• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permintaan dan Penawaran Uang

Dalam dokumen Materi BANK SENTRAL BI halal (Halaman 168-172)

Bagian II : Petunjuk Khusus

BAB 5 Indeks Harga dan In fl asi

A. Permintaan dan Penawaran Uang

1. Teori Permintaan dan Penawaran Uang

Permintaan uang adalah kebutuhan masyarakat terhadap uang. Adapun penawaran uang adalah jumlah uang yang ada dan siap beredar untuk keperluan transaksi bagi masyarakat pada wilayah dan waktu tertentu. Permintaan uang dan penawaran uang yang saling berinteraksi di pasar uang menentukan harga dan kuanitas uang. Jika jumlah permintaan uang melebihi jumlah penawaran uang, maka akan cenderung mengakibatkan gejala deflasi. Sementara itu, jika jumlah permintaan uang lebih rendah dibanding jumlah penawaran uang, maka akan cenderung mengakibatkan gejala inflasi.

Untuk lebih memahami tentang konsep permintaan dan penawaran uang, maka Anda harus mengetahui teori permintaan dan penawaran uang. Secara umum, teori permintaan dan penawaran uang dapat dibagi menjadi sebagai berikut:

a. Teori Uang Stais

Teori ini disebut stais karena idak mempersoalkan perubahan nilai yang diakibatkan oleh perkembangan ekonomi. Teori uang stais terdiri atas:

1) Teori Metalisme (Intrinsik). Menurut teori ini, uang bersifat seperi

barang, nilainya idak dibuat-buat, melainkan sama dengan nilai logam yang dijadikan uang itu, contoh: uang emas dan uang perak.

2) Teori Konvensi (Perjanjian). Menurut teori ini, uang dibentuk atas dasar pemufakatan masyarakat untuk mempermudah pertukaran.

3) Teori Nominalisme. Menurut teori ini, uang diterima berdasarkan nilai pertukarannya, yaitu daya belinya.

4) Teori Negara. Menurut teori ini, asal mula uang karena negara. Apabila negara menetapkan apa yang menjadi alat tukar dan alat bayar, maka imbullah uang. Jadi, uang bernilai karena pengumuman negara berupa undang-undang pembayaran yang disahkan.

b. Teori Kuanitas.

1) Teori Kuanitas dari David Ricardo

Teori ini menyatakan bahwa kuat atau lemahnya nilai uang sangat tergantung pada jumlah uang yang beredar. Apabila jumlah uang

beredar menjadi dua kali lipat, maka nilai uang akan menurun menjadi setengah dari semula, dan juga sebaliknya. Secara rumus,

teori ini dapat dinyatakan sebagai berikut: Teori kuantitas uang

menggambarkan analisis hubungan langsung yang sistematis antara pertumbuhan jumlah uang beredar dan inflasi yang dinyatakan dalam the equation of exhange :MV=PT. Dimana M=jumlah uang beredar, V=tingkat perputaran uang, T=volume output, P=tingkat harga. Berdasarkan teori ini, dalam jangka panjang pertumbuhan jumlah uang beredar tidak berpengaruh pada perkembangan output, tetapi akan mendorong kenaikan tingkat harga secara proporsional.

Pojok Inflasi

Jumlah uang beredar 500 juta, kecepatan peredaran uang 0,7 dan jumlah transaksi 1.000.000, berapakah: a. Nilai Uang b. Jika uang naik 3 kali

yang lain tetap, berapa nilai uang?

Forum Inflasi

2) Teori Kuanitas dari Irving Fisher

Teori kuanitas Irving Fisher merupakan penyempurnaan atas teori kuanitas David Ricardo. Irving Fisher memasukkan unsur kecepatan peredaran uang dan jumlah transaksi atas barang dan jasa sebagai faktor yang mempengaruhi nilai uang. Fisher mengajukan rumus yang lazim disebut Fishers Equaion sebagai berikut: Keterangan: M = Jumlah uang K = Pembanding tetap/konstanta P = Tingkat harga Keterangan:

M = Jumlah uang yang beredar V = Kecepatan peredarannya P = Tingkat harga T = Jumlah transaksi M V = P T M = K . P atau P = 1/ K x M Contoh Kasus:

Jumlah uang beredar 200 juta, kecepatan peredaran uang 0,5 dan jumlah transaksi 500 ribu, berapakah:

a. Nilai uang

b. Jika uang naik 2 kali yang lain tetap, berapa nilai uang?

Jawab: a. Nilai uang M = 200.000.000 V = 0,5 T = 500.000 P = M . V/T P = 200.000.000 x 0,5 : 500.000 = 100.000.000 : 500.000 = 200

b. Nilai uang jika uang naik 2 kali lipat M = 2 x 200.000.000 = 400.000.000 V = 0,5 T = 500.000

P = M . V/T

= 400.000.000 x 0,5 : 500.000 = 400

c. Teori Keynes

Tidak semua ekonom sependapat dengan teori kuanitas uang yang dikembangkan Irving Fisher. Diantaranya adalah J.M. Keynes yang menyatakan bahwa teori kuanitas idak valid karena teori tersebut mengasumsikan ekonomi dalam kondisi full employment (kapasitas ekonomi penuh). Dalam kondisi kapasitas ekonomi yang belum penuh, maka pertambahan uang beredar justru akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja serta idak akan meningkatkan harga. Lebih lanjut dikatakan bahwa uang idak sepenuhnya netral, pertambahan uang beredar dapat mempunyai pengaruh tetap terhadap variabel-variabel rill, seperioutput dan suku bunga.

Teori Keynes lainnya dikenal dengan Teori Preferensi Likuiditas yang mengungkapkan bahwa penawaran uang ditentukan oleh otoritas moneter atau bank sentral, sedangkan permintaan uang ditentukan oleh iga moif orang memiliki uang, yakni moif transaksi (Transacion Moive), moif berjaga-jaga (Precauionary Moive) dan moif spekulasi (Speculaive Moive).

d. Teori Strukturalis

Teori strukturalis menyatakan bahwa inflasi, terutama di negara berkembang, lebih disebabkan oleh faktor-faktor struktural dalam perekonomian. Menurut teori struktural, terdapat dua masalah struktural dalam perekonomian negara berkembang yang dapat mengakibatkan inflasi.

Pertama, penerimaan ekspor idak elasis, yaitu pertumbuhan ekspor yang lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan sektor lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh kecenderungan perdagangan yang memburuk dan produksi barang ekspor yang kurang peka terhadap kenaikan harga. Dengan melambatnya pertumbuhan ekspor, maka akan terhambat kemampuan untuk mengimpor barang-barang yang dibutuhkan. Seringkali negara berkembang melakukan kebijakan subsitusi impor meskipun dengan biaya yang inggi dan mengakibatkan harga barang yang inggi, sehingga menimbulkan inflasi.

Kedua, produksi bahan makanan dalam negeri yang idak elasis, yaitu pertumbuhan produksi makanan dalam negeri idak secepat pertambahan penduduk dan pendapatan per kapita, sehingga harga

Menurut Keynes, tinggi rendahnya permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga secara positif ditentukan oleh pendapatan yang diterima, sedangkan permintaan uang untuk spekulasi secara negatif ditentukan oleh tingkat bunga.

Permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga mencerminkan fungsi uang sebagai medium of exchange, sedangkan pemintaan uang untuk spekulasi mencerminkan fungsi uang sebagai store of value.

Pojok Inflasi

Pojok Inflasi

makanan dalam negeri cenderung meningkat lebih inggi dari pada kenaikan harga barang-barang lainnya. Hal tersebut mendorong imbulnya tuntutan kenaikan upah dari pekerja sektor industri, yang berdampak akan meningkatkan biaya produksi dan menimbulkan inflasi.

2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan dan Penawaran Uang

a. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Uang

Permintaan uang dipengaruhi oleh hasrat atau moif seseorang memegang uang tunai. J.M. Keynes mengatakan bahwa hasrat atau moif seseorang memegang uang (liquidity preference) karena didorong oleh iga moif sebagai berikut:

1) Moif Transaksi (Transacion Moive)

Moif ini didasarkan penggunaan uang untuk transaksi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Misalnya pembelian bahan pokok, pembayaran listrik dan telepon, dan lain sebagainya. 2) Moif Berjaga-jaga (Precauionary Moive)

Moif ini didasarkan kepada pemenuhan kebutuhan darurat yang

idak dapat diperhitungkan sebelumnya. Misalnya pembayaran biaya pengobatan di rumah sakit karena kecelakaan yang mendadak.

3) Moif Spekulasi (Speculaive Moive)

Moif ini ditujukan memperoleh keuntungan secara cepat karena mengetahui peluang ekonomi yang menguntungkan di masa mendatang. Seseorang menyimpan uang tunai karena ia berharap dengan uang tunai yang dimilikinya ia akan mudah mendapat keuntungan yang sifatnya idak terduga. Misalnya, Anda membeli saham dengan uang tunai seharga Rp2.000,00 per lembar. Kemudian, suatu saat nani Anda bisa menjualnya lagi pada saat harga saham per lembarnya naik. Dengan demikian, akan diperoleh keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual saham tersebut yang biasa disebut capital gain.

b. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penawaran Uang

Penawaran uang adalah persediaan uang tunai dalam suatu perekonomian. Dalam hal ini, bank sentral memiliki wewenang untuk mencetak dan mengedarkan uang tunai. Di Indonesia, sebagaimana diamanahkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia yang telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 (Undang-Undang-Undang-Undang Bank Indonesia), lembaga yang memiliki kewenangan tunggal untuk membuat dan mengedarkan uang adalah Bank Indonesia, sehingga faktor yang menentukan penawaran uang merupakan faktor eksogen, yaitu faktor yang ditentukan di luar model. Dalam hal ini kewenangan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter.

Uji Kompetensi

1. Agar daya beli masyarakat miskin meningkat, mengapa Bank Indonesia tidak mencetak dan mengedarkan uang secara langsung diberikan kepada masyarakat miskin secara besar-besaran!

2. Menurut Anda, upaya apa yang harus dilakukan Bank Indonesia dan Pemerintah agar permintaan uang untuk transaksi yang tinggi tidak berdampak kepada terjadinya demand pull inflation yang menurunkan daya beli masyarakat! 3. Jelaskan teori penawaran uang menurut Irving Fisher!

4. Menurut J.M. Keynes terdapat tiga motif seseorang melakukan permintaan uang. Jelaskan!

5. Jelaskan faktor yang memengaruhi penawaran uang!

Dalam dokumen Materi BANK SENTRAL BI halal (Halaman 168-172)

Dokumen terkait