• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERS SEBAGAI MEDIA KOMUNIKAS

Dalam dokumen Manajemen Humas Sekolah (Halaman 168-172)

KOMUNIKASI HUMAS SEKOLAH DENGAN PERS

12.2 PERS SEBAGAI MEDIA KOMUNIKAS

Pers sebagai media komunikasi tergolong media visual. Media visual adalah publisitas yang digunakan untuk berkomunikasi dengan publik. Sementara itu pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima melalui indera mata.2

Sebelum kantor radio, berita, dan televise menjadi media pengumpul dan penyebar berita, pengertian pers satu-satunya adalah surat kabar. Dalam perkembangan terakhir, surat kabar mampu menyajikan data menarik bagi para pembacanya sehingga surat kabar merupakan media komunikasi massa yang kehadirannya diterima masyarakat. Melakukan komunikasi massa lebih sulit daripada komunikasi antar pribadi, karena komunikator

yang bertugas menyampaikan pesan kepada banyak orang tidak dapat mengharapkan tanggapan mereka secara pribadi.

Pers sebagai media komunikasi massa, memiliki fungsi yang cukup strategis dalam masyarakat. Dalam berbagai literatur, banyak ditemukan kajian atau uraian tentang fungsi pers sebagai media komunikasi massa, diantaranya yaitu fungsi pengawasan (control), fungsi social learning, fungsi penyampaian informasi, fungsi transformasi budaya, dan fungsi hiburan. Ada lima dalil yang mendasari sehingga media massa diasumsikan memiliki fungsi penting dalam masyarakat3 yaitu:

1. Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang, dan jasa, serta menghidupkan industri lain yang terkait; media juga memiliki industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan industri tersebut dengan masyarakat dengan institusi sosial lainnya. Di lain pihak, institusi media diatur oleh masyarakat.

2. Media massa merupakan sumber kekuatan –alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebgai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya.

3. Media merupakan lokasi (atau forum) yang semakin berperan, untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional.

4. Media seringkali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma. 5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu

untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif;

media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang

dibaurkan dengan berita dan hiburan.‖

Kebebasan pers di Indonesia yang baru berusia kurang lebih sembilan tahun, tentu merupakan salah satu pertimbangan untuk menilai profesionalisme pers dalam menjalankan tugas dan fungsi jurnalistiknya. Artinya jika sekarang ini sebagian pers belum menjalankan tugas dan fungsinya secara profesional, maka kondisi tersebut patut dipahami. Apatah lagi karena setiap orang (praktisi pers) belum memiliki kesamaan pemahaman tentang konsep kebebasan pers. Oleh karena itu, apresiasi masyarakat dan pemerintah terhadap kebebasan pers menjadi hal yang penting dan dibutuhkan. Hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Litbang Kompas pada tanggal 2-3 Februari 2005 menunjukkan bahwa walaupun apresiasi publik terhadap kebebasan pers cukup tinggi, namun tidak sedikit peran pers yang menyimpan persoalan, gugatan, dan bahkan ancaman yang cukup mengerikan. 4 Menurut Wakil

Ketua Dewan Pers Leo Batubara yang dikutip oleh I Gde Nyoman Suryawan (Wakil Ketua PWI Cabang Bali), bahwa sampai pertengahan 2007 jumlah pengaduan yang diterima Dewan Pers sebanyak 1.200 aduan. Hal itu menunjukkan masih rendahnya kualitas pers nasional yang menurut data Dewan Pers (perengahan tahun 2007), jumlahnya perusahan pers mencapai 820 penerbitan media cetak, 2.000 lembaga penyiaran radio, dan 80 lembaga penyiaran televisi Indonesia. Dari jumlah tersebut, hanya 30 persen perusahaan penerbitan yang sehat secara bisnis dan selebihnya yang 70 persen merupakan penerbitan tidak sehat (timbul tenggelam). Sedangkan untuk lembaga penyiaran radio hanya 10 persen yang sehat. Adapun lembaga penyiaran televisi sebanyak 34 perusahaan televisi yang dinilai sehat secara bisnis dan selebihnya 36 perusahaan termasuk lembaga penyiaran televisi yang tidak sehat.5

Terkait dengan kondisi penyiaran tersebut, wajar jika ada sebagian pihak yang meragukan kemampuan media massa (perusaan pers) untuk menjalankan fungsinya sebagaimana yang diamanahkan oleh UU No. 40 tentang Pers Pasal 3, yaitu: ayat

(1) ―Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi,

pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial‖. Ayat (2) ―Disamping

fungsi-fungsi tersebut ayat (1), pers nasional dapat berfungsi

sebagai lembaga ekonomi‖. Menurut I Gede Nyoman Suryawan

bahwa:

―Lembaga pers yang tidak sehat, hanya akan melahirkan pekerja- pekerja pers yang tingkat kesejahteraannya rendah, dan akan berdampak pada buruknya kinerja mereka. Alhasil produk informasi, maupun hiburan yang dihasilkan pun rendah. Lembaga pers semacam itu akhirnya hanya melahirkan wartawan-wartawan yang hanya bekerja untuk kepuasan pemberi informasi. Mata rantai tugas- tugas jurnalistik mulai dari melacak, mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan informasi bisa terputus dan hanya menyisakan mata rantai menyebarkan informasi. Mereka akan kehilangan sikap kritis dan greget. Mereka akan kehilangan indera

keenam untuk melakukan fungsi kontrol sosial‖.

Surat kabar sebagai lembaga pers tertua, memang sepertinya sulit bersing dengan perusahaan penyiaran televisi dalam merebut

‗kue‘ iklan. Namun, tidak berarti bahwa surat kabar akan mati,

karena masing-masing memiliki keunggulan tersendiri. Salah satu keunggulan surat kabar yaitu mampu menyajikan informasi yang lebih lengkap, bisa dibawah kemana-mana, mudah di dokumentasikan jika swaktu-waktu diperlukan kembali. Dalam lima orang berkumpul minimal ada satu orang yang sudah membaca surat kabar hari itu dan dalam sepuluh orang minimal ada satu orang yang berlangganan surat kabar. (Hadawiah, 2005; 8).

Bahkan di era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini, lembaga surat kabar juga menempuh strategi baru untuk mempertahankan konsistensinya dengan membuat surat kabar on line. Bahkan tidak sedikit media on line yang beritanya sudah reel time, termasuk diantaranya media on line: www.tribun-timur. co.id. Dengan perkembangan media surat kabar semacam itu, maka akan lebih banyak orang yang membacanya, karena media

tersebut ‘gratis‘ dan lebih interakif. 6

12.3 MACAM-MACAM MEDIA MASA DALAM

Dalam dokumen Manajemen Humas Sekolah (Halaman 168-172)