• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEROLEHAN SUARA PASANGAN CALON DALAM PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN

TAHUN 2017

NO.

URUT

NAMA PASANGAN CALON PEROLEHAN SUARA

1. Delmard Siako, A.Md. dan H. Nadjib Bangunan, S.H. 8.144 suara

2. Hery Ludong, S.T. dan Adjumain Lumbon, S.Sos. 10.695 suara

3. H. Zainal Mus dan H. Rais D. Adam 26.675 suara

4. Drs. H. Irianto Malingong, M.M. dan Hesmon Firatoni

V.L. Pandili 22.299 suara

JUMLAH SUARA SAH 67.813

BATAS SELISIH PERBEDAAN 2% (DUA PERSEN) DARI SUARA SAH

1.356

10. Bahwa berdasarkan Tabel I.B.01 tersebut di atas, jumlah suara sah dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2017 adalah 67.813 suara, sehingga batas maksimal perbedaan perolehan suara antara Pemohon dengan peraih suara terbanyak (Pihak Terkait) adalah 2% x 67.813 (jumlah suara sah) = 1.356 suara;

11. Bahwa, perolehan suara Pemohon (Pasangan Calon Nomor Urut 4 Drs. H. Irianto Malingong, M.M. dan Hesmon Firatoni V.L. Pandili) adalah 22.299 suara, sedangkan Pihak Terkait (Pasangan Calon Nomor Urut 3 H. Zainal Mus dan H. Rais D. Adam) yang memperoleh suara tertinggi adalah 26.675 suara, sehingga selisih suara antara Pemohon dengan Pihak Terkait adalah 4.376 suara, melebihi batas maksimal perbedaan perolehan suara, yaitu 1.356 suara;

12. Bahwa dengan demikian Pemohon tidak memenuhi syarat pengajuan permohonan Perselisihan Hasil Pemilihan sebagaimana diatur dalam Pasal 158 ayat (2) UU 10/2016 dan Pasal 7 ayat (2) PMK 1/2016 sebagaimana telah diubah dengan PMK 1/2017, sehingga Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan perselisihan hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Banggai Kepulauan Tahun 2017. Oleh karena itu, maka permohonan Pemohon haruslah dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard).

Sikap Mahkamah dalam Pemilihan Tahun 2015, Menolak Permohonan yang Melebihi Ambang Batas

13. Terkait dengan batas selisih perolehan suara antara Pemohon dengan Pihak Terkait yang memperoleh suara terbanyak, untuk mengajukan permohonan Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2015 ke Mahkamah Konstitusi, sesuai dengan Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal 6 PMK 1-5/2015, Mahkamah telah mengambil sikap tegas untuk menolak Permohonan yang diajukan oleh Pemohon yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal 6 PMK 1-5/2015 dengan menyatakan bahwa permohonan Pemohon tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard);

14. Berdasarkan catatan Pemohon, dari 149 Permohonan Perselisihan Hasil Pemilihan Tahun 2016 ke Mahkamah Konstitusi terdapat 99 Permohonan

Pemohon yang ditolak oleh Mahkamah Konstitusi karena perolehan suara Pemohon dengan Pihak Terkait melewati ambang batas yang ditentukan dalam Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal 6 PMK 1-5/2015. Contohnya dalam Perkara Nomor 11/PHP.BUP-XIV/2016, Mahkamah dalam pertimbangan hukumnya pada pokoknya menyatakan meskipun Pemohon adalah benar pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Halmahera Barat Tahun 2015, akan tetapi permohonan Pemohon tidak memenuhi syarat sebagaimana ditentukan dalam Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal 6 PMK 1-5/2015. Oleh karena itu, eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait berkenaan dengan kedudukan hukum (legal

standing) Pemohon adalah beralasan menurut hukum;

15. Mengenai sikap Mahkamah Konstitusi terhadap batasan persentase perolehan suara antara Pemohon dengan Pihak Terkait untuk mengajukan Permohonan Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2017 ke Mahkamah Konstitusi sebagaimana diatur dalam Pasal 158 ayat (1) dan ayat (2) UU 10/2016 dan Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) PMK 1/2016, Termohon perlu menegaskan kembali pertimbangan hukum Mahkamah dalam Putusan Nomor 51/PUU-XIII/2015, bertanggal 9 Juli 2015, yang pada pokoknya menyatakan bahwa tidak semua pembatasan serta merta berarti bertentangan dengan UUD 1945, sepanjang pembatasan tersebut untuk menjamin pengakuan, serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum, maka pembatasan demikian dapat dibenarkan menurut konstitusi [vide Pasal 28J ayat (2) UUD 1945]. Menurut Mahkamah, pembatasan bagi peserta Pemilu untuk mengajukan pembatalan penetapan hasil penghitungan suara dalam Pasal 158 UU 8/2015 merupakan kebijakan hukum terbuka pembentuk undang-undang untuk menentukannya sebab pembatasan demikian logis dan dapat diterima secara hukum sebab untuk mengukur signifikansi

perolehan suara calon. Mengenai syarat pengajuan permohonan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 158 UU 8/2015 berlaku bagi siapapun Pemohonnya ketika mengajukan permohonan pembatalan penetapan hasil penghitungan perolehan suara dalam pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota;

16. Begitu juga halnya dengan pertimbangan Mahkamah dalam Putusan Mahkamah Nomor 58/PUU-XIII/2015, bertanggal 9 Juli 2015, yang pada pokoknya menyatakan bahwa pasangan calon dalam Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota pada dasarnya memiliki kedudukan hukum (legal

standing) [vide Pasal 1 angka 3 dan angka 4 serta Pasal 157 ayat (4) UU

8/2015], namun dalam hal mengajukan permohonan pasangan calon tersebut harus memenuhi persyaratan, antara lain sebagaimana ditentukan oleh Pasal 158 UU 8/2015;

17. Berdasarkan uraian tersebut di atas, karena persentase perbedaan perolehan suara Pemohon dengan Pihak Terkait tidak sesuai dengan Pasal 158 ayat (2) UU 10/2016 dan Pasal 7 ayat (2) PMK 1/2016 maka Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) dan oleh karenanya permohonan Pemohon tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard).

C. PERMOHONAN PEMOHON TIDAK JELAS (OBSCUUR LIBEL)

Menurut Termohon, permohonan Pemohon tidak jelas dengan alasan sebagai berikut:

18. Bahwa setelah membaca dan mencermati permohonan Pemohon mulai dari halaman 8 sampai dengan halaman 21 ternyata dalil-dalil yang diajukan Pemohon tidak jelas atau kabur (obscuur libel) sehingga tidak memenuhi syarat suatu permohonan dan oleh karenanya harus dinyatakan tidak dapat diterima;

19. Dalil Pemohon pada halaman 11 mengenai penggelembungan suara adalah dalil yang tidak jelas, karena Pemohon tidak menyebutkan kapan, di mana, siapa, dan bagaimana kecurangan tersebut dilakukan, penggelembungan suara milik Pihak Terkait, dan berasal dari TPS mana saja;

20. Dalil Pemohon mengenai adanya pelanggaran yang terjadi secara terstruktur, sistematis, dan masif tidak jelas, karena Pemohon tidak mampu menjelaskan apa saja pelanggaran-pelanggaran yang dapat dikategorikan sebagai pelanggaran yang terstruktur, sistematis, dan masif, serta kapan, di mana, siapa dan bagaimana pelanggaran tersebut terjadi. Pemohon juga tidak mampu menjelaskan bagaimana kaitan antara satu pelanggaran dengan pelanggaran lainnya sehingga bersifat terstruktur, sistematis, dan massif;

21. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, terbukti dalil-dalil yang diajukan oleh Pemohon tidak jelas atau kabur (obscuur libel), sehingga permohonan Pemohon haruslah dinyatakan tidak dapat diterima (niet

ontvankelijke verklaard).

II. DALAM POKOK PERMOHONAN

II.A. PENDAHULUAN: GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN PEMILIHAN

22. Bahwa, sebelum Termohon menjawab seluruh dalil-dalil yang diajukan Pemohon, terlebih dahulu Termohon akan menguraikan pelaksanaan tahapan penyelenggaraan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Banggai Kepulauan Tahun 2017 untuk memberikan gambaran kepada Mahkamah, bahwa pelaksanaan pemilihan telah berjalan secara tertib dan damai, sesuai dengan asas-asas Pemilu yang jujur, adil, langsung, umum, bebas, dan rahasia;

23. Gambaran umum pelaksanaan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Banggai Kepulauan Tahun 2017 untuk setiap Kecamatan di Kabupaten Banggai Kepulauan, dijelaskan secara terpisah dalam bentuk keterangan tertulis dari PPK dalam wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari jawaban ini, di mana pada pokoknya pelaksanaan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Banggai Kepulauan Tahun 2017 telah sesuai dengan tahapan dan jadwal yang ditentukan oleh Termohon, dan berlangsung secara damai, aman dan tertib, sesuai dengan asas Pemilihan Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia (Luber);

24. Gambaran umum pelaksanaan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Banggai Kepulauan Tahun 2017, meliputi:

a. Pelaksanaan Pendaftaran dan Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Banggai KepulauanTahun 2017;

b. Sengketa Tata Usaha Negara Pemilihan;

c. Pemutakhiran Data Pemilih, Penyusunan DPS dan DPT; d. Sosialisasi Pelaksanaan Pemilihan;

e. Pemungutan, Penghitungan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Banggai Kepulauan Tahun 2017;

f. Kejadian khusus.

II.A.I. PELAKSANAAN PENDAFTARAN DAN PENETAPAN PASANGAN CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2017