginya penderita yang datang ke layanan dalam kondisi AIDS.

4. Masih tingginya penderita DBD di masyarakat yang disebabkan masih rendah kesadaran masyarakat akan kebersihan ligkungan dan belum optimalnya Gerakan Pembrantasan Sarang Nyamuk (PSN) di masyarakat masih belum optimal.

6. Ketersediaan tenaga medis terutama Dokter Spesialis masih terbatas, sehingga pelayanan spesialis masih belum optimal.

4.1.8 Tata Kelola Pemerintahan

Tata kelola pemerintah yang baik merupakan aspek mendasar dalam mengimplementasikan pembangunan daerah. Sebagai subyek utama pembangunan, penyelenggaraan pemerintahan diarahkan untuk dapat mewujudkan prinsip-prinsip

good govervance dan clean government. Salah satu permasalahan tata kelola

pemerintahan adalah berkaitan dengan peningkatan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah.

Peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara/daerah ditunjukkan dengan adanya akuntabilitas pelaporan keuangan yang memadai, meliputi kewajaran penyajian Laporan Keuangan Pemerintah daerah (LKPD) dan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LK K/L). Opini BPK terhadap Laporan Keuangan pemerintah Kabupaten Lamongan masih memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), yang menunjukkan bahwa akuntabilitas pelaporan keuangan pemerintah Kabupaten Lamongan perlu ditingkatkan.

Permasalahan lainnya adalah berkaitan peningkatan pelayanan publik kepada masyarakat. Tata kelola pemerintahan yang baik dapat mendorong terwujudnya pelayanan publik yang prima. Ke depan, Pemerintah Kabupaten Lamongan perlu juga perlu memfokuskan pada upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat, yang dievaluasi secara periodik dengan mengukur Indeks Kepuasan Masyarakat di beberapa unit layanan yang ada.

Dokumen terkait