• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Persepsi Masyarakat Kelurahan Cipayung Terhadap

6.1.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu bagian dari ekosistem tempat manusia hidup dan berinteraksi. Keberadaan lingkungan memiliki arti penting dalam menunjang kehidupan manusia. Kondisi dan kualitas lingkungan yang baik dapat dapat membantu mewujudkan kualitas manusia yang lebih baik.

Pembangunan TPAS memberikan perubahan yang besar bagi kondisi dan kualitas lingkungan di Kelurahan Cipayung. Perubahan tersebut berupa pencemaran udara dan air, berkembangnya bibit penyakit yang bersumber dari lalat, terganggunya keindahan alam, dan lainnya.

Perubahan kondisi lingkungan dari sebelum keberadaan TPAS dan sesudah keberadaan TPAS sangat dirasakan oleh masyarakat sekitar. Hasil penelitian terhadap 100 responden di Kelurahan Cipayung menunjukan bahwa sebagian besar responden menilai kondisi lingkungan sebelum keberadaan TPAS

lebih baik di bandingkan setelah keberadaan TPAS. Namun terdapat responden yang menilai bahwa kondisi lingkungan sebelum dan setelah keberadaan TPAS adalah sama saja bahkan lebih baik setelah TPAS dibangun.

Penilaian kondisi lingkungan sebelum dan sesudah keberadaan TPAS ditunjukan dari persepsi masyarakat terhadap keberihan rumah dan lingkungan, kenyamanan tempat tinggal, serta kondisi air sebelum dan setelah keberadaan TPAS. Persepsi masyarakat terhadap kondisi lingkungan sebelum dan setelah keberadaan TPAS Cipayung dalam penelitian ini dinilai menggunakan skala perbedaan semantik dengan pemberian nilai dari 1 sampai 5 oleh responden sesuai dengan kondisi yang mereka alami. Hasil perhitungan rata-rata persepsi masyarakat menggunakan skala perbedaan semantik dari 100 responden dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Perhitungan Persepsi Masyarakat terhadap Kondisi Lingkungan Sebelum dan Setelah Keberadaan TPAS Tahun 2009

Ketetangan Sebelum TPAS Ada Sesudah TPAS ada

Kebersihan Lingkungan 4,26 1,73

Kenyaman Tempat Tinggal 4,14 1,94

Kondisi Air 3,09 2,95

Rata-rata 3,83 2,20

Sumber: Data diolah

Penilaian kebersihan kingkungan diukur dengan cara responden diminta memilih dari 1 sampai 5, dimana nilai 1 menunjukkan persepsi responden terhadap kebersihan lingkungan yang sangat kotor, nilai 2 menunjukkan persepsi responden terhadap kebersihan lingkungan yang kotor, nilai 3 menunjukkan persepsi responden terhadap kebersiahan lingkungan yang biasa saja, nilai 4 menunjukkan persepsi responden terhadap kebersihan lingkungan yang bersih, serta nilai 5 menunjukkan persepsi responden terhadap kebersiahn lingkungan yang sangat bersih. Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa perbandingan nilai

persepsi rata-rata responden terhadap kebersihan lingkungan sebelum dan sesudah keberadaan TPAS sangat berbeda, yaitu sebelum keberadaan TPAS bernilai 4,26 atau dengan kata lain mendekati nilai 4 yang berarti bahwa persepsi responden terhadap kebersihan lingkungan tergolong bersih, sedangkan setelah keberadaan TPAS bernilai 1,73 atau dengan kata lain mendekati 2 yang berarti persepsi responden terhadap kebersihan lingkungan tergolong kotor. Sebagian besar responden beranggapan bahwa sebelum keberadaan TPAS lingkungan tempat tinggal mereka tergolong sebagai lingkungan yang bersih, tidak ada sampah yang berserakan dan udara masih segar serta jalan-jalan masih bagus. Namun setelah keberadaan TPAS sebagian besar responden beranggapan bahwa lingkungan Cipayung dapat dikategorikan sebagai lingkungan yang kotor. Menurut responden setiap harinya terdapat banyak sekali sampah yang terbawa angin dari lokasi TPAS dan banyak sekali sampah yang berjatuhan dari truk pengangkut sampah yang melewati jalan pemukiman warga menuju TPAS. Selain itu para penduduk Cipayung yang berprofesi sebagai pemulung dan penampung sampah menjadikan halaman pekarangan rumah mereka sebagai lapak (Tempat Penampungan). Sehingga di sepanjang jalan lingkungan pemukiman penduduk terlihat tumpukan karung sampah yang menambah lingkungan menjadi terlihat sangat kotor dan berantakan.

Persepsi responden terhadap kenyamanan tempat tinggal sebelum dan sesudah keberadaan TPAS sangat berbeda. Persepsi ini diukur dengan cara responden diminta untuk memilih nilai dari 1 sampai 5, dimana nilai 1 menunjukkan persepsi responden sangat tidak nyaman, nilai 2 menunjukkan persepsi responden tidak nyaman, nilai 3 menunjukkan persepsi responden biasa

saja, nilai 4 menunjukkan persepsi responden nyaman, serta nilai 5 menunjukkan sangat nyaman. Berdasarkan Tabel 7, nilai persepsi responden terhadap kenyamanan tempat tinggal sebelum keberadaan TPAS yaitu bernilai 4,14 atau dengan kata lain mendekati nilai 4 yang berarti bahwa responden beranggapan bahwa sebelum keberadaan TPAS tempat tinggal mereka bias dikategorikan nyaman. Sedangkan nilai persepsi responden sesudah keberadaan TPAS bernilai 1,94 atau dengan kata lain mendekati nilai 2 yang berarti responden beranggapan bahwa kenyamanan tempat tinggal sesudah keberadaan TPAS bisa dikategorikan tidak nyaman. Menurut sebagian besar responden sebelum keberadaan TPAS kondisi lingkungan tempat tinggal mereka tergolong lingkungan yang asri dan bersih. Hal ini dikarenakan banyak pepohonan dan pemandangan yang indah dari gunung kapur yang tadinya dijadikan tempat wisata dan perkemahan, serta lingkungan yang masih bersih tidak banyak sampah. Namun pembangunan TPAS menghancurkan gunung kapur yang indah untuk dijadikan sebagai lokasi TPAS. Semakin lama pepohonan semakinan berkurang karena lokasi TPAS yang semakin diperluas untuk menampung sampah dan semakin terganggunya keindahan alam. Dampak lain yang sangat dirasakan masyarakat adalah timbulnya pencemaran bau dan air, serta berkembangnya bibit penyakit yang bersumber dari lalat. Hal ini menyebabkan ketidaknyamanan masyarakat yang tinggal di sekitar TPAS. Selain dari segi ketidaknyamanan lingkungan yang merugikan masyarakat, dari segi ekonomi masyarakat juga merasa dirugikan karena harus mengeluarkan biaya lebih untuk mengatasi ketidaknyamanan ini, yaitu seperti membeli semprotan pengusir lalat, semprotan penghilang bau dan lainnya.

Perbandingan nilai persepsi rata-rata responden terhadap kondisi air sebelum dan sesudah keberadaan TPAS juga sangat berbeda. Persepsi ini diukur dengan cara responden diminta memilih nilai dari 1 sampai 5, dimana nilai 1 menunjukkan persepsi responden sangat kotor, nilai 2 menunjukkan persepsi responden kotor, nilai 3 menunjukkan persepsi responden biasa saja, nilai 4 menunjukkan bersih, serta nilai 5 menunjukkan persepsi responden sangat bersih. Berdasarkan Tabel 7 nilai persepsi terhadap kodisi air sebelum keberadaan TPAS bernilai 3,09 atau dengan kata lain mendekati nilai 3 yang berarti bahwa persepsi responden terhadap kondisi air tergolong biasa saja yaitu kondisi air bersih dan tidak berbau. Sedangkan setelah keberadaan TPAS bernilai 2,20 atau dengan kata lain mendekati nilai 2 yang berarti bahwa responden menilai kondisi air tergolong kotor, yaitu air kadang-kadang kotor dan berbau. Sebagian besar responden berpendapat bahwa setelah keberadaan TPAS air yang mereka konsumsi sehari- hari menjadi kotor dan berbau. Sehingga air hanya dapat digunakan untuk mandi dan mencuci dan beberapa responden harus mengeluarkan biaya lebih untuk membeli air bersih untuk minum. Namun terdapat pula responden yang masih mengkonsumsi air tersebut untuk minum karena tidak memiliki biaya lebih untuk membeli air minum bersih.

Berdasarkan Tabel 7, hasil perbandingan penilaian rata-rata dari persepsi terhadap kebersihan lingkungan, kenyamanan tempat tinggal, dan kondisi air dapat disimpulkan bahwa persepsi responden terhadap kondisi lingkungan sebelum keberadaan TPAS jauh lebih baik di bandingkan kondisi lingkungan sesudah keberadaan TPAS. Hal ini merupakan implikasi dari persepsi responden bahwa sebelum keberadaan TPAS lingkungan Cipayung bersih, masyarakat

merasa nyaman untuk tinggal dan kondisi air bersih. Namun kebersihan lingkungan menjadi kotor, kenyamanan tempat tinggal menjadi tidak nyaman dan kondisi air menjadi kotor dan berbau sesudah keberadaan TPAS.

Selain itu persepsi responden juga diberikan terhadap banyaknya penyakit yang ditimbulkan dari keberadaan TPAS. Berdasarkan hasil survei terhadap 100 orang responden, sebesar 53% responden pernah mengalami penyakit khusus yang disebabkan keberadaan TPAS. Perbandingan persentase jumlah responden yang pernah mengalami penyakit khusus akibat keberadan TPAS dan yang tidak pernah mengalami dapat dilihat pada Gambar 15.

Tidak Ya

Gambar 15. Persentase Responden Berdasarkan Mengalami Penyakit di Kelurahan Cipayung Tahun 2009

Menurut responden kondisi kesehatan mereka sebelum keberadaan TPAS baik-baik saja. Namun sesudah keberadaan TPAS banyaknya responden yang mengalami penyakit khusus, hal ini mengidikasikan bahwa kondisi dan kualitas lingkungan tempat tinggal mereka tidak baik dan tidak sehat sekarang.

Penyakit yang banyak menyerang masyarakat Cipayung adalah ISPA yang disebabkan pencemaran bau yang ditimbulkan keberadaan TPAS. Selain itu penyakit yang banyak diderita masyarakat adalah batuk-batuk, diare, TBC, pusing-pusing akibat bau yang menyengat dan penyakit kulit akibat air yang kotor. Persentase jenis penyakit yang banyak dialami masyarakat Cipayung akibat keberadaan TPAS dapat dilihat pada Gambar 16.

ISPA Batuk-batuk Diare Pusing-pusing TBC Penyakit Kulit

Gambar 16. Persentase Jenis Penyakit yang Banyak Dialami Masyarakat di Kelurahan Cipayung Tahun 2009

Keberadaan TPAS memberikan kerugian tidak hanya dari segi kesehatan masyarakat yang menurun. Namun juga secara ekonomi karena diperlukan biaya untuk pengobatan, dimana dijaman sekarang ini biaya pengobatan semakin mahal. Bagi masyarakat yang berpenghasilan tinggi biaya pengobatan ke rumah sakit tidak menjadi masalah, tetapi bagi masyarakat yan berpenghasilan rendah dan pas- pasan hanya bisa berobat ke puskesmas yang biayanya murah.

Persoalan penurunan kesehatan masyarakat ini sudah disampaikan kepada pihak Pemkot Depok, namun kebijakan yang baru dapat dilakukan Pemkot Depok adalah memberikan kartu berobat Puskesmas gratis kepada masyarakat miskin di Kelurahan Cipayung. Padahal terkadang ada penyakit yang tidak dapat disembuhkan hanya dengan berobat ke Puskesmas melainkan harus dirujuk ke rumah sakit seperti TBC.

Dokumen terkait