• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pernyataan dan tanda tangan Peneliti Utama: Saya, yang bertanda tangan di bawah ini:

a. Telah mengerti peraturan di RUMAH SAKIT HEWAN IPB dalam penggunaan hewan/jaringan hewan untuk tujuan penelitian/pelatihan/uji. b. Peneliti Utama bertanggung jawab atas semua prosedur yang dilakukan

oleh personil yang terlibat pada penelitiannya; bertanggung jawab melibatkan individual yang memiliki kualifikasi, pengalaman, dan pelatihan yang memadai untuk melakukan prosedur yang akan dilakukan pada penelitian ini, dan hewan yang akan digunakan.

c. Semua prosedur yang dilakukan pada penelitian ini akan dilakukan sesuai yang tercantum pada protokol yang telah di approved/disahkan oleh ACUC. Addendum akan diberikan pada ACUC RUMAH SAKIT HEWAN IPB, jika ada perubahan dalam prosedur. Dan tidak akan ada prosedur baru, yang tidak tercantum dalam protokol yang telah di approved, dilakukan sebelum approval atas addendum.

Bogor, 31 Agustus 2012

Penanggungjawab/Peneliti Utama

Rismayani Saridewi Alamat dan nomor Peneliti Utama:

Institusi : Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Reg III Lampung Alamat : Jln. Untung Suropati No.2, Kelurahan Labuhan Ratu, Kedaton,

Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung Telepon : 0721-772894

Fax : 0721-772894

63 Bagian II: Narasi Prosedur

Mohon dijelaskan secara singkat, tetapi spesifik, berdasarkan pertanyaan berikut ini.

Judul: Daya Tahan Hidup Toxoplasma gondii dalam Susu Kambing dengan Pasteurisasi Suhu Rendah Waktu Lama dan Suhu Tingi Waktu Singkat

II.1. Tujuan Prosedur:

Penelitian Pelatihan/ Training

Produksi Antibodi Penangkaran/ Pengembangbiakan Veterinary Care, atau Pemeliharaan Hewan, atau Health Surveillance

Lainnya (sebutkan):

__________________________________________ II.2. Lay Summary

Mohon dijelaskan latar belakang scientific and tujuan penelitian, serta hipotesis dari penelitian.

Latar belakang

Gejala klinis toksoplasmosis pada manusia telah dihubungkan dengan konsumsi susu kambing tanpa pasteurisasi (Riemann et al. 1975; Sacks et al. 1982; De Andrade Chiari dan Pereira Neves 1984; Skinner et al. 1990). Bagaimanapun, hal ini tidak berlaku untuk semua jenis susu, hanya khusus susu mentah (Tenter 2009). Takizoit dari Toxoplasma gondii telah ditemukan pada beberapa jenis susu (Dubey dan Beattie 1988). Transmisi toksoplasmosis melalui susu yang tidak dipasteurisasi, atau keju yang berasal dari susu tanpa pasteurisasi, merupakan salah satu sumber penularan toksoplasmosis (Hiramoto et al. 2001).

Toxoplasma gondii pada susu dapat dideteksi melalui uji PCR (Dubey 1998). Uji ini tidak dapat membedakan Toxoplasma gondii yang ditemukan dalam keadaan hidup atau mati. Penelitian ini menggunakan mencit sebagai hewan coba, yaitu untuk membuktikan kemampuan hidup Toxoplasma gondii pada suhu pasteurisasi susu. Pasteurisasi dilakukan pada susu kambing yang telah diberi isolat Toxoplasma gondii dengan suhu rendah dan waktu lama (low temperature long time), yaitu 63 ºC selama 30 menit serta dengan suhu tinggi dan waktu singkat (high temperature short time) yaitu 72 ºC selama 15 detik dan 85 ºC selama 1 sampai 2 detik.

Sejauh ini belum ada penelitian tentang kemampuan hidup takizoit dalam susu pasteurisasi, karena Dubey (1998) hanya menemukan DNA Toxoplasma gondii pada susu melalui uji PCR yang sumber infeksinya belum diketahui berasal dari induk atau kontaminasi. Pemeriksaan takizoit pada susu secara PCR adalah deteksi DNA. Takizoit yang terkandung di dalam susu tidak diketahui masih hidup atau sudah mati. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah penelitian ini untuk mengetahui apakah takizoit masih dapat hidup dalam susu dengan suhu pasteurisasi, sebab

64

takizoit yang hidup kemungkinan masih dapat menyebabkan infeksi dan berbahaya bagi kesehatan masyarakat.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan daya tahan hidup Toxoplasma gondii dalam susu yang dipasteurisasi dengan suhu 63 ºC selama 30 menit, 72 ºC selama 15 detik dan 85 ºC selama 1 sampai 2 detik, dengan melihat keberadaan takizoit di dalam cairan peritoneum mencit.

Hipotesis

a. Toxoplasma gondii akan mati semua dalam susu pasteurisasi pada suhu 63 ºC selama 30 menit.

b. Toxoplasma gondii masih ditemukan hidup dalam susu pasteurisasi pada suhu 72 ºC selama 15 detik.

c. Toxoplasma gondii masih ditemukan hidup dalam susu pasteurisasi pada suhu 85 ºC selama 1 sampai 2 detik.

II.3. Deskripsi and Prosedur

Mohon dijelaskan secara rinci dan jelas semua prosedur yang dilakukan terhadap setiap hewan penelitian/ jaringan, termasuk design penelitian dan metoda.

Penelitian dilakukan mulai April 2012 sampai Desember 2012 di Balai Besar Penelitian Veteriner (BBALITVET) Bogor, laboratorium Kesmavet FKH IPB, laboratorium terpadu FKH IPB dan Rumah Sakit Hewan IPB.

Adapun prosedur penelitian yang dilakukan sebagai berikut :

Setiap kelompok menggunakan mencit sebanyak 5 ekor, ditambah 2 ekor mencit dalam setiap kelompok (kecuali Kontrol negatif ) sebagai sentinel untuk pengambilan cairan peritoneum. Mencit sentinel digunakan dalam pemeriksaan cairan peritoneum pada hari ke-3, 7, 11, 15, dan 19. Tujuan penggunaan mencit sentinel ini adalah mengurangi stress dan kekeliruan kematian antara yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii atau akibat pengambilan cairan peritoneum yang berulang pada kelompok mencit yang diteliti, sehingga mencit sentinel ini dapat mewakili untuk melihat keberadaan Toxoplasma gondii dari mencit-mencit lainnya.

a. Sampel susu dan Toxoplasma gondii konsentrasi 105-6

Susu kambing segar, masing-masing sebanyak 100 ml ditambahkan masing-masing 1 ml isolat Toxoplasma gondii konsentrasi 105-6 dan dihomogenkan dengan vorteks. Selanjutnya masing-masing susu dipasteurisasi dengan suhu 63 ºC selama 30 menit, 72 ºC selama15 detik dan 85 ºC selama 1 sampai 2 detik. Masing-masing 0.3 ml sampel susu diinfeksikan pada mencit secara intra peritoneum untuk setiap suhu

65 pasteurisasi. Mencit-mencit yang telah terinfeksi dipelihara dalam kandang pemeliharaan dan diberi makan serta minum ad libitum. Pemeriksaan cairan peritoneum mencit dilakukan pada 2 ekor mencit sentinel, dimulai pada hari ke-3, ke-7, ke-11, ke-15 dan ke-19 setelah infeksi secara natif. Cairan peritoneum diambil sedikit dengan menggunakan spuit insulin 1 ml pada hari ke-3, ke-7 dan ke-11 dari 1 ekor mencit sentinel yang mewakili setiap Kelompok perlakuan. Selanjutnya cairan tersebut diteteskan di atas kaca preparat dan ditutupi kaca penutup untuk diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali. Lalu pada hari ke-15 dan ke-19 diambil cairan peritoneum dari 1 ekor mencit sentinel yang lain untuk dilakukan pemeriksaan yang sama seperti hari ke-3, 7 dan 11. Hasil positif ditandai dengan ditemukannya takizoit dalam cairan peritoneum, sedangkan hasil negatif tidak ditemukan takizoit dalam cairan peritoneum. Selanjutnya pada hari terakhir kesemua mencit diperiksa cairan peritoneumnya. Kemudian mencit positif dieutanasi dengan melakukan pembiusan terlebih dahulu menggunakan kapas yang diberi eter dan dimasukkan ke dalam stoples tertutup. Setelah mencit mati, segera dilakukan nekropsi dengan mengambil cairan peritoneum. Bagan alur metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

66

b. Sampel susu dan Toxoplasma gondii konsentrasi 103-4

Susu kambing segar, masing-masing sebanyak 100 ml ditambahkan masing-masing 1 ml isolat Toxoplasma gondii konsentrasi 103-4 dan dihomogenkan dengan vorteks. Selanjutnya masing-masing susu dipasteurisasi dengan suhu 63 ºC selama 30 menit, 72 ºC selama15 detik dan 85 ºC selama 1 sampai 2 detik. Masing-masing 0.3 ml sampel susu diinfeksikan pada mencit secara intra peritoneum untuk setiap suhu pasteurisasi. Mencit-mencit yang telah terinfeksi dipelihara dalam kandang pemeliharaan dan diberi makan serta minum ad libitum. Pemeriksaan cairan peritoneum mencit dilakukan pada 2 ekor mencit sentinel, dimulai pada hari ke-3, ke-7, ke-11, ke-15 dan ke-19 setelah infeksi secara natif. Cairan peritoneum diambil sedikit dengan menggunakan spuit insulin 1 ml pada hari ke-3, ke-7 dan ke-11 dari 1 ekor mencit sentinel yang mewakili setiap Kelompok perlakuan. Selanjutnya cairan tersebut diteteskan di atas @100 ml susu kambing segar + 1 ml Toxoplasma gondii konsentrasi 105-6

dipasteurisasi

63 ºC; 30 menit 72 ºC; 15 detik 85 ºC; 1 sampai 2 detik

Diinfeksikan secara intra peritoneum @ 0.3 ml

7 ekor mencit 7 ekor mencit 7 ekor mencit

Negatif Positif Cairan peritoneum diperiksa dari 2 ekor sentinel pada hari ke-3, 7, 11, 15, 19

Cairan peritoneum diperiksa dari 2 ekor sentinel pada hari ke-3, 7, 11, 15, 19

Cairan peritoneum diperiksa dari 2 ekor sentinel pada hari ke-3, 7, 11, 15, 19

Negatif Positif Negatif Positif Positif

Cairan peritoneum diperiksa dari 5 ekor

Positif Cairan peritoneum diperiksa dari 5 ekor

Positif Cairan peritoneum diperiksa dari 5 ekor

67 kaca preparat dan ditutupi kaca penutup untuk diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali. Lalu pada hari ke-15 dan ke-19 diambil cairan peritoneum dari 1 ekor mencit sentinel yang lain untuk dilakukan pemeriksaan yang sama seperti hari ke-3, 7 dan 11. Hasil positif ditandai dengan ditemukannya takizoit dalam cairan peritoneum, sedangkan hasil negatif tidak ditemukan takizoit dalam cairan peritoneum. Selanjutnya pada hari terakhir kesemua mencit diperiksa cairan peritoneumnya. Kemudian mencit positif dieutanasi dengan melakukan pembiusan terlebih dahulu menggunakan kapas yang diberi eter dan dimasukkan ke dalam stoples tertutup. Setelah mencit mati, segera dilakukan nekropsi dengan mengambil cairan peritoneum. Bagan alur metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

@100 ml susu kambing segar + 1 ml Toxoplasma gondii konsentrasi 103-4 dipasteurisasi

63 ºC; 30 menit 72 ºC; 15 detik 85 ºC; 1-2 detik

Diinfeksikan secara intra peritoneum @ 0.3 ml

7 ekor mencit 7 ekor mencit 7 ekor mencit

Negatif Positif Cairan peritoneum diperiksa dari 2 ekor sentinel pada hari ke-3, 7, 11, 15, 19

Cairan peritoneum diperiksa dari 2 ekor sentinel pada hari ke-3, 7, 11, 15, 19

Cairan peritoneum diperiksa dari 2 ekor sentinel pada hari ke-3, 7, 11, 15, 19

Negatif Positif Negatif Positif Positif

Cairan peritoneum diperiksa dari 5 ekor lagi

Positif Cairan peritoneum diperiksa dari 5 ekor lagi

Positif Cairan peritoneum diperiksa dari 5 ekor lagi

68

c. Kontrol positif dengan Toxoplasma gondii konsentrasi 105-6

Susu kambing segar sebanyak 100 ml ditambahkan 1 ml isolat Toxoplasma gondii konsentrasi 105-6 dan dihomogenkan dengan vorteks. Kemudian 0.3 ml sampel susu diinfeksikan pada 7 ekor mencit secara intra peritoneum. Mencit-mencit yang telah terinfeksi dipelihara dalam kandang pemeliharaan dan diberi makan serta minum ad libitum. Pemeriksaan cairan peritoneum mencit dilakukan pada 2 ekor mencit sentinel, dimulai pada hari ke-3, ke-7, ke-11, ke-15 dan ke-19 setelah infeksi secara natif. Cairan peritoneum diambil sedikit dengan menggunakan spuit insulin 1 ml pada hari ke-3, ke-7 dan ke-11 dari 1 ekor mencit sentinel yang mewakili setiap Kelompok perlakuan. Selanjutnya cairan tersebut diteteskan di atas kaca preparat dan ditutupi kaca penutup untuk diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali. Kemudian pada hari ke-15 dan ke-19 diambil cairan peritoneum dari 1 ekor mencit sentinel yang lain untuk dilakukan pemeriksaan yang sama seperti hari ke-3, 7 dan 11. Hasil positif ditandai dengan ditemukannya takizoit dalam cairan peritoneum, sedangkan hasil negatif tidak ditemukan takizoit dalam cairan peritoneum. Lalu pada hari terakhir kesemua mencit diperiksa cairan peritoneumnya. Selanjutnya mencit positif dieutanasi dengan melakukan pembiusan terlebih dahulu menggunakan kapas yang diberi eter dan dimasukkan ke dalam stoples tertutup, setelah mencit mati, segera dilakukan nekropsi dengan mengambil cairan peritoneum. Bagan alur metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Bagan alur kontrol positif dengan Toxoplasma gondii konsentrasi 105-6 @100 ml susu kambing segar + 1 ml Toxoplasma gondii konsentrasi 105-6

7 ekor mencit

Cairan peritoneum diperiksa dari 2 ekor sentinel pada hari ke-3, 7, 11, 15, 19

Negatif Positif Positif

Cairan peritoneum diperiksa dari 5 ekor lagi

69 d. Kontrol positif dengan Toxoplasma gondii konsentrasi 103-4

Susu kambing segar sebanyak 100 ml ditambahkan 1 ml isolat Toxoplasma gondii konsentrasi 103-4 dan dihomogenkan dengan vorteks. Kemudian 0.3 ml sampel susu diinfeksikan pada 7 ekor mencit secara intra peritoneum. Mencit-mencit yang telah terinfeksi dipelihara dalam kandang pemeliharaan dan diberi makan serta minum ad libitum. Pemeriksaan cairan peritoneum mencit dilakukan pada 2 ekor mencit sentinel, dimulai pada hari ke-3, ke-7, ke-11, ke-15 dan ke-19 setelah infeksi secara natif. Cairan peritoneum diambil sedikit dengan menggunakan spuit insulin 1 ml pada hari ke-3, ke-7 dan ke-11 dari 1 ekor mencit sentinel yang mewakili setiap Kelompok perlakuan. Selanjutnya cairan tersebut diteteskan di atas kaca preparat dan ditutupi kaca penutup untuk diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali. Kemudian pada hari ke-15 dan ke-19 diambil cairan peritoneum dari 1 ekor mencit sentinel yang lain untuk dilakukan pemeriksaan yang sama seperti hari ke-3, 7, dan 11. Hasil positif ditandai dengan ditemukannya takizoit dalam cairan peritoneum, sedangkan hasil negatif tidak ditemukan takizoit dalam cairan peritoneum. Selanjutnya pada hari terakhir kesemua mencit diperiksa cairan peritoneumnya. Selanjutnya mencit positif dieutanasi dengan melakukan pembiusan terlebih dahulu menggunakan kapas yang diberi eter dan dimasukkan ke dalam stoples tertutup, setelah mencit mati, segera dilakukan nekropsi dengan mengambil cairan peritoneum. Bagan alur metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Bagan alur kontrol positif dengan Toxoplasma gondii konsentrasi 103-4 @100 ml susu kambing segar + 1 ml Toxoplasma gondii konsentrasi 103-4

7 ekor mencit

Cairan peritoneum diperiksa dari 2 ekor sentinel pada hari ke-3, 7, 11, 15, 19

Negatif Positif Positif

Cairan peritoneum diperiksa dari 5 ekor lagi

70

e. Kontrol negatif

Susu kambing segar, masing-masing sebanyak 100 ml dipasteurisasi dengan suhu 63 ºC selama 30 menit, 72 ºC selama15 detik dan 85 ºC selama 1 sampai 2 detik. Masing-masing 0.3 ml sampel susu diinfeksikan pada mencit secara intra peritoneum untuk setiap suhu pasteurisasi. Mencit-mencit yang telah terinfeksi dipelihara dalam kandang pemeliharaan dan diberi makan serta minum ad libitum. Pemeriksaan cairan peritoneum mencit dilakukan dari 1 ekor mencit pada hari ke-19 setelah infeksi secara natif. Cairan peritoneum diambil sed ikit dengan menggunakan spuit insulin 1 ml. Selanjutnya cairan tersebut diteteskan di atas kaca preparat dan ditutupi kaca penutup untuk diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali. Kemudian 1 ekor mencit negatif dieutanasi dengan melakukan pembiusan terlebih dahulu menggunakan kapas yang diberi eter dan dimasukkan ke dalam stoples tertutup. Setelah mencit mati, segera dilakukan nekropsi dengan mengambil cairan peritoneum. Bagan alur metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Bagan alur susu dan Toxoplasma gondii konsentrasi 103-4 @100 ml susu kambing segar

dipasteurisasi

63 ºC; 30 menit 72 ºC; 15 detik 85 ºC; 1 sampai 2 detik

Diinfeksikan secara intra peritoneum @ 0.3 ml

5 ekor mencit 5 ekor mencit 5 ekor mencit

Cairan peritoneum diperiksa dari 1 ekor mencit pada hari ke-19

Cairan peritoneum diperiksa dari 1 ekor mencit pada hari ke-19

Cairan peritoneum diperiksa dari 1 ekor mencit pada hari ke-19

71 II.4. Hewan Penelitian/Uji/Pelatihan

Tabel II. 4. Identifikasi hewan Spesies: Mencit

Breed/ Strain/ Stock (jika ada): ddy

Umur Sex Berat Jumlah

4 - 5 minggu jantan ± 20 gram 71 ekor

II. 5. Justifikasi Jumlah Hewan

Mohon dijelaskan alasan jumlah hewan yang digunakan/jumlah hewan ditentukan dan metoda yang digunakan.

Jumlah hewan yang digunakan sebanyak 71 ekor mencit. Metoda yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dan data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif.

II.6. Kualifikasi Personel

Mohon disebutkan semua personel yang akan terlibat dalam prosedur penelitian yang melibatkan hewan/jaringan.

Tabel II.6. Data pendamping peneliti

Nama Pendidikan Peranan dalam penelitian

Training, dan pengalaman bekerja dengan hewan yang digunakan/prosedur yang dilakukan (lamanya) Didik Tulus Subekti Dokter hewan Magister Sains Pendamping di laboratorium 12 tahun

Jika ada personel yang belum pernah terlibat dalam prosedur yang akan dilakukan, atau mendapatkan training, atau bekerja dengan species yang akan digunakan, mohon sebutkan. Terutama untuk prosedur yang menyangkut

penggunaan hewan Primata dan “Occupational Health and Safety”.

Section III: Pertimbangan Etik

Dokumen terkait