• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persampahan DPU Bidang CK Kabupaten Sukamara

JENIS PELAYANAN DASAR

6.4.2 Persampahan DPU Bidang CK Kabupaten Sukamara

6.4.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Persampahan

A. Arahan Kebijakan Pengelolaan Persampahan

Beberapa peraturan perundangan yang mengamanatkan tentang sistem pengelolaan persampahan, antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. 3. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

4. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

5. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan SampahSejenis Sampah Rumah Tangga.

B. Ruang Lingkup Pengelolaan Persampahan

Sampah dapat didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah yang dikelola dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan UU 18 tahun 2008 yaitu:

a) Sampah rumah tangga yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga (tidak termasuk tinja);

b) Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dll;

c) Sampah spesifik meliputi sampah beracun, sampah akibat bencana, bongkaran bangunan, sampah yang tidak dapat diolah secara teknologi, dan sampah yang timbul secara periodik. Sampah spesifik harus dipisahkan dan diolah secara khusus. Apabila belum ada penanganan sampah B3 maka perlu ada tempat penampungan khusus di TPA secara aman sesuai peraturan perundangan.

6.4.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Persampahan

A. Isu Strategis Pengembangan Persampahan

Untuk merumuskan isu strategis ini, perlu dilakukan identifikasi data dan informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti dokumen RPJMN, MDGs, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, Renstra Dinas, Dokumen RP2KP, Rencana Induk Persampahan dan dokumen lainnya yang selaras menyatakan isu strategis pengembangan permukiman.

Berikut adalah isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan antara lain:

1. Kapasitas Pengelolaan Sampah, Kapasitas pengelolaan sampah erat kaitannya dengan:

a. Makin besarnya timbulan sampah berupa peningkatan laju timbulan sampah perkotaan antara 2-4% per tahun. Dengan bertambahnya penduduk, pertumbuhan industri dan peningkatan konsumsi masyarakat dibarengi peningkatan laju timbulan sampah.

b. Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan. Rendahnya kualitas pengelolaan persampahan terutama pengelolaan TPA memicu berbagai protes masyarakat. Di sisi lain rendahnya tingkat pengelolaan sampah mengakibatkan masyarakat yang tidak mendapat layanan membuang sampah sembarangan atau membakar sampah di tempat terbuka.

c. Keterbatasan Lahan TPA Keterbatasan lahan TPA merupakan masalah terutama di kota-kota besar dan kota-kota metropolitan. Fenomena keterbatasan lahan TPA memunculkan kebutuhan pengelolaan TPA Regional namun banyak terkendala dengan banyak faktor kepentingan dan rigiditas otonomi daerah.

2. Kemampuan Kelembagaan, Masih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah

sebagai regulator sekaligus operator pengelolaan serta belum memadainya SDM (secara kualitas dan kuantitas) menjadi masalah dalam pelayanan persampahan.

3. Kemampuan Pembiayaan, Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya

alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana penarikan retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampah menjadi beban APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya kualitas penanganan sampah.

4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta, Kurangnya kesadaran dan

pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam melakukan sebagian sistem pengelolaan sampah, serta

rendahnya minat pihak swasta berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.

5. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum, Lemahnya penegakan hukum

terkait pelanggaran dalam pengelolaan sampah dan kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini juga menjadi kendala dalam penanganan sampah.

Setiap kabupaten/kota wajib merumuskan isu strategis yang ada di daerah masing-masing karena isu strategis ini akan menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur, prasarana dan sarana, serta akan menjadi landasan penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) bidang Cipta Karya.

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan

Untuk menggambarkan kondisi eksisting pengembangan persampahan yang telah dilakukan pemerintah Sukamara, perlu diuraikan hal-hal berikut ini:

1. Aspek teknis, Menguraikan sistem pengelolaan persampahan aspek teknis saat ini yang

dilaksanakan oleh masyarakat (individu/komunal), pemerintah/dinas dan swasta, meliputi hal-hal berikut:

a) Teknik Operasional pengelolaan persampahan:

- Sumber sampah yang dihasilkan dan ditangani (m3/hari);

- Jumlah sampah terkumpul, terangkut dan terolah sd TPA (m3/hari); - Cakupan pelayanan (ha).

b) Daerah Pelayanan dan Kondisi Spesifiknya (fisik dan sosial);

c) Upaya pengurangan sampah di sumber melalui kegiatan 3R(reduce, reuse, recycle);

d) Kapasitas kerja dan efisiensi pemanfaatan;

e) Dampak negatif yang terjadi akibat sistem pengelolaan persampahan yang ada;

f) Pola Penanganan (Pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan, pembuangan akhir);

g) Rentang tanggung jawab instansi terkait dalam teknik operasional.

Kondisi eksisting pengembangan persampahan sebagaimana diuraikan di atas dapat ditampilkan dalam Tabel 6.36 dan 6.37.

Tabel 6.36

Tabel 6.37

2. Pendanaan

Menguraikan kemampuan dalam membiayai penyediaan serta operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan seperti pembiayaan pembangunan sarana individual, retribusi persampahan serta anggaran pemerintah kota/kabupaten untuk pengelolaan persampahan. Dalam aspek pendanaan perlu juga diuraikan tentang;

1) Sumber Pendapatan (Pemda, Retribusi); 2) Struktur biaya operasional;

• Pengumpulan dan penyampuran; • Penampungan sementara; • Pengangkutan;

• Pembuangan akhir. 3) Struktur tarif retribusi;

• o Kondisi dan kemampuan daerah; • o Kemampuan masyarakat; • o Institusi yang mengelola retribusi.

3. Kelembagaan

Menguraikan organisasi pengelolaan persampahan yang mencakup bentuk organisasi (lampirkan struktur organisasi), uraian tugas, tata laksana kerja, serta kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang dimiliki. Uraian tersebut harus mencerminkan kemampuan organisasi pengelola persampahan saat ini. Termasuk juga informasi tentang:

1) Pelaksanaan penanganan sampah skala sumber, kawasan, kota/kabupaten dan regional; 2) pemisahan fungsi regulator dan operator pengelolaan persampahan Kabupaten/Kota.

Dokumen terkait