• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN

Matrik 3.4. Persepsi masyarakat tentang fungsi perlindungan

Persepsi masyarakat tentang fungsi perlindungan No. Pertanyaan Penggolongan

Masyarakat

Nama Hasil Wawancara

1. Menurut anda, apakah dampak formasi keluarga orang tua tunggal terhadap tumbuh kembang dan perilaku anak- anak mereka?

Kelas Atas Suseno S.H.  Dampaknya anak merasa tidak ada figur yang bisa jadi pelindung, jadi kepala keluarga, nggo

dekeng (sebagai

pelindung)

 tapi lama kelamaan akan sedikit pengaruhnya. Kelas Menengah Eko Partono A.Md.

 Ada anak yang cenderung menjadi nakal

 Menjadi nakal karena pengaruh pergaulan anak

 Anak-anak biasanya mudah bergaul dan mempunyai banyak teman

Kelas bawah Jadmiko  sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anaknya.

 Bisa jadi anak bisa lebih cepat dewasa dalam beberapa hal misalnya sudah bisa

commit to user

81 membantu mencari nafkah walaupun usia mereka masih kecil.

 Ada juga yang berakibat anaknya menjadi cenderung menjadi anak nakal karena tidak adanya figur yang ditakuti atau disegani.

B. Pembahasan

Persepsi masyarakat tentang orang tua tunggal perempuan adalah proses menerima menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan informasi yang dilakukan oleh masyarakat, tentang orang tua tunggal perempuan sebagai lembaga sosial yang kehilangan fungsi-fungsi keluarga.

Manusia tidak mungkin hidup sendiri tanpa ditemani oleh rekan-rekannya. Hal ini terutama disebabkan oleh karena manusia mempunyai naluri untuk senantiasa hidup berkawan. Naluri untuk hidup berkawan itu lazim dinamakan

“gregorious instinc” yang ada pada setiap manusia normal, semenjak dia dilahirkan. Teman hidup diperlukan oleh manusia, oleh karena manusia tidak dilengkapi dengan sarana mantal dan fisik untuk dapat hidup sendiri.1

Orang dewasa dalam masyarakat kita hidup berpasangan, mengadakan pesta bersama dan berbicara satu sama lain mengenai unit keluarga masing- masing. Orang yang asalnya telah menikah dan sekarang telah bercerai atau pasangannya meninggal dunia, sulit menyesuaikan diri dengan keadaan ini. Memelihara anak tanpa suami atau isteri melelahkan dan sulit. Anak-anak itu

1

Dari Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga - Tentang Ikwal Keluarga Remaja dan Anak, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 29

commit to user

82 sendiri sudah terbiasa akan hubungan pasangan, mungkin akan menyarankan kepada orang tua mereka, apakah orang yang bercerai itu, janda atau duda, untuk menikah kembali. Teman-temannya akan memperkenalkan kepada mereka yang

―siap nikah‖ (eligible). Meskipun ada toleransi yang lebih besar terhadap

hubungan seksual diluar pernikahan pada generasi sekarang ini, hal itu tetap akan kaku menjemukan atau memalukan jika dilakukan dalam jangka waktu lama tanpa pengesahan pernikahan.2

Fungsi pengaturan seksual dalam lembaga keluaga diartikan sebagai pengaturan pemenuhan kebutuhan seksual bagi manusia dewasa yang berdasarkan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat (seyogyanya). Hal ini juga menjadi pembeda manusia dengan makluk-makluk hidup lainnya. Dalam norma kepatutan yang kita percayai, seseorang dewasa yang secara status sosial sebagai janda, saat menjalin hubungan dengan lawan jenis, pada tahap-tahap awal dipandang sebagai kewajaran. Kewajaran ini bisa jadi karena secara usia masih dianggap masih layak ataupun pandangan yang menggangap berpasangan adalah kebutuhan dan hakekat makluk hidup. Tahap selanjutnya dalam menjalin hubungan, tidak menutup kemungkinan terjadi hubungan yang lebih intim dalam berpacaran. Hubungan seksual adalah suatu keniscayaan dalam hubungan antar manusia dewasa dan salah satu kebutuhan biologik manusia.

Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu ada norma-norma yang mengatur pola tingkah laku manusia. Kaitan dengan faktor seks, kita belajar merasa malu, kikuk, berdosa, serta ada sanksi-sanksi yang akan dikenakan jika dorongan seks

2

commit to user

83 kita menyebabkan pelanggaran terhadap norma-norma. Walaupun demikian, jaman sekarang banyak juga ditemui masyarakat yang permisif, seakan tidak peduli serta toleran dalam memberikan pandangan-pandangan yang masuk dalam lingkup privat (pribadi) semacam kehidupan seksual orang lain. Fenomena perselingkuhan, kumpul kebo, hamil tanpa diketahui suaminya, seks pra-nikah, dan lain sebagainya dalam masyarakat perkotaan terutama, sudah tidak terlalu dipedulikan salah satunya karena kontrol sosial yang tidak ketat. Tetapi tetap saja, norma-norma yang mengatur kesusilaan dalam masyarakat kita tetap dipertahankan.

Kebutuhan seksual bisa dikatakan keniscayaan yang hampir ada pada semua manusia normal. Karena salah satu ciri makhluk yaitu hakekat untuk berkembang biak. Masyarakat mempersepsikan, sebagai seorang orang tua tunggal, pemenuhan kebutuhan seksual mereka menjadi tidak sama lagi keadaanya seperti saat masih mempunyai pasangan dan usia yang tidak terlalu tua menjadi faktor penguat, bahwa kebutuhan seksual disadari atau tidak masih dibutuhkan seorang orang tua tunggal perempuan. Dalam penelitian ini ditemui, ada beberapa orang tua tunggal perempuan yang terlihat pernah atau sedang menjalin hubungan dengan lawan jenis tetapi belum berstatus menikah ( berpacaran). Sama seperti umumnya orang berpacaran, mereka juga pergi bersama dan kegiatan lainnya. Hal seperti ini tentu menimbulkan kerawanan terjadinya hubungan seksual. Dijumpai pula ada satu kasus dimana seorang orang tua tunggal sampai telah mengandung anak dari hubungannya dengan pacarnya sebelum akhirnya dinikahkan secara siri. Orang tua tunggal perempuan sendiri

commit to user

84 saat ditanya tentang kemungkinan untuk menikah kembali, terlihat tidak terbuka untuk menyatakan keinginannya mencari pasangan lagi, tetapi dalam kenyataannya menurut pendapat-pendapat tetangga dan pengamatan penulis, mereka juga pernah atau sedang berpacaran. Mereka juga dipersepsikan melakukan tindakan-tindakan atau usaha untuk mendapatkan pasangan kembali. Hal-hal ini menandakan bahwa sebagai manusia, seorang orang tua tunggal melakukan aktifitas, kreatifitas, dan proses penghayatan individu yang ditentukan oleh kemampuannya untuk mengatasi persoalan hidupnya (ketiadaan pasangan untuk pemenuhan kebutuhan seksual). Yaitu dengan mencari pasangan.

Norma-norma dalam masyarakat mengatur agar pemenuhan kebutuhan seksual anggotanya diatur sebaik-baiknya dan seyogyanya. Walaupun pada jaman sekarang banyak ditemui masyarakat yang cenderung tidak peduli atau toleran terhadap perilaku seksual individu, tetapi secara umum dalam masyarakat Indonesia, norma-norma ini tetap diperhatikan. Pernikahan dalam norma agama, norma hukum, dan norma kesusilaan dianggap tepat sebagai wadah pengaturan pemenuhan kebutuhan seksual yang seyogyanya manusia dewasa normal. Masyarakat menganggap perlunya seorang orang tua tunggal perempuan untuk mendapatkan pasangan kembali dan mengesahkannya dalam pernikahan. Orang tua tunggal perempuan sendiri menyadari adanya semacam anjuran, atau dukungan dari tetangga dan keluarga baik secara langsung maupun tidak untuk mencari pasangan atau menikah kembali. Hal ini dapat dikatakan walaupun Aktor atau individu mempunyai kebebasan dalam menilai dan memilih alternatif

commit to user

85 tindakan tetapi juga dibatasi oleh tujuan yang hendak dicapai, kondisi dan norma serta situasi penting lainnya.

Persepsi-persepsi semacam sering dicitrakan ganjen, genit, ataupun perayu juga dapat muncul saat tetangga melihat seorang orang tua tunggal perempuan menjalin hubungan asmara dengan laki-laki. Banyak orang menilai bahwa pada perempuan melekat kodrat untuk dikejar laki-laki, dicari, diperhatikan dan dicintai. Sementara pada laki-laki, melekat kodrat untuk mengejar, mencari, memperhatikan dan mencintai. Sehingga ketika ada laki-laki yang mengejar- ngejar perempuan, dianggap wajar, sementara kalau perempuan mengejar laki- laki, dianggap tidak wajar karena menyalahi kodratnya sebagai perempuan. Padahal, apa yang dianggap kodrat itu, sebenarnya lebih merupakan norma ataupun nilai yang dikonstruksi oleh masyarakat.

Persepsi masyarakat berikutnya adalah persepsi tentang fungsi sosialisasi. Fungsi sosialisasi menunjuk peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cinta-cita, dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya.3 Sosialisasi merupakan proses dimana kepribadian si anak ditentukan lewat interaksi sosial. Agen utama dalam hubungan ini adalah keluarga, dan kontak pertama dari si anak hampir hanya dengan anggota-anggota kelompok ini. Tiap-tiap masyarakat seharusnya mengajar si anak untuk menjadi anggota yang bertanggung jawab dan ini paling utama adalah melalui keluarga. Di sini anak belajar menerima norma-norma sosial,

3

commit to user

86 sikap-sikap, nilai-nilai, serta pola-pola tingkah laku, dan tingkah lakunya menjadi dapat diperkirakan oleh anggota masyarakat lainnya. Bahasa, pola-pola seks, keyakinan agama, sopan santun, dan peletakan berbagai elemen-elemen kebudayaan juga ditangani lewat keluarga.4 Sosialisasi adalah proses yang harus dilalui manusia muda untuk memperoleh nilai-nilai dan pengetahuan mengenai kelompoknya dan belajar mengenai peran sosialnya.5 Soerjono Soekanto menganggap fungsi sosialisasi sangat penting. Fungsi ini bertujuan untuk mendidik warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang dianut. Proses mengetahui kaidah dan nilai-nilai yang dianuti, untuk pertama kali diperoleh dalam keluarga. Pola perilaku yang benar dan tidak menyimpang untuk pertama kalinya juga dipelajari dari keluarga, dan seterusnya. Fungsi sosialisasi termasuk di dalamnya adalah memberikan pendidikan. Pendidikan keluarga merupakan suatu sarana untuk menghasilkan warga masyarakat yang besar dan baik namun pendidikan keluarga tidaklah semata-mata tergantung pada keluarga itu sendiri, oleh karena suatu keluarga tertentu hidup berdampingan dengan keluarga-keluarga lain. Pengaruh keluarga-keluarga lainnya tidaklah boleh dikesampingkan; demikian pula halnya dengan unsur-unsur lainnya dalam masyarakat, yang kesemuanya lazim disebut sebagai lingkungan sosial. 6

Dalam hal memberikan, pengasuhan, pendidikan, dan penanaman nilai- nilai sosial kepada anak-anaknya, masyarakat melihat seorang orang tua tunggal perempuan juga memilih alternatif tindakan untuk mengatasi persoalan ketiadaan figur suami mencapai tujuan itu. Dalam hal pengasuhan, mereka dinggap

4

Ibid, hlm. 126

5

William J. Goode, op. cit., hlm. 20

6

commit to user

87 mengalami kerepotan karena hanya seorang diri melakukannya dan disibukkan dengan urusan mencari nafkah. Mereka mempunyai cara yang diperkirakan cocok agar urusan anak dan mencari nafkah bisa berjalan baik yaitu dengan menitipkan anak-anaknya terutama yang masih kecil kepada orang tuanya saat sedang repot beraktifitas atau saat sedang bekerja. Kemudian mengambil kembali saat sudah selesai beraktifitas. Selain dari orang tua, ada juga bantuan dari anak-anaknya yang sudah dewasa dan dari tetangga sekitar yang dengan keadarannya membantu mengasuh.

Berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa yang menjadi salah satu faktor kenakalan remaja (sebagai anggota keluarga) ini disebabkan oleh

―Keberfungsian peran keluarga‖. Pengertian mengenai keberfungsian peran

keluarga adalah keberfungsian sosial keluarga mengandung pengertian pertukaran dan kesinambungan, serta adaptasi resiprokal antara keluarga dengan anggotanya, dengan lingkungannya, dan dengan tetangganya dan lain-lain. Kemampuan berfungsi sosial secara positif dan adaptif bagi sebuah keluarga salah satunya jika berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan dan fungsinya terutama dalam sosialisasi terhadap anggota keluarganya. Pada kenyataannya, keberfungsian keluarga ini tidak berjalan dengan baik sehingga menyebabkan fenomena mengenai kenakalan remaja sebagai dampak dari ketidakberfungsian peran keluarga dengan baik. Masyarakat melihat ada kemungkinan anak-anak dari keluarga orang tua tunggal mengalami problem perilaku diri dan dan perilaku sosial.

commit to user

88 Orang tua tunggal bisa sangat demokratis dengan tidak membatasi atau memperbolehkan segala perilaku anak-anaknya. Hal ini terkait dengan keterbatasan peran karena hanya seorang diri mengasuh dan mengajar anak ataupun faktor dari kepribadian dari anaknya sendiri yang sulit untuk menerima pengajaran dari orang tuanya.

Minimnya Quantity Time dengan anak-anaknya berpengaruh terhadap pengasuhan dan pengajaran kepada anak-anaknya. Ada yang menganggap kasih sayang dan perhatian kepada anak akan berkurang hal ini juga berarti berkurangnya peran orang tua pada kehidupan anak. Banyak orang tua tunggal perempuan menjadikan pekerjaan atau mencari nafkah sebagai prioritas pertama daripada mementingkan pengasuhan anak. Yang demikian tentu saja berpengaruh terhadap anak-anak dari keluarga orang tua tunggal.

Keluarga inti merupakan unit sosial-ekonomis yang secara materil memenuhi kebutuhan anggota-anggotanya. 7 Fungsi ekonomi dalam formasi keluarga dengan orang tua tunggal perempuan cukup mendapat sorotan serius di mata masyarakat. Mereka sering dianggap mengalami banyak kesulitan dalam hal keuangan dan pemenuhan kebutuhan. Pada akhirnya muncul kesadaran dari diri sendiri mereka untuk bertanggung jawab sepenuhnya dalam hal mencari nafkah untuk kelangsungan hidup dirinya dan anak-anaknya.

Keharusan untuk menyikapi keadaan ditunjukkan dengan berusaha bertanggung jawab bekerja sendiri mencari nafkah. Mereka bekerja keras dengan pekerjaan-pekerjaan yang mereka bisa. Orang tua tunggal perempuan di daerah

7

commit to user

89 Baturan , Colomadu, Karanganyar bekerja sebagai penjual mie ayam, penjahit, salon, dan pekerjaan informal lainnya. Sebelum menjadi orang tua tunggal atau saat masih ada suaminya, pekerjaan-pekerjaan tersebut belum mereka lakukan ataupun hanya sebatas sambilan. Suami merekalah yang mencari nafkah utama. Dengan ketidakadaan suami, orang tua tunggal perempuan dituntut untuk mandiri serta bekerja keras. Keluarga dengan orang tua tunggal perempuan diketegorikan keluarga prasejahtera.

Fungsi keluarga yang tidak kalah penting adalah fungsi perlindungan kepada anggotanya. Hasil penelitian menemukan bahwa masyarakat mempersepsikan fungsi perlindungan dalam keluarga orang tua tunggal perempuan tidak optimal karena figur orang tua yang melindungi keluarganya hanya dilakukan oleh seorang ibu. Kelengkapan figur ayah dan ibu dalam sebuah kelurga dianggap ideal untuk memberikan pelindungan dan pemberi ketenteraman terutama bagi anak-anaknya. Selanjutnya yang terjadi pada anak adalah anak mencari perlindungan dan ketentraman dalam kelompok teman sepermainan. Ada kecenderungan bahwa anak-anak dari keluarga seperti ini memiliki semangat bergaul yang baik dan mempunyai banyak teman. Mereka memilih, menilai, dan mengevaluasi tindakan yang akan, sedang, dan telah dilakukannya (membuat pertimbangan-pertimbangan tertentu) yatu dengan mencari teman sebanyak- banyaknya dan berharap menemukan yang tidak ditemukannya dalam keluarga. Termasuk di dalamnya perlindungan dan ketenteraman.

Keluarga inti berperanan sebagai pelindung bagi pribadi-pribadi yang menjadi anggotanya, dimana ketenteraman dan ketertiban diperoleh dalam wadah

commit to user

90 tersebut.8 Anggota keluarga memberikan perhatian kepada anggota keluarga yang lain dalam bentuk kasih sayang dan dukungan. Keluarga juga memberikan dukungan finansial, menyediakan kebutuhan dasar bagi anggotanya seperti makan serta tempat perlindungan.

Dalam kehidupan para remaja terdapat berbagai jenis kelompok sepermainan. Yang pertama terdiri dari teman-teman sebaya sejak kecil; biasanya mereka inilah yang disebut sahabat dan terdiri dari dua atau tiga orang yang

sejenis (dalam bahasa Inggris kelompok ini disebut ―chums‖). Beberapa kelompok kecil ini mungkin bergabung, sehingga menjadi klik (―clique‖) yang

merupakan jenis kedua. Klik ini terdiri dari remaja laki-laki maupun wanita, yang mungkin berkembang menjadi kelompok lebih besar yang mempunyai kepentingan dan nilai-nilai yang sama; kelompok ini merupakan jenis ketiga yang disebut “crowd”. Jenis kelompok lainnya adalah yang dibentuk dengan sengaja misalnya oleh sekolah. Jenis kelompok lainnya adalah yang disebut ―gang‖ yang terdiri dari remaja yang menyeleweng. 9

Analisis hasil penelitian dengan teori yang digunakan. Sebelum menganalisis hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dengan teori yang dipergunakan, perlu kiranya kita menjelaskan kembali kedudukan paradigma dalam penelitian ini. Dalam pandangan filsafat, paradigma memuat pandangan- pandangan awal yang membedakan, memperjelas, dan mempertajam orientsi berbipikr seseorang. Dengan demikian paradigma membawa konsekuensi praktis bagi perilaku, cara berfikir, interpretasi, dan kebijakan dalam pemilihan masalah.

8

Soerjono Soekanto, op. cit., hlm. 23

9

commit to user

91 Seperti halnya anggapan bahwa suatu masalah yang memiliki posisi yang berbeda akan memerlukan tingkat perlakuan yang berbeda pula, maka paradigma pada dasarnya memberi representasi dasar yang sederhana dari suatu pandangan yang kompleks sehingga orang dapat memilih untuk bersikap atau mengambil keputusan. 10 Paradigma adalah satu kerangka referensi atau pandangan dunia yang menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu teori. Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan Paradigma Definisi Sosial. Paradigma ini dikembangkan oleh Max Weber untuk menganalisa Tindakan Sosial (Social Action). Menurut Weber, pokok persoalan Sosiologi adalah bagaimana memahami

tindakan sosial antar hubungan sosial, dimana ―tindakan yang penuh arti‖ itu

ditafsirkan untuk sampai pada penjelasan kausal. Struktur sosial dan pranata sosial membantu untuk membentuk tindakan sosial yang penuh arti. Perkembangan dari suatu hubungan sosial dapat pula diterangkan melalui tujuan-tujuan dari manusia yang melakukan hubungan sosial itu dimana ketika ia mengambil manfaat dari tindakannya itu sendiri dalam perjalanan waktu.

Berdasarkan Paradigma Definisi Sosial dapat diketahui bahwa bidang studi Sosiologi adalah tindakan sosial yang penuh arti. SedangkanTindakan Sosial adalah tindakan yang dilakukan oleh individu yang mempunyai makna bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Tindakan Sosial dapat berupa tindakan sosial yang nyata-nyata diarahkan untuk orang lain dan dapat juga bersifat subyektif. Tindakan Sosial ada yang diarahkan pada waktu sekarang, waktu lalu, atau waktu yang akan datang. Tindakan Sosial digunakan dalam

10

Disadur dari Agus Salim, 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial - Buku Sumber Untuk Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), hlm. 96-97.

commit to user

92 hubungan sosial yaitu tindakan yang dilakukan oleh beberapa individu yang berbeda, mengandung makna dan hubungan serta diarahkan pada tindakan orang lain.

Dalam Paradigma Definisi Soial terdapat tiga teori, yaitu Teori Aksi (Max Weber), Teori Fenomenologis (Alfred Schurtz), dan Teori Interaksionalisme Simbolik (G.H.Mead). Teori Aksi dirasa relevan untuk menganalisis hasil penelitian. Dalam teori aksi memandang bahwa manusia adalah aktor yang kreatif dari realitas sosialnya. Dimana pendekatan ini menekankan pada tindakan yang diambil seseorang atau individu untuk mengatasi persoalan hidup termasuk dalam masalah pergaulan mereka dengan lawan jenis dan kondisi dimana mereka tetap bersikap di tengah-tengah maraknya laju informasi dan globalisasi jaman sekarang.

Istilah aksi atau “action” menyatakan secara tidak langsung suatu aktifitas, kreatifitas, dan proses penghayatan individu yang ditentukan oleh kemampuannya. Kemampuan inilah yang disebut Parsson sebagai voluntarism.

Arti voluntarism adalah kemampuan individu untuk melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka mencapai tujuannya. Manusia dipahami sewaktu dia membuat pilihan atau keputusan antar tujuan yang berbeda dan alat-alat untuk mencapainya.

Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan. Pemilihan terhadap cara dan alat ini ditentukan oleh aktor untuk memilih, kemampuan ini disebut voluntarism. Disini aktor mempunyai kemampuan bebas

commit to user

93 dalam menilai dan memilih alternatif tindakan walaupun disini ia juga dibatasi oleh tujuan yang hendak dicapai, kondisi dan norma serta situasi penting lainnya. (Ritzer, 2007: 48-49).

Parsons menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut.

6. Adanya individu selaku aktor.

7. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu.

8. Aktor mempunyai alternatif cara, alat, serta teknik untuk mencapai tujuannya.

9. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh individu. Misalnya kelamin dan tradisi.

10.Aktor berada di bawah kendala dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan. Contohnya kendala kebudayaan. (Ritzer, 2004: 48-49).

Unit-unit dasar tindakan sosial di atas akan dibahas relevansinya dengan hasil penelitian di dalam matrik analisis teori berikut ini.

Matrik 3.5.

Dokumen terkait