• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.3. Persepsi Informan

4.3.4. Persepsi Informan tentang Kesepakatan dalam

4.3.4.1. Persepsi Informan tentang Pembagian Tugas dalam Program Kemitraan Pertolongan Persalinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 6 informan yang diwawancarai, keenamnya memberikan jawaban yang sama ketika ditanyakan tentang pembagian tugas dalam kemitraan pertolongan persalinan. Seluruh informan menyatakan bahwa tidak ada pembagian tugas yang jelas antara bidan dengan dukun bayi saat bermitra dalam menolong persalinan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16. Matriks Pernyataan Informan tentang Pembagian Tugas dalam Program Kemitraan Pertolongan Persalinan

Informan Stakeholders Pernyataan

1 Bidan Staf Puskesmas Kota

Datar

“Kebetulan untuk desa saya ini kemitraan udah berjalan lumayan baik. Sejak dulu uda saya tekankan, dukun bayi bisanya cuma menemani, dia tidak bertindak apa-apa dan alhamdulilah mereka nurut”

2 Bidan Desa “Yang saya tau, sejauh ini belum ada

pembagian tugas. Cuma kalo dukun dan bidan ada, uda inisiatif sendiri apa yang mau dikerjakan. Si dukun pun jadinya mengurut-urut aja”

3 Kader “Ya tugas saya, kalo disuruh bilang ke

ibu-ibu hamil supaya bersalin sama bidan, ya saya kerjakan”

4 Kader “Apa ya? Paling saya cuma mencatat

Tabel 4.16. (Lanjutan)

5 Dukun Bayi “Kalo saya sama bidan yang nolong, ya

paling saya mengurut, mendorong dari atas. Biasanya saya yang nyuci baju ibu itu. Ngasih air tawar juga”

6 Dukun Bayi “Kalo menolong persalinan berdua sama

bidan, aku di atas aja, bidannya yang dibawah”

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa tidak adanya pembagian tugas yang jelas dalam kemitraan pertolongan. Tugas yang dijalankan masing-masing orang berdasarkan atas inisiatif dan kebiasaan yang mereka lakukan.

4.3.4.2. Persepsi Informan tentang Siapa yang Membagi Tugas dalam Kemitraan Pertolongan Persalinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 6 informan yang diwawancarai, beberapa memberikan jawaban yang berbeda ketiga ditanyakan tentang siapa yang membagi tugas dalam kemitraan pertolongan persalinan. Ada 4 informan yang menyatakan tidak ada yang membagi tugas dalam kemitraan pertolongan persalinan dan 2 informan kader menyatakan bidan desa yang membagi tugasnya dalam kemitraan pertolongan persalinan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17. Matriks Pernyataan Informan tentang Siapa yang Membagi Tugas dalam Kemitraan Pertolongan Persalinan

Informan Stakeholders Pernyataan

1 Bidan Staf Puskesmas “Gak ada”

2 Bidan Desa “Gak ada pastinya”

3 Kader “Bidan desa”

4 Kader “Bidan desa”

5 Dukun Bayi “Gak ada”

6 Dukun Bayi “Gak ada”

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa tugas kader dalam kemitraan pertolongan persalinan diberitahu oleh bidan desa, sedangkan untuk tugas

bidan desa dan dukun bayi dalam kemitraan pertolongan persalinan, tidak ada yang membaginya.

4.3.4.3. Persepsi Informan tentang Kendala yang Dihadapi dalam Pembagian Tugas dalam Kemitraan Pertolongan Persalinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 6 informan yang diwawancarai, keenamnya memberikan jawaban yang sama ketika ditanyakan tentang kendala yang dihadapi dalam pembagian tugas dalam kemitraan pertolongan persalinan. Seluruh informan menyatakan bahwa tidak ada kendala yang dihadapi dalam pembagian tugas kemitraan pertolongan persalinan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18. Matriks Pernyataan Informan tentang Kendala yang Dihadapi dalam Pembagian Tugas dalam Kemitraan Pertolongan Persalinan

Informan Stakeholders Pernyataan

1 Bidan Staf Puskesmas “Kalo kendala saya rasa gak ada”

2 Bidan Desa “Gak ada kendala”

3 Kader “Gak ada kendala”

4 Kader “Gak ada kendala”

5 Dukun Bayi “Gak ada kendala, enak-enak aja”

6 Dukun Bayi “Gak ada kendala”

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada kendala yang dihadapi informan dalam pembagian tugas kemitraan pertolongan persalinan.

4.3.5. Persepsi Informan tentang Tindakan Pelatihan/Pembinaan dalam Kemitraan Pertolongan Persalinan

4.3.5.1. Persepsi Informan tentang Pelatihan/Pembinaan dalam Kemitraan Pertolongan Persalinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 informan yang diwawancarai, semuanya memberikan jawaban yang sama ketika ditanyakan tentang pelatihan/pembinaan dalam kemitraan pertolongan persalinan. Semuanya menyatakan

bahwa tidak ada pelatihan yang dilakukan hanya sebatas himbauan/sosialisasi saja. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.19.

Tabel 4.19. Matriks Pernyataan Informan tentang Tindakan Pelatihan/ Pembinaan dalam Kemitraan Pertolongan Persalinan

Informan Stakeholders Pernyataan

1 Kepala Puskesmas Kota

Datar

“Kalo untuk pelatihan secara formal gak pernah ya, dulu memang sudah pernah ada pelatihan, sudah lama sekali, persisnya saya kurang tau. Yang baru kami lakukan itu semacam sosialisasi bulan 12 Tahun 2010, itu dananya dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)”

2 Kepala Desa “Kami melakukan pengarahan kepada

kader, sekali dalam setahun”

3 Bidan Koordinator

Puskesmas Kota Datar

“Kalo pelatihan untuk dukun, yang sekarang-sekarang ini belum ada, cuma sebelumnya sudah pernah dilakukan, udah lama, sekitar 15 tahun yang lalu”

4 Bidan Staf Puskesmas Kota

Datar

“Kalo untuk pelatihan dukun bayi, udah lama sekali dilakukan. Yang saya tau sampai saat ini belum pernah lagi dibuat pelatihan dukun bayi atau dukun bayi terlatih”

5 Bidan Desa “Selama saya disini belum ada saya liat

pelatihan dukun bayi”

6 Kader “Bulan 12 kemaren kami dikumpulkan,

gak ada pelatihan, cuma dikasi arahan-arahan aja”

7 Kader “Gak ada yang namanya pelatihan, kami

cuma dikumpulkan aja di puskesmas, terus kepala puskesmasnya ngasih pengarahan, sekitar bulan 12 kemarin la”

8 Dukun Bayi “Gak pernah dilatih. Aku memang

keturunan katanya, dari nenek moyang dulu, jadi gak pernah belajar”

9 Dukun Bayi “Dulu pernah ada pelatihan, uda lama,

sekitar 15 tahun yang lalu. Dulu dipanggil ke puskesmas dukun-dukun bayinya, tapi gak semua, sebagian aja”

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa kegiatan pelatihan sudah lama tidak dilakukan di wilayah kerja puskesmas ini. Kegiatan terkait kemitraan pertolongan persalinan yang dilakukan hanya berupa sosialisasi kepada perwakilan dari bidan desa, dukun bayi dan kader.

4.3.5.2. Persepsi Informan tentang Kendala yang Dihadapi dalam Kegiatan Pelatihan/Pembinaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 3 informan yang diwawancarai, ketiganya memberikan jawaban yang berbeda ketika ditanyakan tentang kendala yang dihadapi dalam kegiatan pelatihan/pembinaan. Ada 1 informan menyatakan ada kendala yang dihadapi saat melakukan himbauan/sosialisai kemitraan pertolongan persalinan dan 2 informan menyatakan tidak ada kendala yang dihadapi dalam kegiatan himbauan/sosialisasi. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.20.

Tabel 4.20. Matriks Pernyataan Informan tentang Kendala yang Dihadapi dalam Kegiatan Pelatihan/Pembinaan

Informan Stakeholders Pernyataan

1 Kepala Puskesmas Kota

Datar

“Kendalanya, ya kalau kita mengundang kader, bidan desa dan dukun bayi, ya butuh biaya, nanti kita ngasih uang transportnya. Tapikan besarnya anggaran itu terbatas, jadi kita cuma memanggil perkawilan dari kader, bidan desa dan dukun bayi”

2 Kepala Desa “Kayaknya gak ada”

3 Bidan Koordinator

Puskesmas Kota Datar

“Tidak ada masalah”

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa kendala yang dihadapi dalam pengadaan sosialisasi kemitraan pertolongan persalinan kepada perwakilan dari bidan desa, dukun bayi dan kader adalah masalah biaya operasional.

4.3.5.3. Persepsi Informan tentang Upaya Penanggulangan terhadap Kendala yang Dihadapi dalam Kegiatan Pelatihan/Pembinaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 3 informan yang diwawancarai dimana 1 informan yang memberikan jawaban ada kendala yang dihadapi dalam kegiatan himbauan/sosialisasi, menyatakan bahwa tidak ada upaya penanggulangan terhadap kendala yang dihadapi dalam kegiatan himbauan/sosialisasi kemitraan pertolongan persalinan. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 4.21.

Tabel 4.21. Matriks Pernyataan Informan tentang Upaya Penanggulangan terhadap Kendala yang Dihadapi dalam Kegiatan Pelatihan/ Pembinaan

Informan Stakeholders Pernyataan

1 Kepala Puskesmas Kota

Datar

“Belum ada upaya yang dilakukan dilakukan untuk menanggulanginya” Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa Kepala Puskesmas Kota Datar selaku pihak yang memiliki kewenangan penuh di bidang kesehatan untuk wilayah kerjanya, belum melakukan upaya pengendalian terhadap kendala yang dialami sosialisasi kemitraan pertolongan persalinan.

4.3.6. Persepsi Informan tentang Pengawasan/Supervisi dalam Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan

4.3.6.1. Persepsi Informan tentang Pengawasan yang telah Dilakukan dalam Pelaksanan Kemitraan Pertolongan Persalinan

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari 3 informan yang diwawancarai, semuanya memberikan jawaban yang sama ketika ditanyakan tentang pengawasan/ supervisi yang telah dilakukan dalam pelaksanaan kemitraan persalinan. Ketiganya menyatakan telah melakukan pengawasan/supervisi dalam pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 4.22.

Tabel 4.22. Matriks Pernyataan Informan tentang Pengawasan/Supervisi yang telah Dilakukan dalam Pelaksanaan Kemitraan Persalinan

Informan Stakeholders Pernyataan

1 Kepala Puskesmas

Kota Datar

“Kalau saya lebih kepada staf saya, misalnya kepada bidan desanya. Kita lihat apakah sudah ada register tentang jumlah ibu hamil, register tentang jumlah bayi yang ada di wilayah kerja dia, gitu”

2 Kepala Desa “Pengawasan kepada kader-kader aja gitu”

3 Bidan Koordinator

Puskesmas Kota Datar

“Ya ada pengawasan. Saya cek laporan mereka terkait jumlah ibu hamil, jumlah ibu yang melahirkan, dll”

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa informan telah mengetahui fungsinya sebagai pengawas/supervisi dalam pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan.

4.3.6.2. Persepsi Informan tentang Kendala yang Dihadapi dalam Pengawasan/Supervisi Kemitraan Pertolongan Persalinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 3 informan yang diwawancarai, seluruh informan memberikan jawaban yang sama ketika ditanyakan tentang kendala yang dihadapi dalam pengawasan/supervisi pelaksanaan kemitraan persalinan. Ketiganya menyatakan bahwa tidak ada kendala yang dihadapi dalam pengawasan/supervisi pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.23.

Tabel 4.23. Matriks Pernyataan Informan tentang Kendala yang Dihadapi dalam Pengawasan/Supervisi Pelaksanaan Kemitraan

Pertolongan Persalinan

Informan Stakeholders Pernyataan

1 Kepala Puskesmas Kota

Datar

“Kalau untuk pengawasan, saya kira tidak ada kendala”

2 Kepala Desa “Gak ada”

3 Bidan Koordinator

Puskesmas Kota Datar

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada kendala yang dihadapi informan dalam pengawasan/supervisi kemitraan pertolongan persalinan.

4.3.7. Persepsi Informan tentang Manfaat/Keuntungan yang Dirasakan dari Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 informan yang diwawancarai, seluruh informan merasakan manfaat ketika ditanyakan tentang manfaat/keuntungan yang dirasakan dari pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan, manfaat yang dirasakan yaitu kemitraan pertolongan persalinan mampu menekan Angka Kematian Ibu (AKI), mencegah infeksi, tugas yang dikerjakan lebih ringan dan rasa aman. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.24.

Tabel 4.24. Matriks Pernyataan Informan tentang Manfaat/Keuntungan yang Dirasakan dari Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan

Informan Stakeholders Pernyataan

1 Kepala Puskesmas Kota

Datar

“Paling enggak menekan AKI. Kemudian kita bisa memantau jumlah ibu hamil”

2 Kepala Desa “Yang saya rasakan, kalau bidan desa dan

dukun bayi sudah mau bekerja sama dan masyarakatpun sudah tidak ada masalah, masyarakat terlayani, rasanya kita bangga”

3 Bidan Koordinator

Puskesmas Kota Datar

“Manfaatnya terutama untuk menekan AKI. Biasakan kalau ada kelainan persalinan, si dukun cepat manggil kita, kita bisa cepat-cepat merujuk. Ya, ibu hamil bisa mendapat pelayanan yang standar la”

4 Bidan Staf Puskesmas

Kota Datar

“Saya senang aja bermitra dengan dukun, misalnya gini, kalo saya sibuk ya tinggal saya suruh aja dukunnya yang mandikan bayinya”

5 Bidan Desa “Manfaatnya untuk menekan AKI,

Tabel 4.24. (Lanjutan)

6 Kader “Si ibu tadi yang ditolongnya sehat, gak

kayak kemarin ada ibu ditolong dukun bayi, anaknya yang lahir sesak nafas kerna tertelan air ketuban”

7 Kader “Sekarang dukun sama bidan udah join,

jadi uda lumayan, gak kayak dulu, dukun selalu sendiri”

8 Dukun Bayi “Enak, ringan gitu. Kerjaan cepat siap”

9 Dukun Bayi “Sebenarnya aku merasa lebih aman

sama bidan. Bidan kan ada sekolahnya, aku enggak”

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa seluruh informan merasakan manfaat dari pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan, diantaranya: menekan AKI, mencegah komplikasi kehamilan dan persalinan dan meringankan beban kerja antara dukun bayi dan bidan desa dalam memandikan bayi.

4.3.8. Pernyataan Informan tentang Saran terhadap Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 informan yang diwawancarai, seluruh informan memiliki saran terhadap pelaksanaan program kemitraan pertolongan persalinan. Saran yang dinyatakan informan antara lain ialah kesejahteraan bidan desa sebaiknya lebih diperhatikan, pemantauan oleh kepala puskesmas sebaiknya lebih ditingkatkan, kegiatan pertemuan antara dukun bayi dan bidan desa sebaiknya lebih sering dilaksanakan, hendaknya kesenjangan antara bidan desa dan dukun bayi diminimalisir dan hendaknya antara dukun bayi dan bidan desa lebih ditingkatkan lagi kerjasamanya. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.25.

Tabel 4.25. Matriks Pernyataan Informan tentang Saran terhadap Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan

Informan Stakeholders Pernyataan

1 Kepala Puskesmas Kota

Datar

“Saya rasa kita harus lebih fokus kepada bidan desa, karena disini sebenarnya yang lebih berperab itukan bidan desa, supaya lebih diperhatikan lagi kesejahteraannya”

2 Kepala Desa “Yang saya harapkan maunya sering

pemantauanlah dari kepala puskesmas, dari atasan kurang ada tekanan kepada bidan desa”

3 Bidan Koordinator

Puskesmas Kota Datar

“Maunya sering dilakukanlah semacam pertemuan dengan dukun bayi, selama ini kan jarang. Dikasi penyegaranlah, gitu aja”

4 Bidan Staf Puskesmas “Ya supaya terjalin kerja sama yang baik

antara dukun dengan bidan. Jangan sampai ada kesenjangan. Jangan sampe ada dukun yang menganggap kalo bidan datang malah menganggu tugasnya. Trus bidan juga maunya jangan ada anggapan gini, mentang dia berpendidikan, dia merasa dukun ini gak ada apa-apanya, gitu. Kalo saya dulu bisa menjalin kerjasama dengan mereka, kenapa yang lain gak bisa”

5 Bidan Desa “Sarannya itu supaya dukun mau bermitra

dengan kami”

6 Kader “Maunya bidannya jangan sombonglah

sama masyarakatnya”

7 Kader “Supaya dukun itu lebih dibimbing lagi.

Jangan cuma sebatas sekali. Maunya sering-seringlah dipanggil untuk dikasi pengarahan”

8 Dukun Bayi “Supaya bagus ajalah gitu”

9 Dukun Bayi “Maunya aku sama bidan jalan berdua”

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa ada beberapa saran yang dikemukaan informan mengenai pelaksanaan kemitraan pertolongan persalinan diantarnya: agar kesejahteraan bidan desa lebih diperhatikan, agar pemantauan kepala puskesmas lebih ditingkatkan, agar kegiatan sosialisasi kemitraan pertolongan

persalinan lebih sering dilakukan dan agar lebih tercipta hubungan yang baik antar bidan desa dan dukun bayi.

4.4. Persepsi Informan (Ibu Hamil) yang diperoleh melalui teknik Diskusi Berkelompok (Focus Group Discussion)

4.4.1. Persepsi Informan tentang Pihak yang Sebaiknya Menolong Persalinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 8 informan ibu hamil yang berpartisipasi dalam focus group discussion, beberapa memberikan jawaban yang berbeda ketika ditanyakan tentang siapa sebaiknya yang menolong persalinan. Ada 6 informan yang menyatakan bahwa sebaiknya bidan yang menolong persalinan dan 2 informan menyatakan sebaiknya dukun bayi yang menolong persalinan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.26.

Tabel 4.26. Matriks Pernyataan Informan tentang Pihak yang Sebaiknya Menolong Persalinan

Informan Pernyataan

1 “Bidan, karna bidan kan lebih ngerti”

2 “Bidan, kalo bidan yang nolong aman”

3,4,7,8 “Bidan” (sama pendapatnya dengan informan 1)

5,6 “Dukun beranak, karena aku lebih suka aja ditolong dukun beranak”

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa persepsi informan mengenai pihak yang sebaiknya menolong persalinan dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman.

4.4.2. Persepsi Informan tentang Pihak yang akan Menolong Persalinannya dan Tempat yang dipilih untuk Bersalin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 8 informan ibu hamil yang berpartisipasi dalam focus group discussion, beberapa informan memberikan jawaban berbeda-beda ketika ditanyakan mengenai pilihan tentang siapa yang akan menolong

persalinan dan tempat yang dipilih untuk bersalin. Ada 5 informan yang menyatakan akan bersalin di rumah dan ditolong oleh bidan, 1 informan menyatakan akan bersalin di rumah dan ditolong oleh dukun bayi dan bidan, serta 2 informan menyatakan akan bersalin di rumah dan ditolong oleh dukun bayi. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.27.

Tabel 4.27. Matriks Pernyataan Informan tentang Pihak yang Akan Menolong Persalinannya dan Tempat yang Dipilih untuk Bersalin

Informan Pernyataan

1 “Di rumah, rencananya nanti ditolong bidan dan dukun beranak..orang

tuaku nyuruhnya gitu, jadi ya ngikut aja”

2,3 “Di rumah, ditolong bidan aja. Karena sebelumnya juga kayak gitu”

4,7,8 “Di rumah” (sama pendapatnya dengan informan 2 dan 3)

5,6 “Rencanaku di rumah, lebih enak aja, nyaman gitu. Yang menolong

dukun beranak, karena dukun mengusut juga. Nanti dikasi air tawar dan biasanya sama kita sampe 40 hari, memang orang itu pulang-pulang ke rumahnya, gak menetap tempat aku”

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pemilihan informan mengenai pihak yang aman menolong persalinan dan tempat yang akan dipilih untuk bersalin dipengaruhi oleh pengalaman dan informasi yang diterima.

4.4.3. Persepsi Informan tentang Penyebab Persalinan ke Dukun Bayi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 8 informan ibu hamil yang berpartisipasi dalam focus group discussion, beberapa informan memberikan jawaban yang berbeda ketika ditanyakan tentang faktor yang menyebabkan kebanyakan persalinan ke dukun bayi. Ada 1 informan yang menyatakan penyebabnya adalah karena dukun bayi mengerti tentang ilmu gaib, 1 informan menyatakan tidak tau

penyebabnya dan 6 informan menyatakan penyebabnya adalah karena biaya persalinan ke dukun bayi relatif murah. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.28.

Tabel 4.28. Matriks Pernyataan Informan tentang Penyebab Persalinan ke Dukun Bayi

Informan Pernyataan

1 “Katanya dukun beranak lebih ngerti tentang-tentang gaib. Disini

katanya banyak juga yang hamil dan bersalinnya diganggu mahluk halus”

2 “Kenapa ya? Kurang tau aku”

3 “Kalo ditolong dukun beranak murah, sekitar 90 ribu kalau gak salah”

4,7,8 “Orang-orang banyak ke dukun beranak karena katanya murah. Kita

kan disini kebanyakan kurang mampu, kalau memang gak punya duit untuk membayar dukun beranak, ya gak apa-apa, atau paling dukun beranaknya dikasi beras. Dukunnya pun biasanya gak nolak dan gak ada ditentukannya harga yang mesti dibayar ibu bersalin. Terus banyak juga ibu-ibu disini yang malu ke posyandu (gak pernah ikut posyandu), ujung-ujungnya melahirkan sama dukun beranak tadi lah”

5,6 “Dukun itu enak, sabar dia. Lagian keluarga kami banyak ke dukun

beranak, aman-aman aja. Lagian sama dukunnya lumayan dekat. Sama kayak yang dibilang tadi, murah harganya. Kalo bersalin sama bidan mahal”

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa persepsi informan tentang penyebab persalinan kebanyakan ke dukun bayi dipengaruhi oleh adat istiadat masyarakat, pengalaman dan informasi yang diterima.

4.4.4. Persepsi Informan tentang Risiko Persalinan yang Ditolong oleh Dukun Bayi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 8 informan ibu hamil yang berpartisipasi dalam focus group discussion, seluruh informan memberikan jawaban yang sama ketika ditanyakan tentang ada tidaknya risiko persalinan yang ditolong oleh dukun bayi. Seluruh informan menyatakan tidak ada risiko persalinan jika ditolong oleh dukun bayi. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.29.

Tabel 4.29. Matriks Pernyataan Informan tentang Risiko Persalinan yang Ditolong oleh Dukun Bayi

Informan Pernyataan

1 “Gak ada risiko, enak-enak aja”

2 “Gak ada”

3 “Kayaknya gak ada. Malah hari itu pernah ada ibu hamil, uda

sembilan bulan umur hamilnya, gak taunya uda 2 hari gak bergerak bayi yang di dalam perutnya. Katanya diganggu sama roh gaib, jadi dipanggillah dukun beranak, keluarlah anaknya. Tapi memang uda mati didalam”

4,7,8 “Kurasa gak ada lah” (sama pendapatnya dengan informan 1 dan 2)

5,6 “Ia gak ada. Pas la yang dibilang ibu itu (menunjuk ke informan 3),

dukun beranak kan bisa ilmu gaib, kalo hamil atau bersalin itu diganggu, ya langsung dia (dukun beranak) yang nolong”

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa persepsi informan tentang risiko persalinan yang ditolong oleh dukun bayi dipengaruhi oleh informasi yang diterima.

4.4.5. Persepsi Informan tentang Pendampingan kepada Dukun Bayi dalam Menolong Persalinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 8 informan ibu hamil yang berpartisipasi dalam focus group discussion, beberapa informan memberikan jawaban yang berbeda-beda ketika ditanyakan tentang perlunya pendampingan dukun bayi oleh bidan dalam menolong persalinan. Ada 6 informan yang menyatakan dukun perlu didampingi bidan dalam menolong persalinan dan 2 informan menyatakan dukun tidak perlu didampingi bidan dalam menolong persalinan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.30.

Tabel 4.30. Matriks Pernyataan Informan tentang Pendampingan kepada Dukun Bayi dalam Menolong Persalinan

Informan Pernyataan

1 “Kayaknya didampingi bidan juga lah maunya”

Tabel 4.31. (Lanjutan)

5,6 “Kalo sendiripun gak apa-apa kurasa..kalo dukunnya sanggup ya gak

perlu lah bidan”

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa persepsi informan tentang pendampingan kepada bidan desa dalam melakukan persalinan dipengaruhi oleh pengetahuan informan.

4.4.6. Persepsi Informan tentang Kerjasama antara Bidan dengan Dukun Bayi

Dokumen terkait