• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perselisihan Partai Politik dan upaya hukum terhadap Putusan Mahkamah Partai Politik atau sebutan lain yang dibentuk oleh Partai Politik Yang

Dalam dokumen PUTUSAN Nomor : 62/G/2015/PTUN-JKT. (Halaman 145-149)

DALAM POKOK SENGKETA :

1. Perselisihan Partai Politik dan upaya hukum terhadap Putusan Mahkamah Partai Politik atau sebutan lain yang dibentuk oleh Partai Politik Yang

bersifat Final dan Mengikat;

Menimbang, bahwa Penjelasan Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Perselisihan Partai Politik meliputi antara lain:

(1) perselisihan yang berkenaan dengan kepengurusan;

(2) pelanggaran terhadap hak anggota Partai Politik;

(3) pemecatan tanpa alasan yang jelas;

(4) penyalahgunaan kewenangan;

(5) pertanggung jawaban keuangan; dan/atau (6) keberatan terhadap keputusan Partai Politik.

Menimbang, bahwa selanjutnya terhadap Penyelesaian Perselisihan Partai Politik diatas, Undang-Undang Partai Politik menetapkan sebagai berikut:

Pasal 32 Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 :

(1) Perselisihan Partai Politik diselesaikan dengan cara musyawarah mufakat ;

Halaman 146 dari 173 halaman. Putusan Nomor 62/G/2015/PTUN-JKT.

(2) Dalam hal musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, penyelesaian perselisihan Partai Politik ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan ;

(3) Penyelesaian perselisihan di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan melalui rekonsiliasi, mediasi, atau arbitrase Partai Politik yang mekanismenya diatur dalam AD dan ART ;

Pasal 33 Undang-Undang No. 2 Tahun 2008:

(1) Perkara Partai Politik berkenaan dengan ketentuan Undang-Undang ini diajukan melalui pengadilan negeri ;

(2) Putusan pengadilan negeri adalah putusan tingkat pertama dan terakhir, dan hanya dapat diajukan kasasi kepada Mahkamah Agung ; (3) Perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselesaikan oleh pengadilan negeri paling lama 60 (enam puluh) hari sejak gugatan perkara terdaftar di kepaniteraan pengadilan negeri dan oleh Mahkamah Agung paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak memori kasasi terdaftar di kepaniteraan Mahkamah Agung;

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, Ketentuan Pasal 32 dan Pasal 33 ini diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 32 :

(1) Perselisihan Partai Politik diselesaikan oleh internal Partai Politik sebagaimana diatur di dalam AD dan ART;

(2) Penyelesaian perselisihan internal Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suatu Mahkamah Partai Politik atau sebutan lain yang dibentuk oleh Partai Politik ;

(3) Susunan mahkamah Partai Politik atau sebutan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh Pimpinan Partai Politik kepada Kementerian ;

Halaman 147 dari 173 halaman. Putusan Nomor 62/G/2015/PTUN-JKT.

(4) Penyelesaian perselisihan internal Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus diselesaikan paling lambat 60 (enam puluh) hari ;

(5) Putusan mahkamah Partai Politik atau sebutan lain bersifat final dan mengikat secara internal dalam hal perselisihan yang berkenaan dengan kepengurusan ;

Pasal 33 :

(1) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 tidak tercapai, penyelesaian perselisihan dilakukan melalui pengadilan negeri ;

(2) Putusan pengadilan negeri adalah putusan tingkat pertama dan terakhir, dan hanya dapat diajukan kasasi kepada Mahkamah Agung ;- (3) Perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselesaikan oleh pengadilan negeri paling lama 60 (enam puluh) hari sejak gugatan perkara terdaftar di kepaniteraan pengadilan negeri dan oleh Mahkamah Agung paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak memori kasasi terdaftar di kepaniteraan Mahkamah Agung ;

Menimbang, bahwa mengenai perbedaan tafsir mengenai perselisihan partai politik yang berkenaan dengan kepengurusan adalah bersifat final dan mengikat karena telah diputuskan oleh Mahkamah Partai Politik atau sebutan lain yang dibentuk oleh Partai Politik dan tidak bisa dilakukan upaya hukum melalui Pengadilan Negeri, Pengadilan berpendapat sebagai berikut:

Menimbang, bahwa Mahkamah Partai Politik atau sebutan lain yang dibentuk oleh Partai Politik sebagaimana ditentukan dalam Pasal 32 ayat (2) Nomor 2 Tahun 2011, memiliki wewenang untuk menyelesaikan perselisihan internal Partai Politik tanpa dapat dipengaruhi oleh lembaga manapun. Hal tersebut merupakan wujud dari independensi dan kemandirian Mahkamah Partai Politik atau sebutan lain yang dibentuk oleh Partai Politik sebagai salah satu

Halaman 148 dari 173 halaman. Putusan Nomor 62/G/2015/PTUN-JKT.

lembaga yang melaksanakan fungsi mengadili semua sengketa internal Partai Politik. Namun keputusan dari Mahkamah Partai Politik atau sebutan lain yang dibentuk oleh Partai Politik tidak dapat dipersamakan dengan putusan Pengadilan, karena Mahkamah Partai Politik atau sebutan lain yang dibentuk oleh Partai Politik adalah perangkat internal penyelenggaraan Partai Politik, yang tidak termasuk dalam pengadilan khusus yang masuk dalam salah satu lingkungan peradilan di Mahkamah Agung sebagaimana dimaksud oleh Ketentuan Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 yang menegaskan bahwa Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi, dan Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman yang menegaskan bahwa Pengadilan khusus hanya dapat dibentuk dalam salah satu lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, serta tidak termasuk pula sebagai salah satu pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud oleh Ketentuan Pasal 24 ayat (2) UUD 1945;

Menimbang, bahwa mengingat independensi dan kemandirian Mahkamah Partai Politik atau sebutan lain yang dibentuk oleh Partai Politik sebagai salah satu lembaga yang melaksanakan fungsi mengadili semua sengketa internal Partai Politik, maka Pengadilan harus menghormati otoritas Mahkamah Partai Politik atau sebutan lain yang dibentuk oleh Partai Politik tersebut dalam rangka pelaksanaan tugas dan kewenangan yang dimiliki untuk menegakkan AD dan ART Partai Politik. Namun apabila dalam pelaksanaan tugas dan kewenangannya, Mahkamah Partai Politik atau sebutan lain yang dibentuk oleh Partai Politik ternyata menyalahgunakan independensi dan kemandiriannya tersebut atau tidak bekerja secara maksimal dalam menangani sengketa-sengketa internal Partai Politik, yang pada akhirnya penyelesaian perselisihan Partai Politik tidak tercapai, maka dalam

Halaman 149 dari 173 halaman. Putusan Nomor 62/G/2015/PTUN-JKT.

perspektif yang demikian, Pengadilan menegaskan bahwa Putusan final dan mengikat Mahkamah Partai Politik atau sebutan lain yang dibentuk oleh Partai Politik tidak akan dapat diterapkan, karena akan melahirkan ketidakpastian hukum (rechtsonzekerheid) diantara para pihak internal partai politik yang berselisih. Oleh karena itu, Putusan mahkamah Partai Politik atau sebutan lain bersifat final yang berkenaan dengan kepengurusan dapat menjadi objek gugatan di Pengadilan Negeri;

2. Daya laku Putusan Mahkamah Partai Politik atau sebutan lain yang

Dalam dokumen PUTUSAN Nomor : 62/G/2015/PTUN-JKT. (Halaman 145-149)