• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Theileriosis pada Sapi Potong Impor dari Australia melalui Pelabuhan Tanjung Priok adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2009 Risma Juniarti Paulina Silitonga NIM B251064064

ABSTRACT

RISMA JUNIARTI PAULINA SILITONGA. Theileriosis in Australian Cattle Imported through Tanjung Priok Port. Under direction of A. WINNY SANJAYA and TUTUK ASTYAWATI.

The study was conducted for three months started from August until October 2008. The purpose of this study were to identify (i) theileriosis case prevalence on cattle imported from Australia, (ii) the risk factors of theileriosis incidences like ship transportation and installation sanitary, vectors, management during quarantine and sex, age, breed as parameter (iii) prevention and control of theileriosis. Blood samples were collected randomly from 409 cattle, in four different quarantine installation at Teluk Naga, Legok, Lebak and Cileungsi. Blood samples were stained with Giemsa and examined under the microscope. The result showed that theileriosis prevalence was 55,01%. Prevalence from four different quarantine installation successively were 83,3%, 46,8%, 43% and 46,9%. Brahman cross cattle had higher prevalence compare to Santa gertrudis (OR=1,95;SK95%=1,24-3,08). The other factor like sanitary, the presence of vector, management during quarantine could not used as a parameter in this study that happened at this research, caused they were in the same condition.

RINGKASAN

RISMA JUNIARTI PAULINA SILITONGA. Theileriosis pada Sapi Potong Impor dari Australia melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Dibimbing oleh A. WINNY SANJAYA, dan TUTUK ASTYAWATI.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Protozoologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian dan di empat lokasi Instalasi Karantina Hewan Sementara Teluk Naga, Legok, Lebak, dan Cileungsi, yang berlangsung mulai bulan Agustus sampai Oktober 2008.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Menghitung prevalensi kasus theileriosis pada sapi potong impor Australia. (2) Mencari faktor-faktor pemicu terjadinya theileriosis seperti sanitasi kapal dan instalasi, letak kandang/pen di kapal, manajemen di instalasi karantina dan adanya vektor (caplak) di kapal/instalasi selama masa karantina.(3) Pencegahan dan pengendalian theileriosis di Indonesia dihubungkan dengan tindakan karantina di masa yang akan datang.

Pada penelitian ini telah diambil sebanyak 409 sampel darah sapi dari 4 lokasi IKHS milik importir sapi yang berlokasi di Teluk Naga, Legok, Lebak dan Cileungsi. Penentuan sampel di kandang dilakukan dengan acak random. Sampel darah dibuat preparat ulas darah, lalu dilakukan pewarnaan dengan larutan Giemsa, dan diperiksa dengan mikroskop. Hasil pemeriksaan ulas darah untuk menentukan prevalensi theileriosis.Kemudian dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui nilai pack cell volume (PCV) dan butir darah merah (BDM), penghitungan average daily gain (ADG) serta pengumpulan data kuesioner. Parameter yang diamati dibuat dalam blanko kuesioner meliputi keterangan tentang sapi yang diimpor (bangsa, umur, jenis kelamin), keadaan selama perjalanan dari Australia (kematian, lamanya perjalanan, adanya hewan lain yang diangkut), kondisi kesehatan hewan (ketersediaan pakan, penyakit), kondisi kapal dan instalasi (sanitasi, kapasitas, konstruksi), populasi caplak di kapal dan instalasi, populasi sapi di sekitar instalasi serta perlakuan yang pernah diberikan. Analisis data menggunakan uji chi-square (x2) dan uji-t (t-test). Data kuesioner diolah berdasarkan peubah yang dilihat yaitu jenis kelamin, kelompok umur, bangsa sapi, daerah asal peternakan (farm), serta lokasi instalasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin dan umur sapi semua sama sehingga tidak dapat dijadikan sebagai peubah. Waktu pengambilan sampel juga tidak mempengaruhi, 4 lokasi pengambilan sampel juga memiliki kondisi yang sama sehingga tidak dapat diukur pengaruhnya. Hasil pemeriksaan mikroskopik preparat ulas darah menunjukkan bahwa di semua lokasi ditemukan bentuk Theileria sp. di dalam eritrosit. Dari 409 sampel yang diperiksa, 225 sampel dinyatakan positif Theileria sp., sehingga prevalensi keseluruhan adalah 55,01%. Prevalensi di masing-masing lokasi IKHS sebagai berikut Teluk Naga 85/102 (83,3%), Legok 51/109 (46,8%), Lebak 43/100 (43%) dan Cileungsi 46/98 (46,9%). Sapi-sapi yang diamati tidak menunjukkan kelainan klinis seperti halnya sapi yang terinfeksi theileriosis. Sapi yang diamati seluruhnya berasal dari peternakan (farm) di Australia bagian utara. Sebelum pengapalan ke negara tujuan sapi diberi perlakuan yang sama yaitu telah diberikan acaricide, ivermectin atau

anthelmintic. Transportasi sapi dari Australia sampai ke Pelabuhan Tanjung Priok berlangsung selama minimal 5 hari dan paling lama 7 hari bila kondisi cuaca buruk. Sapi ditempatkan dalam kandang terbuat dari besi, dengan batas antar kandang berupa tiang besi, lantai tidak beralas, dilengkapi dengan bak pakan dan air minum. Bahan-bahan konstruksi semua mudah dibersihkan. Tempat pakan terbuat dari bahan plastik, demikian juga bak air minum terbuat dari plastik dengan kran otomatis. Selama pengangkutan hewan keempat kapal yang diamti tidak singgah di pelabuhan lain dan tidak memuat hewan lain, pakan dan air minum cukup tersedia, ada kematian 1-2 ekor karena diinjak/trauma fisik dan bukan karena adanya penyakit infeksius, kapasitas kandang/pen < 2-3 m2/ekor. Sanitasi kapal yaitu pembersihan kandang dilakukan setiap kali setelah di bongkar atau diturunkan sapi-sapinya, serta kondisi ventilasi baik karena ada exhaust fan yang terus dinyalakan di deck kapal bagian bawah dan di deck kapal yang tidak ada jendela. Tidak ditemukan populasi caplak di kapal maupun di instalasi. Tingkat parasitosis 1% dalam penelitian ini termasuk dalam kategori tingkat lebih berat namun tidak mengakibatkan hewan terlihat lebih hebat infeksinya karena kasus 1% hanya terjadi pada 16 ekor sapi dan 209 ekor sapi lainnya memiliki tingkat parasitemia 0,5%. Pemeriksaan darah memperlihatkan bahwa dari 163 sampel darah yang diperiksa diperoleh bahwa nilai PCV tidak signifikan (P>0,05) terhadap terpaparnya theileriosis. Nilai BDM juga tidak signifikan (P>0,05) dengan kejadian infeksi Theileria sp. pada selang kepercayaan 95%.Bangsa/breed sebagai peubah berkaitan secara signifikan terhadap keterpaparan theileriosis (OR=1,95;SK95%=1,24-3,08) artinya bahwa infeksi theileriosis ini lebih tinggi kejadiannya pada Brahman cross dibandingkan Santa gertrudis. Kenaikan berat badan sapi tidak signifikan atau tidak berbeda nyata terhadap terpaparnya theileriosis pada selang kepercayaan 95% (P>0,05). Lokasi IKHS yang diamati semua memiliki kondisi yang hampir sama.

©Hak cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

THEILERIOSIS PADA SAPI POTONG IMPOR DARI

AUSTRALIA MELALUI PELABUHAN

TANJUNG PRIOK

RISMA JUNIARTI PAULINA SILITONGA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

Judul Tesis : Theileriosis pada Sapi Potong Impor dari Australia melalui Pelabuhan Tanjung Priok

Nama : Risma Juniarti Paulina Silitonga NIM : B251064064

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. drh. A. Winny Sanjaya, M.S. drh. Tutuk Astyawati, M.S.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Veteriner

Dr. drh. Denny Widaya Lukman, M.Si. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan berkatNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini bertemakan parasit darah pada sapi potong yang diimpor dari Australia yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2008 dengan judul Theileriosis pada Sapi Potong Impor dari Australia melalui Pelabuhan Tanjung Priok.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Badan Karantina Pertanian khususnya Bapak Ir. Syukur Iwantoro, M.S. MBA., yang memberikan dukungan moril dan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Pascasarjana, Ibu Dr. drh. A. Winny Sanjaya, M.S. dan Ibu drh. Tutuk Astyawati, M.S. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran, tenaga serta motivasi dalam membimbing dari saat persiapan penelitian sampai selesainya tesis ini. Demikian juga kepada pimpinan Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor yang telah membantu proses pendidikan dan berlangsungnya penelitian.

Ucapan yang sama disampaikan kepada Kepala dan staf di Laboratorium Protozoologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB), Kepala dan staf di Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok khususnya Bapak drh. Hadi Wardoko, MM., drh. Pratiwi, drh. Agus Wasana dan teman- teman paramedis yang telah membantu selama pengumpulan dan pengujian sampel, Kepala dan staf Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH IPB, Kepala dan staf Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta khususnya Bapak D. Indra Mulya S.Sos, M.Si., Bapak drh. Dwi Agus Sudaryanto serta Bapak drh. Basir Nainggolan yang turut serta membantu proses pendidikan, memberikan motivasi dan memberikan ijin.

Tidak terkecuali, kepada teman-teman seangkatan Kelas Khusus Karantina Hewan (Rita, Edi, Arif, Duma, Nunung, Muji, Era, Tatit, Yoyok, Iswan, Endah, Maya, Melani, Arum), teman-teman Pascasarjana lainnya (Sophia, Elfa, Umi, dkk) dan teman-teman kantor.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada suami, ananda, ibunda tercinta serta seluruh keluarga besar Op. Gabriel Nababan dan Op. Gilbert Silitonga atas segala doa, pengorbanan, semangat dan kasih sayang yang diberikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk ilmu pengetahuan khususnya karantina hewan.

Jakarta, Januari 2009 Risma Juniarti Paulina Silitonga

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tapanuli Utara pada tanggal 21 Juni 1976 dari Ayahanda Ir. Jannes Silitonga (Alm) dan Ibunda Ir. Sumarni Nurhaida, BSc. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara.

Tamat dari Sekolah Dasar Negeri IX Dili Timor-Timur tahun 1988 dan Sekolah Menengah Pertama Negeri I Dili Timor-Timur tahun 1991. Pada tahun 1994 penulis lulus dari SMA Negeri 11 Yogyakarta dan tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Gadjah Mada melalui Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Penulis memilih Fakultas Kedokteran Hewan, lulus Sarjana Kedokteran Hewan tahun 1998 dan lulus Ujian Profesi Dokter Hewan tahun 2000.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Kesehatan Masyarakat Veteriner pada tahun ajaran 1997/1998.

Tahun 1999 penulis mulai bekerja sebagai Medik Veteriner Pertama di Balai Karantina Hewan Kelas I Tanjung Priok dan tahun 2007 sampai sekarang sebagai Medik Veteriner Muda di Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta.

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL……… iii

DAFTAR GAMBAR………... iv

PENDAHULUAN………... 1

Latar Belakang………. 1

Permasalahan……… 2

Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 2

Hipotesis Penelitian……….. 2

TINJAUAN PUSTAKA………. 3

Ternak Sapi Potong Australia………...……… 3

Etiologi Theileriosis……….. 3 Siklus Hidup……….. 5 Gejala Klinis……….. 6 Epizootiologi………. 7 Vektor……….. 7 Cara Penularan……… 8 Infeksi pada Inang………... 8 Infeksi pada Caplak………. 9 Kejadian Theileriosis di Indonesia……….. 10 Kejadian Theileriosis di Australia………... 11

Pengenalan Penyakit……….. 11

Berdasarkan Gejala Klinis……… 11 Berdasarkan Hematologi……….. 12 Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian………... 13 Persyaratan Karantina……… Dampak Theileriosis terhadap Masyarakat………

13 14 BAHAN DAN METODE……… 16 Bahan……….. 16 Tempat dan Waktu Penelitian………. 16 Bahan Penelitian……….. 16 Metode……… 16 Pengambilan Sampel………... 16 Pemeriksaan Parasit……… 17 Pemeriksaan Darah……….. 18 Penimbangan Berat Badan………... 18 Pengumpulan Data Kuesioner………. 18 Pengolahan Data……….. 19

HASIL DAN PEMBAHASAN……… 20 Pengambilan Sampel……….. 20

Pemeriksaan Parasit………... 21

Gejala Klinis………... 22 Daerah Asal Peternakan………. 22 Perlakuan di Negara Asal………... 23 Kondisi Kapal selama Perjalanan dari Negara Asal……….. 24 Kondisi Instalasi Karantina Hewan Sementara (IKHS)………. 25 Vektor………. 25 Tingkat Parasitemia……… 25 Pemeriksaan Darah………. 26

Bangsa/breed……….. 27

Kenaikan Berat Badan Perhari/Average Daily Gain (ADG)………. 28

SIMPULAN DAN SARAN……… 30

Simpulan……… 30

Saran………... 30

DAFTAR PUSTAKA……….. 31

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Jumlah sampel yang diambil di IKHS……… 20 2 Prevalensi Theileria sp. di IKHS……… 21 3 Hasil pemeriksaan tingkat parasitemia pada preparat ulas darah... 26 4 Hasil pemeriksaan darah dengan metode automatic hematology

analyzer……….. 27

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Skizon di dalam limfosit dan piroplasma di dalam eritrosit……... 5 2 Siklus hidup Theileria sp. …………..……… 6 3 Theileria sp. di dalam sel darah merah………... 21

DAFTAR SINGKATAN

HPHK = Hama Penyakit Hewan Karantina

spp = sub spesies

sp = spesies

LAI = Lembaga Australia Indonesia

kg = kilogram

ECF = East Coast Fever

OIE = The Office of International des Epizooties

AS = Amerika Serikat

WOAH = World Organization for Animal Health IL-2 = Interleukin-2

µm = mikrometer

IFAT = Indirect Fluorescent Antibody Technique BPPH = Balai Penyidikan Penyakit Hewan

FH = Friesian Holstein

DI = Daerah Istimewa

DPIF = Department of Primary Industries and Fisheries WTO = World Trade Organization

DFID = Department for International Development

TD = Tunisia Dollar

Tsh = Tanzania shilling

IKHS = Instalasi Karantina Hewan Sementara BBUS KP = Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian FKH = Fakultas Kedokteran Hewan

IPB = Institut Pertanian Bogor

BBKP = Balai Besar Karantina Pertanian EDTA = Ethylene Diamine Tetraacetic Acid

ml = Mililiter

PCV = Pack Cell Volume BDM = Butir Darah Merah ADG = Average Daily Gain

DOF = Day Of Feed

0 C = derajat celcius m2 = meter persegi SE = Septikemia Epizootica OR = Odds Ratio SK = Selang Kepercayaan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia dalam memenuhi kebutuhan pangan hewani khususnya daging sapi, masih harus mengimpor sapi potong dan salah satunya dilakukan dari Australia. Data Departemen Pertanian tahun 2007 menyatakan hampir setiap tahun terjadi peningkatan impor sapi potong. Jumlah impor sapi potong dari Australia tahun 2002 sampai 2005 rata-rata 325.000 – 375.000 ekor sapi, untuk tahun 2006 dan 2007 meningkat menjadi 496.000 ekor sapi (Boediyana 2008). Menurut Meat Livestock Australia (2007), jumlah ekspor sapi potong Australia ke Indonesia tahun 1997 sebesar 424.000 ekor atau sekitar 47% dari total ekspor sapi Australia. Tahun 1998 terjadi penurunan drastis sekitar 41.000 ekor karena terjadi devaluasi rupiah dan tahun 2002 terjadi peningkatan drastis menjadi 426.000 ekor.

Kewaspadaan terhadap masuknya berbagai macam penyakit hewan menular tetap harus ditingkatkan sesuai dengan peningkatan impor sapi karena Australia merupakan negara dengan status penyakit yang hampir sama dengan Indonesia. Setiap hewan yang dilalulintaskan harus bebas dari Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK). Dalam hal ini Karantina Hewan harus mampu mendeteksi berbagai penyakit yang mungkin saja lolos dari hasil pemeriksaan di negara asal. Salah satu jenis penyakit yang harus dicegah penyebarannya melalui importasi sapi potong adalah theileriosis. Theileriosis merupakan salah satu HPHK Golongan II yaitu jenis penyakit yang sudah diketahui cara penanganannya dan telah dinyatakan ada di suatu area atau wilayah Negara Republik Indonesia (Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.110/Kpts/TN.530/2/2008).

Penyakit parasit darah yang disebabkan oleh Theileria spp. dan Babesia spp. lebih dikenal dengan nama piroplasmosis. Penyakit ini sudah lama menyerang ternak di Indonesia, kejadian penyakit selalu meningkat setiap tahun dan penyebarannya ke seluruh dunia dilakukan oleh caplak. Protozoa ini mengalami siklus hidup di dalam tubuh induk semang antara dan induk semang definitif. Piroplasmosis sangat merugikan peternakan sapi perah dan sapi pedaging karena menyebabkan demam, anemia akibat kerusakan eritrosit, penurunan produksi susu dan kematian (Astyawati 1987).

Permasalahan

Kajian tentang theileriosis pada sapi potong asal Australia belum pernah dilakukan. Dalam sertifikat kesehatan hewan (health certificate) yang diterbitkan oleh Australia dinyatakan bahwa sapi-sapi yang diekspor ke Indonesia berasal dari peternakan (farm) yang dalam enam bulan terakhir telah bebas wabah atau tidak menunjukkan gejala klinis theileriosis. Sehubungan hal tersebut perlu dilakukan penelitian lebih mendalam terhadap theileriosis karena tanpa disadari dampak penyakit ini sangat besar terutama secara ekonomi dapat menyebabkan kerugian akibat penurunan produksi daging dari sapi potong (berat badan turun).

Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menghitung prevalensi kasus theileriosis pada sapi potong impor Australia.

2. Mencari faktor-faktor pemicu terjadinya theileriosis seperti sanitasi kapal dan instalasi, letak kandang/pen di kapal, manajemen di instalasi karantina dan adanya vektor (caplak) di kapal/instalasi selama masa karantina.

3. Pencegahan dan pengendalian theileriosis di Indonesia dihubungkan dengan tindakan karantina di masa yang akan datang.

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat dan memberikan informasi tentang Theileria sp. pada sapi potong impor serta dapat dijadikan sebagai bahan rekomendasi pembuat kebijakan dalam menyusun persyaratan kesehatan hewan (health requirement) untuk importasi hewan khususnya sapi potong asal Australia.

Hipotesis Penelitian

Theileria sp. ditemukan atau terdeteksi pada sapi potong impor Australia sejak dari pengapalan, kepadatan kandang dan sanitasi kapal mempengaruhi prevalensi theileriosis.

TINJAUAN PUSTAKA

Ternak Sapi Potong Australia

Menurut LAI (1999), ternak sapi banyak dipelihara di daerah tropis di Australia sebelah utara dan di daerah beriklim sedang di bagian selatan. Sebagian besar dipelihara di Australia sebelah utara, di sepanjang pantai maupun di daerah pedalaman. Cara pemeliharaannya dengan menempatkan sapi di kawasan berpagar dan diberi makan. Tujuannya adalah untuk menggemukkan sapi tersebut dalam jangka waktu yang pendek sehingga berat badannya dapat bertambah 1 kilogram beratnya setiap hari. Sekitar 26 juta ekor sapi yang dipelihara terdiri dari berbagai macam keturunan diantaranya sapi campuran khusus yang sangat berhasil diternakkan di daerah tropis. Sapi campuran ini adalah kombinasi antara sapi jenis Eropa Bos taurus dengan sapi jenis Asia berleher bonggol Bos indicus. Beberapa jenis ternak sapi yang dipelihara di Australia adalah Brahman-Bos indicus, Hereford-Bos taurus, Belman Red-Africander/Hereford/Shorthorn (Bos indicus/Bos taurus), Braford-Brahman, Droughtmaster (Bos indicus/Bos taurus), Santa Gertrudis-Shorthorn/Brahman (Bos indicus/Bos taurus).

Australia mengekspor ternak hidup ke Indonesia terutama jenis sapi Bos indicus seperti sapi jenis Brahman atau jenis campuran silang seperti sapi jenis Braford dan Droughtmaster. Sapi-sapi jenis ini sangat berhasil diternakkan di daerah tropis. Sapi ini mempunyai ciri yang dimiliki sapi jenis Bos indicus seperti tahan panas, tahan terhadap kekeringan dan serangan kutu. Sapi tersebut juga mempunyai ciri sapi jenis Bos taurus misalnya laju pertumbuhannya tinggi, produksi susunya banyak dan tingkat kesuburannya tinggi. Tahun 1995 Indonesia mulai menjadi tujuan ekspor ternak paling penting bagi Australia dan Indonesia mengimpor lebih dari 220.000 ekor sapi pertahun (LAI 1999).

Etiologi Theileriosis

Theileria spp. tergolong protozoa dalam Phylum Apicomplexa, Class Sporozoa, Subclass Piroplasma, Ordo Piroplasmida, Famili Theileriidae. Apicomplexa merupakan parasit pada hewan dan spesies lainnya yang dapat menyebabkan penyakit malaria, coccidiosis, babesiosis dan theileriosis. Spesies

Theileria yang menginfeksi sapi yaitu T. parva, T. annulata, T. mutans, T. sergenti, T. taurotragi dan T. velifera (Uilenberg 1981 ; Billiouw 2005).

Theileriae adalah obligat parasit protozoa intraselular yang menginfeksi sapi domestik maupun liar di seluruh bagian dunia, beberapa spesies juga menginfeksi ruminansia kecil. Parasit ini ditularkan oleh caplak ixodidae dan memiliki siklus hidup yang komplek di dalam inang vertebrata dan invertebrata. Ada enam spesies Theileria spp. yang menginfeksi sapi, dua spesies yang bersifat patogen dan dapat menyebabkan kerugian secara ekonomi adalah T. parva dan T. annulata (Siegel et al. 2006). Theileria parva menginfeksi sapi di 13 negara di Sub-Saharan Afrika mengakibatkan East Coast Fever (ECF), Corridor Disease dan January disease. Theileria annulata menyebabkan Tropical Theileriosis terjadi di Pesisir Mediterania bagian utara Afrika, sampai ke Sudan bagian utara dan Eropa Selatan, Eropa Selatan bagian timur, Timur Tengah, India, China dan Asia Tengah. Theileria taurotragi dan T. mutans umumnya tidak menyebabkan sakit atau penyakit yang ditimbulkannya ringan dan T. velifera bersifat non patogenik. Theileria taurotragi, T. mutans dan T. velifera ditemukan terutama di Afrika, secara epidemiologi hal ini menimbulkan hambatan di dalam mengetahui penyebaran theileriosis pada sapi. Kelompok parasit ini berhubungan dengan T. sergenti/T. buffeli/T. orientalis dan terdistribusi di seluruh dunia (OIE 2008).

East Coast Fever ditularkan oleh African brown ear tick “Rhipicephalus appendiculatus” dengan karakterisasi proliferasi limfoblast oleh skizon Theileria yang masuk ke tubuh inang khususnya pada bagian nodul limpatikus, limpa, ginjal, hati dan paru-paru. Lebih dari 20 juta ekor sapi tertular dan mengalami kerugian sebesar 100 juta dollar AS pertahun. ECF merupakan tick borne disease yang sangat penting di Afrika bagian timur dan tengah (Billiouw 2005).

Theileria sp. menginfeksi sapi, kambing dan domba. Parasit ini terdistribusi di seluruh dunia, umumnya mengancam produksi peternakan. Spesies paling penting dan dikenal yaitu T. annulata dan T. parva bersifat lymphoproliferative dengan mortalitas serta morbiditas yang tinggi. Disamping spesies Theileria yang memiliki sifat patogen (ganas), ada pula jenis yang tidak ganas (benign) ditemukan menyebar luas pada sapi-sapi di daerah subtropis dan daerah dingin. Taxonomi dan nomenklatur kelompok parasit ini memang masih

membingungkan. Karakteristik parasit ini kadang sama tetapi sering diberi nama berbeda tergantung pada geografisnya. Pada umumnya, benign Theileria yang dikenal adalah T. sergenti, T. buffeli dan T. orientalis tersebar di Jepang, Australia dan Eropa (Kerdmanee et al. 2001).

Gambar 1 Skizon di dalam limfosit dan piroplasma di dalam eritrosit. (Sumber : Anonim 2007)

Siklus Hidup

Sporozoit protozoa diproduksi oleh kelenjar ludah nimfa atau caplak dewasa kemudian diinokulasi masuk ke tubuh hewan yang peka pada waktu pemberian pakan. Sporozoit merupakan bentuk infektif masuk ke dalam tubuh sapi melalui gigitan caplak. Sporozoit masuk ke inang melalui sistem limfe menuju ke jaringan limfoid terutama limfonodus dan limpa yang dalam beberapa hari berkembang membentuk badan berinti banyak yang disebut Skizon (Koch’s body) berada

Dokumen terkait