• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Domain

4.1.2 Permintaan dan Kondisi Pasar

Perusahaan harus memiliki kapabilitas untuk mendesain produk yang mampu menjawab apa yang menjadi kebutuhan atau permintaan konsumen

dengan melakukan penggalian perspektif dan menganalisis keinginan konsumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa “Osing Deles” menganalisis keinginan konsumennya dengan mengetahui produk seperti apa yang banyak diinginkan konsumennya, melalui pengalaman mengolah delapan distro yang dimiliki sebelum mendirikan “Osing Deles”. Hal tersebut diutarakan dr. Zunita selaku istri pemilik “Osing Deles” bahwa, “sebenarnya kami banyak belajar dari delapan distro milik kami mbak, akhirnya kami tahu banyak tentang seperti apa keinginan

konsumen”. (September 2014)

Pengalaman kira-kira 10 tahun yang membuat pemilik “Osing Deles” memiliki kesempatan untuk menggali masukan dari konsumen, sehingga sangat bermanfaat dalam usaha menciptakan atau dalam mengembangkan ide pada

“Osing Deles”. Selain masukan dari konsumen, pemilik “Osing Deles” juga menganalisis kemauan konsumen dari kaos-kaos yang banyak disukai konsumen. Delapan distro yang telah dimilikinya sangat membantu mengetahui keinginan konsumen. Seperti yang dinyatakan Bapak Burhan pemilik “Osing Deles”,

“dari pengalaman distro-distro sebelumnya “Osing Deles” itulah kami banyak tahu mbak, seperti apa yang banyak disukai konsumen dengan berbagai macam segmentasinya. Dari segi jenis bahan kainnya, dari sablon, dan dari model kaosnya juga. Standart sebenarnya, maunya konsumen kan yang penting selain desainnya bagus ya kaosnya enak dipakai. Seleranya konsumen kebanyakan tidak terlalu tebal, juga tidak terlalu tipis, kainnya halus dan nyaman dipakai. Kami tahu kesukaan konsumen ya dari pengalaman mengelolah distro-distro

sebelumnya itu mbak” (November 2014)

Pengalaman tersebut menjadi keuntungan tersendiri bagi “Osing Deles”, jadi diawal “Osing Deles” memulai bisnisnya sudah banyak mengetahui seperti apa kaos yang banyak disukai konsumen. Dengan demikian “Osing Deles” tidak banyak memiliki kekawatiran produknya tidak laku, jadi mereka fokus terhadap kreativitas pada kaos-kaosnya tersebut. Hal tersebut sempat dinyatakan Bapak

Burhan bahwa, “dengan pengalaman kita itu ya Alhamdulillah kita tidak perlu

banyak kuwatir tentang kualitas yang dicari pasar, tapi ya harus tetap belajar mbak. Jadi kita bisa fokos pada kreativitas kaosnya, yang lain ya kita sesuaikan

b. Kondisi pasar

Tujuan perusahaan membaca kondisi pasar yaitu berusaha untuk bertahan dalam persaingan dan menatakelolah siklus hidup produk. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa “Osing Deles” menyesuaikan kondisi pasar dengan mengadaptasikan produk yang ada di pasar. Caranya melihat trend mode yang banyak disukai konsumen, trend dari distro yang disukai anak-anak muda, dan melihat kemana arah model artis-artis yang banyak disukai anak muda. “Osing

Deles” dalam mengembangkan produk juga didasarkan pada kebutuhan konsumen. “Osing Deles” membatasi peluncuran per desain produk supaya konsumen tidak bosan dengan produknya, biasanya per desain dibuat 1-2 lusin. Apabila produk habis dan dicari konsumen, “Osing Deles” tetap tidak meluncurkan produk yang sama, namun dapat dibuatkan tema yang sama tetapi dengan desain yang berbeda. Alasan tersebut dinyatakan Bapak Burhan selaku pemilik “Osing Deles”,

“peluncuran desain kaos memang kami batasi mbak, kami

sengaja melakukan itu supaya konsumen tidak bosan. Dulu sempat ada konsumen minta kaos “Osing Deles” yang kebetulan desainnya sudah habis stoknya, bahkan minta dibuatkan lagi yang sama, tapi tidak kami lakukan. Kami berfikir logikanya gini mbak, misalnya kami keluarkan desain yang sama dengan jumlah yang banyak, nanti kalau kaos itu banyak laku di pasar pasti banyak yang pakai dan banyak yang kembaran, nanti malah konsumen kami tidak mau lagi pakai kaos “Osing Deles” karena banyak yang sama. Inti dari tujuan kami membatasi jumlah produk per desain seperti itu, solusinya kalau tema tersebut laku dan banyak dicari ya kami buatkan dengan desain yang beda, seperti salah satu tema kami yang mengangkat Santet. Itu laku banyak dikalangan anak muda, nah

itu kami buatkan beberapa desain yang berbeda” (Desember

2014)

Hal yang sama juga dinyatakan Mas Rizal selaku salah satu tim desain “Osing Deles” bahwa, “produk kami memang dibatasi jumlahnya mbak, jika satu desain tersebut habis ya kami tidak memproduksinya kembali. Karena terus terang saja saya dan Mas Hendra itu takut barang meledak di pasar, tapi selesai ya selesai. Mending sepuluh tapi terus ketimbang satus tapi medot. artinya kan lebih baik sepuluh tapi continue daripada seratus tapi selesai disitu. Jadi harapan kami ya produk “Osing Deles”

tetap secara continue daripada meledak tapi setelah itu “Osing

Deles” selesai. Itu saja yang ada dipikiran saya sama Mas Hendra sebenarnya” (Desember 2014)

Sebenarnya permintaan konsumen untuk diproduksi ulang produk yang habis akan menguntungkan bagi “Osing Deles”, namun “Osing Deles” memiliki beberapa pertimbangan mengapa produknya harus dibatasi. Selain bertujuan supaya konsumen tidak bosan dengan produk “Osing Deles”, “Osing Deles” juga ingin menjaga loyalitas konsumennya. Persepsi “Osing Deles”, jika jumlah produk terlalu banyak diproduksi dalam satu desain, produk tersebut akan banyak ditemui konsumen yang lain. Itu akan menciptakan persepsi konsumen yang negatif pada kaos “Osing Deles”. Seperti yang dinyatakan Mas Hendra selaku salah satu tim desain “Osing Deles” bahwa,

“kalau dibilang untung ya jelas menguntungkan mbak, tapi kalau dilihat dari segi kreativitasnya akan merugikan “Osing Deles” untuk kedepannya. Kita tidak mau terpaku hanya dalam konsep satu desain saja, kita membatasi satu desain itu 1-2 lusin saja. Jangankan orang lain, kita aja kalau pakai kaos ada yang sama pakai kan males mbak, lah kok ada yang sama, mesti males wes. Untuk menghindari hal kayak gitu mangkanya kita batasi per desain ata per artikelnya. Kalau bicara hasil ya jelas menghasilkan, tapi kita fokus di kreativitas mbak. Banyak yang minta dibuatkan yang sama, tapi kami buatkan desain yang

berbeda dengan tema atau artikel yang sama.” (Januari 2015)

Pemilik “Osing Deles” tidak takut desain mereka ditiru oleh pesaing- pesaingnya yang sama menjual kaos khas Banyuwangi karena pembatasan jumlah produk per desain tersebut karena mereka memiliki prinsip, seperti yang dikatakan dr. Zunita bahwa, “kami tidak takut produk kami ditiru, karya jika disukai maka akan ditiru. Prinsip kami, kami berusaha tidak mengikuti pasar yang sama-sama menghasilkan koas Khas Banyuwangi, tetapi berusaha menjadi

pemimpin pasar.” (Desember 2014)

Dokumen terkait