BAB II KAJIAN TEORI
3. Permasalahan Psikologis
Penyakit merupakan suatu gangguan fungsi atau struktur tubuh yang menyebabkan kegagalan dalam mencegah datangnya stressor. Kemampuan organisme untuk menolak penyakit didasarkan kepada sejumlah kegiatan penyeimbang yang kompleks, yaitu proses homeostatis, atau stabilisasi dinamis yang melibatkan berbagai bagian tubuh dalam bekerjasama satu sama lainnya. Apabila mekanisme homeostatis mengalami gangguan, maka tubuh akan lebih mudah terpengaruh oleh stressor, seperti oleh mikroba-mikroba yang menyebabkan infeksi. Dalam pandangan modern, penyakit bukan kondisi yang hanya disebabkan oleh satu penyebab (stressor), tetapi juga oleh lebih dari satu stressor. Semua penyakit mengganggu ritme biologis yang normal dan cenderung melahirkan kelelahan, pola tidur yang tidak teratur, ketegangan otot, dan gangguan lainnya (Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, 2006: 256).
Penyakit diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit kronis dan merupakan penyakit yang rentan terjadi komplikasi. Diabetes mellitus dikenal dengan penyakit kencing manis atau kencing gula. Penyakit Diabetes Mellitus (DM) adalah
30
gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin (Anies, 2006: 37).
Individu yang mengalami permasalahan kesehatan, pada umumnya berkemungkinan mengalami permasalahan psikologis, terutama dapat terjadi pada pengidap penyakit kronis yang memerlukan pengobatan jangka panjang dan mempunyai resiko kematian lebih besar dibandingkan pengidap penyakit lain. Fungsi suatu organ juga bisa menjadi kacau atau tidak beres disebabkan oleh faktor-faktor psikis, misalnya oleh: prasangka kecemasan, kekhawatiran yang berlebihan, dan kebimbangan kronis. Suatu penyakit dapat membuat seseorang merasa kecil dan lemah, serta membuat seseorang menjadi lebih bergantung pada orang lain. Juga menumbuhkan keinginan-keinginan yang kuat untuk dimengerti orang lain dan memobilisir dambaan akan simpati dari orang lain (Kartini Kartono, 2010: 16).
Individu yang mengalami permasalahan kesehatan, pada umumnya berkemungkinan mengalami permasalahan psikologis. Gangguan yang paling sering muncul akibat diagnosa diabetes adalah stres dan depresi. Menurut Chaplin (2002: 448) stres merupakan kondisi seseorang ketika mengalami tekanan, tekanan fisik maupun tekanan mental, sedangkan depresi merupakan gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Depresi ditandai dengan perasaan sedih yang psikopatologis, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang
31
menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata sesudah sedikit saja, dan berkurangnya aktivitas (Chaplin, 2002: 98).
Menurut Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan (2006: 252) stres dapat diartikan sebagai respon (reaksi) fisik dan psikis, yang berupa perasaan tidak enak, tidak nyaman, atau tertekan, baik fisik maupun psikis sebagai respon atau reaksi individu terhadap stressor yang mengancam, mengganggu, membebani, atau membahayakan keselamatan, kepentingan, keinginan, atau kesejahteraan hidupnya.
Pengidap penyakit diabetes mellitus biasanya ekstra ketat dalam memantau kadar gula mereka. Anies (2006: 38) mengatakan bahwa agar pengidap penyakit diabetes mellitus dianjurkan untuk pergi ke tempat yang tenang agar dapat meringankan gejala stres yang mereka hadapi. Artinya, pengidap penyakit diabetes mellitus dianjurkan untuk menenangkan pikiran mereka untuk menghindari dan meringakan stres yang mereka hadapi.
Hal ini membutuhkan kesabaran yang ekstra, para pengidap penyakit diabetes mellitus awalnya sulit untuk dapat menerima penyakit ini. Proses adaptasi terhadap pola hidup yang baru tidaklah mudah. Sebelum mengidap penyakit diabetes para pengidap penyakit ini tidak perlu menjalani diet ketat dan dapat memakan makanan yang diinginkan serta tidak perlu minum obat-obatan, namun setelah mengidap penyakit ini penderita tidak bisa bebas memakan makanan yang diinginkan dan harus menjalani diet ketat serta harus meminum obat-obatan yang dianjurkan. Hal ini dapat merubah gaya hidup penderita yang pernah dilakukan selama bertahun-tahun (M. N. Bustan, 2007: 103).
32
Anies (2006: 45) mengatakan bahwa pengalaman lain seperti harus memilih-milih makanan, sampai harus berhati-hati dalam melakukan suatu pekerjaan agar tidak terkena luka walaupun sekecil apapun karena dapat berakibat fatal bahkan sampai harus di amputasi. Hal ini, juga dapat mempengaruhi kondisi psikologis pengidap penyakit diabetes mellitus.
Selain itu menurut M. N. Bustan (2007: 103) penyakit diabetes juga rentan terhadap komplikasi dengan penyakit lain. Penyakit diabetes mellitus dapat menyerang hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai dari kulit sampai jantung. Komplikasi bisa bersifat akut, dan ada yang kronik. Komplikasi ditandai dengan: infeksi (karbunkel, angren, pielonefritis, dan lain-lain). Bentuk-bentuk komplikasi itu bisa berupa, masing-masing pada sistem:
1) Sistem kardiovaskuler : hipertensi, infark miokard, insufiensi koroner 2) Mata : retinopati diabetika, katarak
3) Paru-paru : TBC
4) Ginjal : pielonefritis, glumeruloskelrosis 5) Saraf : neropati diabetika
6) Hati : sirosis hepatis
7) Kulit : dangren, ulkus, furunkel.
Sehingga pengidap penyakit diabetes mellitus harus lebih berhati-hati dalam menjalani pola hidup dan harus menjalani pola hidup yang sehat supaya resiko komplikasi dapat dihindari.
33
Para pengidap penyakit diabetes mellitus juga dianjurkan untuk berolahraga secara rutin. Diet dan olahraga harus dilakukan secara bersamaan dan beriringan, sebagai sarana untuk mengontrol gula darah mereka. Olahraga yang biasanya dianjurkan bagi para pengidap penyakit diabetes mellitus adalah senam aerobik, jalan,
jogging, bersepeda atau berenang. Namun hal ini terkadang sulit dilakukan karena perasaan malas, letih dan lemas yang dirasakan oleh para pengidap penyakit diabetes dan terkadang harus melakukan olahraga dapat menjadi beban bagi mereka (Anies, 2006: 50).
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kewajiban menjalankan diet, berpola hidup yang sehat, memilih-milih makanan, makan teratur, berhati-hati dalam melakukan suatu pekerjaan, dan olahraga secara rutin dapat memicu stres bagi para pengidap penyakit diabetes mellitus. Pola hidup yang berbeda dengan sebelum terkena penyakit diabetes dan harus dirubah seketika untuk menekan terjadi komplikasi dan mengendalikan kadar gula juga dapat menjadi sumber stres bagi para pengidap penyakit ini.
Agus M. Hardjana (1994: 26) mengatakan bahwa sumber stres ada dua yaitu pada orang yang terkena stres itu sendiri (internal sources) dan dari lingkungan
eksternal sources. Para pengidap penyakit diabetes mellitus memiliki sumber stres yang berbeda satu sama lain. Ada yang mengatakan sumber stres karena pola diet yang terlalu ketat, kewajiban olahrahga rutin, resiko komplikasi dan ada juga yang mengatakan karena ketakutan resiko kematian yang besar ataupun karena kurangnya dukungan sosial dari keluarga dan orang terdekat.
34