Terlawan/Penggugat dengan perantaraan kuasanya mengajukan permohonan kasasi secara lisan pada tanggal 31 Mei 2012 sebagaimana ternyata dalam akte permohonan kasasi No. 135/Pdt.Plw/2012/PN.TNG yang dibuat oleh Panitera Negeri Tangerang. Permohonan kasasi tersebut disertai dengan memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan
75 Negeri tersebut pada tanggal 14 Juni 2012. Dan alasan-alasan yang diajukan oleh pemohon kasasi dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya ialah :
1) Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tangerang Nomor: 135/PDT.PLW.BPSK /2012/PN.TNG, tanggal 10 Mei 2012, telah terjadi cara mengadili perkara perlawanan yang melampaui batas kewenangan atas Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen ( BPSK ) DKI Propinsi Jakarta Nomor : 092/ Pts.A /BPSK-DKI/II/2012, tanggal 28 Februari 2012. 2) Objek terperkara adalah Polis Asuransi Jiwa yang diterbitkan oleh PT. Asuransi AIA pada tanggal, 17 April 2007 dengan masa tempo polis sampai dengan tanggal 15 April 2060. Polis Asuransi Nomor: U020761662. yang mana dalam polis dimaksud meletakkan Alm. Sdr. Mardi Simarmata sebagai Tertanggung ( pemegang polis asuransi jiwa ) dan dalam polis asuransi jiwa dimaksud menyebutkan salah satu yang dapat menerima manfaat jika pemegang polis asuransi jiwa meninggal dunia adalah “ HERMI SINURAT “ (isteri sah Alm. Sdr. Mardi Simaramata), Nilai pertanggungan/harga pertanggungan adalah sebesar Rp. 50.801.598,40 (limapuluh juta delapan ratus satu ribu limaratus sembilan puluh delapan Rupiah dan empat puluh sen ). Dan premi perbulannya adalah sebesar Rp. 250.000,- ( dua ratus lima puluh ribu Rupiah) pembayarannya didebet langsung melalui rekening tertanggung (alm. Mardi Simarmata) yang ada di BCA, dengan nomor rekening : 1081331150.
3) Pengadilan Negeri Tangerang telah menerapkan hukum yang keliru, tidak cermat dan tidak teliti dalam keputusannya dalam memandang perselisihan mengenai hak klaim asuransi jiwa antara Pemohon Kasasi semula Terlawan/
76 Pemohon dengan Termohon Kasasi semula Pelawan/ Termohon. Putusan Pengadilan Negeri Tangerang dalam pertimbangannya tidak mempersoalkan tentang status hukum dengan cara bagaimana pengambil alihan dan atau perubahan nama perseroan yang semula PT. IAI Indonesia dan sekonyong - konyong menjadi PT. AVRIST ASSURANCE sebagai pihak yang menolak pembayaran klaim asuransi jiwa atas meninggalnya Alm. Sdr.Mardi Simarmata ( nama tertera dalam polis asuransi jiwa ). 4) Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tangerang tersebut sangat keliru
dan tidak cermat sehingga putusan a quo telah bertentangan dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 5) Putusan Pengadilan Negeri Tangerang Nomor: 135/PDT.PLW.BPSK/
2012/PN.TNG tentang polis asuransi jiwa terperkara kurang cukup pertimbangan (onvoldoende gemotiveerd) karena pertimbangan- pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tangerang dalam perkara a quo yang menolak putusan BPSK dan mengadili perkara a quo telah menyimpulkan keterangan Termohon Kasasi secara keliru/tidak tepat dan tidak dapat membuktikan dalilnya secara sempurna.
6) Menurut hemat Pemohon Kasasi semula Terlawan/Pemohon, pertimbangan-pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tangerang tersebut bertentangan dengan hukum dan dilakukan dengan sewenang- wenang.
7) Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tangerang tidak menguasai, tidak memahami benar tentang inti pokok dari undang-undang perasuransian dan undang-undang perlindungan konsumen dan aturan lain yang mengaturnya,
77 sehingga dengan demikian Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tangerang telah salah dan keliru dalam memutuskan permohonan perlawan atas putusan BPSK dalam perkara a quo.
8) Pada halaman 59 alinea ke 1 Putusan Pengadilan Negeri Tangerang, dalam pertimbangannya berbunyi :Menimbang, bahwa dalam putusan tersebut BPSK DKI Jakarta telah menggabungkan BPSK dengan ARBITRASE yang terlihak dalam pertimbangan hukum yang menyebutkan, bahwa para pihak yang bersengketa telah sepakat penyelesaian sengketa diselesaikan dengan cara arbitrase dan selanjutnya
9) Arbitrase dan arbiter diatur dalam Undang-Undang RI Nomor : 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternative penyelesaian sengekata sedangkan tentang BPSK dan tata cara penyelesaian sengeketa konsumen diatur dalam Undang-Undang RI Nomor : 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen sehingga putusan tersebut menjadi rancu.
10)Pada halaman 59 alinea ke 4 Putusan Pengadilan Negeri Tangerang, dalam pertimbangannya berbunyi : Menimbang dalam putusan BPSK DKI Jakarta Nomor : 092 /Pts.A/BPSK- DKI/II/2012 Subjek Hukum adalah Hermi Sinurat yang diberi kedudukan sebagai Konsumen dan PT. AVRIST ASSURANCE yang diberi kedudukan sebagai Pelaku Usaha. Bahwa pertimbangan hukum BPSK DKI Jakarta adalah pertimbangan hukum yang benar dikarenakan, HERMI SINURAT adalah pihak yang menerima manfaat akibat meninggalnya Alm. Sdr. MARDI SIMARMATA, ( nama yang tercantum dalam polis asuransi) HERMI SINURAT merupakan istri sah dari Alm. Sdr. Mardi Simarmata. dalam Asuransi yang memiliki
78 insurable interest adalah tertanggung, tertanggung adalah pihak yang namanya tercetak dalam polis asuransi jiwa, dan oleh karena nama yang tercetak dalam polis asuransi telah dinyatakan meninggal dunia maka pihak yang menerima manfaat (beneficiary) atas meninggalnya pemegang polis asuransi adalah para ahli waris yakni isteri, anak-anak, dan oleh karena HERMI SINURAT adalah isteri sah dari alm. Sdr. Mardi Simarmata, maka berhak atas klaim asuransi, dan berhak disebut sebagai Konsumen.
11)Pada halaman 60 alinea ke 2 (dua) putusan Pengadilan Negeri Tangerang, dalam pertimbangannya berbunyi, Menimbang, bahwa asuransi (jiwa) atau pertangungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih (pasal 1 angka 1 UU No. 2 Tahun 1992 tentang usaha Perasuransian). Dalam perkara ini adalah sangat wajar jika Hermi Sinurat akan mendapatkan manfaat akibat meninggalnya suami/bapak dari anak-anak yang di tinggalkan oleh alm. Sdr. Mardi Simarmata.
12)Pada halaman 60 alinea ke 3 (tiga) Putusan Pengadilan Negeri Tangerang, dalam pertimbangannya berbunyi : Menimbang, bahwa oleh karena asuransi adalah suatu perjanjian yang diatur secara khusus dalam Undang- Undang RI nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, maka belum/ tidak dipenuhinya prestasi yang diperjanjikan oleh salah satu pihak, dalam perkara ini pihak pemohon/keberatan dahulu tergugat adalah perbuatan hukum “wanprestasi” sehingga tidak termasuk dalam pengertian barang ataupun jasa sebagaimana dimaksud dalam UU RI No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, sehingga Mardi Simarmata (alm) ataupun Hermi Sinurat isterinya bukan orang yang berkedudukan sebagai konsumen.
79 Pertimbangan hukum majelis hakim disebutkan diatas adalah sangat tidak cermat/keliru. Sesuai Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian menyebutkan polis asuransi adalah perjanjian, tetapi fakta hukum menunjukan bahwa polis asuransi jiwa yang diterbitkan oleh PT. AVRIST ASSURANCE, tidak cukup unsur disebut sebagai perjanjian sebagaimana yang diatur dalam pasal 1320 KUHPedata, jo Undang-Undng Nomor : 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian karena polis asuransi jiwa yang diterbitkan oleh Termohon Kasasi/ Pelawan/ Termohon, secara factual hanya ditanda tangani sendiri oleh Termohon kasasi/Pelawan/ Termohon, Polis asuransi jiwa yang diterbitkan Termohon Kasasi/Pelawan/ Termohon telah tidak memenuhi unsur-unsur sebagaimana yang diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata, dan oleh karena polis asuransi telah tidak memenuhi unsur sebagaimana disebutkan dalam pasal 1320 KUHPerdata, maka hal itu tidak dapat disebut sebagai perbuatan hukum “wanprestasi “. 13)Bahwa pada halaman 60 alinea ke 4, Putusan Pengadilan Negeri Tangerang,
dalam pertimbangannya berbunyi : Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan pelaku usaha pasal 1 angka 3 UU RI No.8 Tahun 1999 adalah : yang menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Bahwa pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tangerang diatas mengandung makna yang sangat tidak objektif dan terkesan asal- asalan 14)Pada halaman 60 alinea ke 5, Putusan Pengadilan Negeri Tangerang, dalam
pertimbangannya berbunyi berikut : Menimbang, bahwa PT. AVRIST Assurance adalah badan hukum yang bergerak dibidang asuransi, bukan dibidang ekonomi sehingga PT. Avrist Assurance tidak termasuk dalam
80 pengertian pelaku usaha. Pertimbangan hukum majelis hakim Pengadilan Negeri Tangerang diatas, adalah pertimbangan yang sangat menyesatkan, perlu ditegaskan bahwa perusahaan asuransi merupakan perseroan yang membantu perputaran ekonomi, baik yang bersifat nasional maupun yang bersifat internasional, fungsi asuransi itu sangat penting dalam menggerakan ekonomi dunia, sehingga dengan demikian dapat disebut sebagai pelaku usaha, oleh karenanya maka pemegang polis dapat disebut sebagai konsumen.
15)Pada halaman 60 alinea ke 6 Putusan Pengadilan Negeri Tangerang, dalam pertimbangannya berbunyi : Menimbang, bahwa subjek hukum (para pihak) dalam putusan BPSK DKI Jakarta No. 092/Pts.A/BPSK – DKI/II/2012, bukan dalam pengertian Konsumen dan Pelaku usaha, dan tidak / belum dibayarkannya klaim asuransi adalah perbuatan hukum “ wanprestasi , maka sengketa yang ada diantara para pihak adalah bukan merupakan sengketa konsumen. Pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tangerang diatas adalah pertimbangan yang keliru dan tidak cermat. 16)Pada halaman 61 alinea ke 1 Putusan Pengadilan Negeri Tangerang, dalam
pertimbangannya berbunyi : Menimbang, bahwa oleh karena sengketa dalam bidang asuransi bukan merupakan sengketa konsumen, maka bukan merupakan kewenangan BPSK. Pertimbangan mejelis hakim Pengadilan Negeri Tangerang diatas tidak cermat, sengketa asuransi merupakan sengketa konsumen, oleh karenanya jika timbul masalah hukum dalam asuransi dapat ditempuh melalui cara penyelesaian melalui Arbitrase BPSK. Pemegang polis merupakan / dan dapat disebut konsumen, sehingga BPSK
81 DKI Propinsi Jakarta berkompetensi mengadili perkara ini, sehingga pertimbangan majelis hakim Pengadilan Negeri Tangerang dengan tegas harus ditolak.
17)Pada halaman 61 alinea ke 2 Putusan Pengadilan Negeri Tangerang, dalam pertimbangannya berbunyi : Menimbang, bahwa oleh karena sengketa para pihak bukan merupakan kewenagan BPSK, maka putusan No. 092/Pts.A/BPSK/DKI/II/2012 harus dinyatakan batal demi hukum. Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tangerang yang menyatakan putusan BPSK DKI Jakarta batal demi hukum, adalah merupakan putusan yang salah dan sangat merugikan Pemohon Kasasi/ Terlawan/Pemohon. PT. Avrist Assurance merupakan badan usaha maka sekaligus dapat disebut sebagi pelaku usaha, sedangkan tertanggung (pemegang polis) dapat juga disebut sebagai konsumen, orang yang menikmati manfaat akibat meninggalnya pemegang polis ( tertanggung ). 18)Pada halaman 61 alinea ke 4, Putusan Pengadilan Negeri Tangerang, dalam
pertimbangannya berbunyi : Menimbang, bahwa oleh karena Putusan BPSK dinyatakan batal demi hukum, sehingga petitum keberatan pelawan / dahulu tergugat patut untuk dikabulkan. Bahwa pertimbangan mejelis hakim Pengadilan Negeri Tangerang yang menyatakan / mengabulkan perlawanan Termohon Kasasi / tidak didasarkan pada pertimbangan hukum yang benar, sehingga dengan demikian putusan majelis hakim Pengadilan Negeri Tangerang yang mengabulkan petitum termohon kasasi/pelawan/termohon harus di tolak.
82 19)Tentang riwayat penerbitan polis asuransi jiwa atas nama Alm. Sdr. Mardi Simarmata (Tertanggung) sebagai berikut Alm. Mardi Simarmata didatangi oleh Agen Pelawan yang namanya Sdr (i) Maureen Ingrid Gantini, yang mana agen dimaksud menawarkan program asuransi kesehatan, pada awalnya Alm. Mardi Simarmata menolak untuk berasuransi dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan, penolakan yang demikian tidak membuat Agen berhenti menawarkan sampai disitu, tawaran terus dilakukan, oleh karena Alm. Sdr. Mardi Simarmata merasa kasihan pada Agen dimaksud akhirnya Alm. Sdr. Mardi Simarmata memutuskan dan menyetujui akan berasuransi dengan syarat semua urusan mulai dari pengisian SPPA, pembayaran premi asuransi pertama, pengambilan Polis dan seterusnya di urus oleh Agen, tidak hanya itu pengurusan Klaim asuransi atas meninggalnya Alm. Sdr. Mardi Simarmata juga di urus oleh Agen yang sama.
20)Pengadilan Negeri Tangerang telah tidak menerapkan hukum acara perdata yang berlaku karena Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tangerang telah mengabulkan petitum gugatan perlawanan yang tidak jelas yaitu menghukum Pemohon Kasasi semula Terlawan/Pemohon untuk melepaskan segala haknya. Pertimbangan hukum yang demikian adalah tidak cermat karena telah menyimpang / bertentangan dengan Keputusan Mahkamah Agung tanggal 21 November 1970 Nomor : 492 K/Sip/1970.