• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persentase Penyelesaian Perkara yang diselesaikan dalam jangka

Dalam dokumen SAKIP PT Banda Aceh Tahun 2016 LKJIP 2016 (Halaman 30-35)

waktu maksimal 3 (tiga) bulan

1. Pidana

94%

93%

98%

98%

100%

2. Perdata

69%

90%

82%

98%

84%

3. Tipikor

94%

91%

97%

98%

99%

2

0

1

6

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

jangka waktu maksimal 3 bulan dengan perkara yang harus diselesaikan dalam waktu maksimal 3 bulan.

Tabel 13. Penyelesaian perkara dalam jangka waktu maksimal 3 (Tiga) bulan

JENIS PERKARA TAHUN

2014 2015 2016

1. Pidana Perkara yang selesai dalam waktu maksimal 3 bulan 278 242 236 Jumlah perkara yang diselesaikan 278 242 236

Realisasi 100% 100% 100%

2. Perdata Perkara yang selesai dalam waktu maksimal 3 bulan 112 184 129 Jumlah perkara yang diselesaikan 126 187 137

Realisasi 89% 98% 94%

3. Tipikor Perkara yang selesai dalam waktu maksimal 3 bulan 44 30 29 Jumlah perkara yang diselesaikan 44 30 29

Realisasi 100% 100% 100%

Grafik 3. Penyelesaian Perkara dalam jangka waktu maksimal 3 (Tiga) Bulan

Berdasarkan register perkara diketahui bahwa semua perkara diputus tidak melebihi batas waktu maksimal, dengan catatan perkara yang masuk terakhir adalah pada akhir bulan Oktober, sehingga persentase realisasi penyelesaian perkara adalah sebesar 100%

2

0

1

6

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

Dari grafik diatas diperoleh bahwa pada tahun 2016 persentase perkara yang diselesaikan dalam waktu maksimal 3 bulan mencapai 100%. Capaian tersebut diperoleh karena tidak ada perkara yang penyelesaiannya melebihi waktu 3 bulan. Capaian target 100 % juga diperoleh pada tahun 2016 dan tahun 2015 serta ditahun 2014.

Hal ini menunjukkan bahwa Majelis Hakim dan Panitera Pengganti telah bekerja sesuai ketentuan yang berlaku, sehingga setiap perkara yang diterima dapat diputus tepat sesuai waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijakan Mahkamah Agung untuk penyelesaian perkara di Pengadilan Tingkat Banding dalam waktu maksimal 3 bulan sesuai Surat Edaran Mahkamah Agung RI No.2 Tahun 2014 telah dilaksanakan dengan baik di Pengadilan Tinggi Banda Aceh.

Sasaran Strategis Peningkatan Aksepbilitas Putusan Hakim dimaksudkan untuk menggambarkan upaya Pengadilan Tinggi Banda Aceh dalam memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat, dengan mengukur tingkat kepercayaan masyarakat terhadap putusan hakim.Sasaran ini menggunakan 1 indikator Kinerja Utama.

SASARAN 2 : PENINGKATAN AKSEPBILITAS PUTUSAN HAKIM

INDIKATOR KINERJA :

Persentase Perkara yang tidak mengajukan upaya hukum : Kasasi

2

0

1

6

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

Capaian Sasaran Peningkatan Aksepbilitas Putusan Hakim pada tahun 2016, dan dibandingkan dengan realisasi 2 (dua) tahun sebelumnya tahun 2014 dan 2015 sesuai dengan Indikator Kinerja Utama yang digunakan sebagai berikut :

Tabel 14. Sasaran 2

Sasaran 2 : Peningkatan Aksepbilitas Putusan Hakim

Indikator Kinerja Utama Realisasi Target Capaian

Th. 2014 Th. 2015 Th. 2016 Th. 2016 Th. 2016 Persentase Perkara yang TIDAK

mengajukan upaya hukum

1 Kasasi 55% 32% 47.5% 35% 136%

2 Peninjauan kembali (PK) 96% 100% 96.5% 90% 107% Ukuran realisasi indikator kinerja persentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum kasasi adalah perbandingan jumlah perkara (pidana, perdata, tipikor) yang sudah putus. Sedangkan ukuran realisasi indikator kinerja persentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum PK adalah perbandingan jumlah perkara (pidana, perdata, tipikor) yang tidak mengajukan upaya hukum PK dengan jumlah perkara kasasi (pidana, perdata, tipikor) yang sudah putus. Pada tahun 2016 realisasi persentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum kasasi mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2015. Bahkan capaian realisasi pada tahun 2016 tersebut cukup tinggi melebihi target hingga 136%.

Realisasi persentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali (PK) pada tahun 2016 mengalami sedikit kenaikan dibandingkan tahun 2014 dan tahun 2015. Dan capaian realisasi persentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum PK pada tahun 2016 cukup tinggi melebihi target hingga 96,5%.

Tabel 15. Persentase Perkara yang TIDAK mengajukan upaya Hukum Kasasi Tahun 2014 - 2016

Tahun Perkara Banding Keadaan Perkara Pidana Perdata Tipikor yang putus

Perkara yang mengajukan kasasi

Perkara yang TIDAK

mengajukan kasasi *REALISASI (%) 2014 448 201 247 55.1% 2015 459 353 106 23.1% 2016 402 211 191 47.5%

* Persentase perkara yang tidak mengajukan kasasi dengan perkara banding yang putus

Realisasi persentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum Kasasi mengindikasikan pencari keadilan pada Pengadilan Tingkat Banding yang dapat menerima putusan Pengadilan Tingkat Banding sebesar 47,5% , dengan kata lain 52,5% pihak berperkara atau Jaksa pada umumnya mengajukan upaya hukum kasasi artinya putusan banding oleh Hakim tingkat banding belum seluruhnya dapat diterima oleh pihak berperkara atau Jaksa.

2

0

1

6

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

seluruhnya putusan tingkat banding dapat diterima oleh masyarakat pencari keadilan, namun terdapat peningkatan dalam penerimaan masyarakat terhadap putusan Pengadilan Tingkat Banding pada tahun 2016 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa Hakim Pengadilan Tingkat Banding telah meningkatkan kinerja untuk membuat putusan yang dapat diterima oleh masyarakat pencari keadilan.

Tabel 16. Persentase Perkara yang TIDAK mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali (PK)

Tahun Perkara Banding Keadaan Perkara Pidana Perdata Tipikor yang putus

Perkara yang mengajukan Peninjauan Kembali (PK)

Perkara yang TIDAK mengajukan Peninjauan Kembali (PK) *REALISA SI (%) 2014 448 17 431 96.2% 2015 459 17 442 96.3% 2016 402 14 388 96.5%

* Persentase perkara yang tidak mengajukan peninjauan kembali dengan perkara banding yang putus

Dari tabel 15 diatas terlihat bahwa Pada tahun 2016 Realisasi persentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali (PK) mengindikasikan pencari keadilan yang dapat menerima putusan kasasi Mahkamah Agung sebesar 96,5%.

Hal ini berarti upaya pihak berperkara atau jaksa untuk melakukan upaya peninjauan kembali tidak terlalu besar, Dengan kata lain pada umumnya putusan kasasi sudah dapat diterima oleh pihak berperkara atau Jaksa sehingga tidak diteruskan ke upaya peninjauan kembali. Begitupula pada 2 (dua) tahun sebelumnya.

Realisasi perkara yang tidak mengajukan upaya Hukum baik Kasasi maupun Peninjauan Kembali dari tahun 2014 – 2016 dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 5. Realisasi Perkara yang TIDAK mengajukan upaya hukum Kasasi dan Peninjauan Kembali (PK) tahun 2014 – 2016

SASARAN 3 : PENINGKATAN EFEKTIFITAS PENGELOLAAN PENYELESAIAN PERKARA

INDIKATOR KINERJA :

2

0

1

6

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

Sasaran Strategis Peningkatan Efektifitas Pengelolaan Penyelesaian Perkara dimaksudkan untuk menggambarkan efektifitas dan efisiensi upaya Pengadilan Tinggi Banda Aceh dalam memberikan pelayanan peradilan kepada masyarakat, dengan mengukur tertib administrasi berkas yang diajukan banding secara lengkap,diregister,dan didistribusikan ke Majelis,serta mengukur rasio majelis Hakim terhadap jumlah perkara.

Sasaran ini menggunakan 3 (tiga) Indikator Kinerja Utama.Capaian Sasaran Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Penyelesaian Perkara pada tahun 2016,dan dibandingkan dengan realisasi 2 (dua) tahun sebelumnya tahun 2015 dan 2014 sesuai dengan Indikator Kinerja Utama yang digunakan sebagai berikut:

Tabel 17. Capaian Sasaran 3

Sasaran 3 : Peningkatan Efektifitas Pengelolaan Penyelesaian Perkara

Dalam dokumen SAKIP PT Banda Aceh Tahun 2016 LKJIP 2016 (Halaman 30-35)

Dokumen terkait