• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Pelaku UMKM Terhadap Redenominasi Rupiah

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3. Persepsi Pelaku UMKM Terhadap Redenominasi Rupiah

Dari hasil penelitian didapat bahwa sebanyak 70 pelaku UMKM (70%) menyatakan setuju bahwa redenominasi tidak sama dengan sanering. Responden setuju karena mereka memahami perbedaan antara redenominasi dengan sanering. Responden lainnya, 19 pelaku UMKM (19%) menyatakan tidak setuju dan 11 pelaku UMKM (11%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Responden yang menyatakan tidak setuju dan kurang setuju berpendapat bahwa redenominasi adalah sama dengan sanering dimana pemotongan angka nol akan menurunkan nilai uang rupiah.

Sebanyak 88 pelaku UMKM (88%) menyatakan setuju bahwa tujuan redenominasi adalah sebagai efisiensi penghitungan dalam sistem pembayaran. Responden lainnya, 7 pelaku UMKM (7%) menyatakan tidak setuju dan 5 pelaku UMKM (5%) menyatakan kurang setuju. Pelaku UMKM setuju karena redenominasi akan membuat jual beli menjadi mudah karena angka nominal rupiah lebih sederhana. Sedangkan pelaku UMKM yang menyatakan tidak setuju dan kurang setuju berpendapat bahwa redenominasi akan membuat sistem Lanjutan Tabel 4.3 …

Sebanyak 75 pelaku UMKM (75%) menyatakan setuju bahwa sukses redenominasi hanya bisa dilakukan pada saat inflasi dan ekspektasi inflasi stabil dan rendah. Responden lainnya, 8 pelaku UMKM (8%) menyatakan tidak setuju dan 17 pelaku UMKM (17%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan diatas. Responden yang tidak setuju dan kurang setuju berpendapat bahwa dengan angka nominal rupiah yang sederhana membuat masyarakat berpotensi semakin konsumtif sehingga Jumlah Uang Beredar meningkat dan berdampak pada meningkatnya laju inflasi.

Sebanyak 75 pelaku UMKM (75%) menyatakan setuju bahwa tidak ada kerugian dalam redenominasi karena daya beli tetap sama. Responden lainnya, 12 pelaku UMKM (12%) menyatakan tidak setuju dan 13 pelaku UMKM (13%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Responden yang menyatakan tidak setuju dan kurang setuju berpendapat bahwa redenominasi akan membuat daya beli masyarakat menurun atau meningkat. Hal ini dikarenakan dengan adanya redenominasi membuat produsen akan menaikan harga produksinya sehingga daya beli masyarakat menurun. Daya beli masyarakat bisa pula meningkat karena dengan harga yang rendah membuat masyarakat menjadi konsumtif. Peningkatan daya beli masyarakat akan meningkatan Jumlah Uang Beredar sehingga berdampak pada meningkatnya laju inflasi dan harga barang-barang pokok bisa meningkat.

Sebanyak 66 pelaku UMKM (66%) menyatakan setuju bahwa nilai uang terhadap barang tidak berubah, karena hanya cara penyebutan dan penulisan pecahan uang saja yang disesuaikan. Responden lainnya, 19 pelaku UMKM

(19%) menyatakan tidak setuju dan 15 pelaku UMKM (15%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Pelaku UMKM yang tidak setuju dan yang kurang setuju berpendapat bahwa nilai uang terhadap barang bisa berubah pada redenominasi karena akan terjadi pergeseran harga barang pasca redenominasi.

Sebanyak 61 pelaku UMKM (61%) menyatakan setuju bahwa pada masa transisi dipersiapkan secara matang dan terukur sampai masyarakat siap, agar tidak menimbulkan gejolak. Responden lainnya, 22 pelaku UMKM (22%) menyatakan tidak setuju dan 17 pelaku UMKM (17%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Pelaku UMKM yang menyatakan tidak setuju dan kurang setuju berpendapat bahwa masa transisi tetap akan menimbulkan gejolak karena kurangnya pemahaman dari masyarakat terhadap redenominasi.

Sebanyak 66 pelaku UMKM (66%) menyatakan setuju bahwa perlu diadakan sosialisasi kepada masyarakat sebelum kebijakan redenominasi dilaksanakan. Responden lainnya, 11 pelaku UMKM (11%) menyatakan tidak setuju dan 23 pelaku UMKM (23%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Menurut bendapat pelaku UMKM yang tidak setuju dan yang kurang setuju sosialisasi redenominasi lebih baik ditiadakan karena hanya akan membuang anggaran negara. Disamping itu mereka menilai bahwa redenominasi belum tepat dilaksanakan pemerintah pada saat ini.

Sebanyak 65 pelaku UMKM (65%) menyatakan setuju bahwa sosialisasi menggunakan berbagai media seperti koran, iklan di TV, spanduk, dll menunjang keberhasilan redenominasi. Responden lainnya, 12 pelaku UMKM (12%)

terhadap pernyataan tersebut. Responden yang tidak setuju dan yang kurang setuju berpendapat bahwa sosialisasi melalui media masa juga akan membuang biaya yang besar sehingga sebaiknya sosialisasi ditiadakan dan pemerintah harus menunda redenominasi.

Sebanyak 63 pelaku UMKM (63%) menyatakan setuju bahwa Bank Indonesia secara langsung mensosialisasikan redenominasi ke seluruh masyarakat baik di kota maupun di desa. Responden lainnya, 14 pelaku UMKM (14%) menyatakan tidak setuju dan 23 pelaku UMKM (23%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Pelaku UMKM yang menyatakan tidak setuju dan kurang setuju berpendapat bahwa sosialisasi yang dilakukan Bank Indonesia kepada masyarakat di kota maupun di desa seakan-akan Bank Indonesia memaksakan kehendak untuk melaksanakan kebijakan redenominasi.

Sebanyak 64 pelaku UMKM (64%) menyatakan setuju bahwa seminar tentang redenominasi dari Bank Indonesia adalah cara terbaik untuk mensosialisasikan redenominasi. Responden lainnya, 14 pelaku UMKM (14%) menyatakan tidak setuju dan 21 pelaku UMKM (21%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Pelaku UMKM yang tidak setuju dan yang kurang setuju berpendapat bahwa segala sosialisasi tentang redenominasi tidak perlu dilakukan pada saat ini mengingat kondisi sosial, politik, dan perekonomian Indonesia tidak stabil.

Sebanyak 61 pelaku UMKM (61%) menyatakan setuju bahwa sosialisasi redenominasi tidak mutlak harus dilakukan oleh Bank Indonesia. Peran pemerintah dan akademisi juga harus berperan dalam mensosialisasikan kebijakan

tersebut. Responden lainnya, 16 pelaku UMKM (16%) menyatakan tidak setuju dan 22 pelaku UMKM (22%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut.

Sebanyak 63 pelaku UMKM (63%) menyatakan setuju bahwa sampai pada saat ini, banyak masyarakat khususnya pelaku UMKM di Kota Medan belum mengetahui redenominasi. Responden lainnya, 12 pelaku UMKM (12%) menyatakan tidak setuju dan 25 pelaku UMKM (25%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Responden yang kurang setuju dan yang tidak setuju berpendapat bahwa pelaku UMKM yang berpendidikan tinggi pasti mengetahui redenominasi.

Sebanyak 62 pelaku UMKM (62%) menyatakan setuju bahwa sosialisasi redenominasi masih sangat sedikit dilakukan. Reponden lainnya, 13 pelaku UMKM (13%) menyatakan tidak setuju dan 25 pelaku UMKM (25%) menyatakan kurang setuju. Responden yang menyatakan setuju bahwa sosialisasi redenominasi masih sedikit dilakukan beralasan karena masih belum stabilnya kondisi perekonomian di Indonesia sehingga sosialisasi masih sedikit.

Sebanyak 81 pelaku UMKM (81%) menyatakan setuju bahwa rencana redenominasi rupiah memakan biaya yang sangat tinggi. Setidaknya, perbankan harus berinvestasi lagi di bidang teknologi informasi (TI). Responden lainnya, 2 pelaku UMKM (2%) menyatakan tidak setuju dan 17 pelaku UMKM (17%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Responden yang menyatakan setuju bahwa redenominasi rupiah memakan biaya yang tinggi.

Namun biaya tinggi tersebut akan mendukung kesuksesan terwujudnya redenominasi mata uang rupiah.

Sebanyak 16 pelaku UMKM (16%) menyatakan setuju bahwa redenominasi hanya akan memicu kenaikan inflasi. Responden lainnya, 51 pelaku UMKM (51%) menyatakan tidak setuju dan 33 pelaku UMKM (33%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersbut. Responden yang menyatakan tidak setuju dan yang kurang setuju karena redenominasi akan memicu kenaikan inflasi berpendapat bahwa redenominasi tidak akan mempengaruhi kenaikan inflasi apabila masyarakat tidak konsumtif dan Bank Indonesia mampu menjaga kestabilan Jumlah Uang Beredar.

Sebanyak 84 pelaku UMKM (84%) menyatakan setuju bahwa redenominasi tidak bisa dilakukan dalam kurun waktu yang singkat. Perlu jangka waktu yang panjang dalam melaksanakan kebijakan tersebut. Responden lainnya, 2 pelaku UMKM (2%) menyatakan tidak setuju dan 14 pelaku UMKM (14%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Responden yang menyatakan setuju bahwa redenominasi tidak bisa dilakukan dalam kurun waktu yang singkat karena diperlukan sosialisasi kepada masyarakat dan tahap penarikan uang rupiah lama ke uang rupiah yang baru.

Sebanyak 66 pelaku UMKM (66%) menyatakan setuju bahwa kontra terhadap redenominasi terjadi karena masih banyaknya masyarakat Indonesia yang miskin. Responden lainnya, 10 pelaku UMKM (10%) menyatakan tidak setuju dan 24 pelaku UMKM (24%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Responden yang menyatakan setuju bahwa kontra

redenominasi karena banyaknya masyarakat Indonesia yang miskin berpendapat bahwa mereka akan menghambat sosialisasi tentang redenominasi akibat faktor ekonomi dan ilmu pengetahuan.

Sebanyak 65 pelaku UMKM (65%) menyatakan setuju bahwa redenominasi hanya akan membuang dana pemerintah karena untuk saat ini belum tepat dilakukan di Indonesia. Responden lainnya, 10 pelaku UMKM (10%) menyatakan tidak setuju dan 25 pelaku UMKM (25%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Responden yang menyatakan tidak setuju dan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut berpendapat bahwa walaupun redenominasi membuang biaya pemerintah, redenominasi harus segera dilaksanakan beberapa waktu mendatang. Hal ini dikarenakan untuk menghadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015 mendatang.

Sebanyak 86 pelaku UMKM (86%) menyatakan setuju bahwa redenominasi sangat memudahkan pencatatan nominal harga dalam neraca keuangan. Responden lainnya, 1 pelaku UMKM (1%) menyatakan tidak setuju dan 13 pelaku UMKM (13%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Pelaku UMKM yang setuju berpendapat bahwa redenominasi akan membuat pencatatan keuangan menjadi sederhana karena angka nominal uang rupiah lebih sederhana.

Sebanyak 72 pelaku UMKM (72%) menyatakan setuju bahwa kebijakan redenominasi sudah tepat dilaksanakan di Indonesia. Responden lainnya, 13 pelaku UMKM (13%) menyatakan tidak setuju dan 15 pelaku UMKM (15%)

bahwa redenominasi tepat dilakukan di Indonesia berpendapat karena nominal uanag rupiah yang banyak sehingga tidak mengefisiensikan sistem pembayaran. Selain itu redenominasi akan mendukung Indonesia dalam menghadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 mendatang. Palaku UMKM yang tidak setuju dan yang kurang setuju terhadap redenominasi rupiah berpendapat bahwa redenominasi belum tepat dilakukan Bank Indonesia karena kondisi perekonomian Indonesia yang belum stabil dan Indonesia masih berada dalam kondisi politik yang belum stabil pasca pemilu legislative dan menjelang pemilihan presiden pada tahun 2014.

Berikut ini adalah distribusi frekuensi dan persentase persepsi pelaku UMKM terhadap redenominasi rupiah di Kota Medan yang tersaji pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi dan Persentase Persepsi Pelaku UMKM Terhadap Redenominasi Rupiah di Kota Medan 2014

(n=100)

No. Pernyataan

Kategori Penilaian

TS KS S

f % f % f % 1. Redenominasi tidak sama dengan

sanering.

19 19 11 11 70 70 2. Tujuan redenominasi adalah sebagai

efisiensi penghitungan dalam sistem pembayaran.

7 7 5 5 88 88

3. Sukses redenominasi hanya bisa dilakukan pada saat inflasi dan ekspektasi inflasi stabil dan rendah.

8 8 17 17 75 75

4. Tidak ada kerugian dalam redenominasi karena daya beli tetap sama.

12 12 13 13 75 75 5. Nilai uang terhadap barang tidak

berubah, karena hanya cara penyebutan dan penulisan pecahan uang saja yang disesuaikan.

19 19 15 15 66 66

6. Pada masa transisi dipersiapkan secara matang dan terukur sampai masyarakat siap, agar tidak menimbulkan gejolak.

22 22 17 17 61 61

7. Perlu diadakan sosialisasi kepada masyarakat sebelum kebijakan redenominasi dilaksanakan.

11 11 23 23 66 66

8. Sosialisasi menggunakan berbagai media seperti koran, iklan di TV, spanduk, dll menunjang keberhasilan redenominasi.

12 12 23 23 65 65

9. Bank Indonesia secara langsung mensosialisasikan redenominasi ke seluruh masyarakat baik di kota maupun di desa.

14 14 23 23 63 63

10. Seminar tentang redenominasi dari Bank Indonesia adalah cara terbaik untuk mensosialisasikan redenominasi.

14 14 21 21 64 64

11. Sosialisasi redenominasi tidak mutlak harus dilakukan oleh Bank Indonesia. Peran pemerintah dan akademisi juga harus berperan dalam mensosialisasikan

12. Sampai pada saat ini, banyak

masyarakat khususnya pelaku UMKM di Kota Medan belum mengetahui redenominasi.

12 12 25 25 63 63

13. Sosialisasi redenominasi masih sangat sedikit dilakukan.

13 13 25 25 62 62 14. Rencana redenominasi rupiah memakan

biaya yang sangat tinggi. Setidaknya, perbankan harus berinvestasi lagi di bidang teknologi informasi (TI).

2 2 17 17 81 81

15. Redenominasi hanya akan memicu kenaikan inflasi.

51 51 33 33 16 16 16. Redenominasi tidak bisa dilakukan

dalam kurun waktu yang singkat. Perlu jangka waktu yang panjang dalam melaksanakan kebijakan tersebut.

2 2 14 14 84 84

17. Kontra terhadap redenominasi terjadi karena masih banyaknya masyarakat Indonesia yang miskin.

10 10 24 24 66 66

18. Redenominasi hanya akan membuang dana pemerintah karena untuk saat ini belum tepat dilakukan di Indonesia.

10 10 25 25 65 65

19. Redenominasi sangat memudahkan pencatatan nominal harga dalam neraca keuangan.

1 1 13 13 86 86

20. Kebijakan redenominasi sudah tepat dilaksanakan.

13 13 15 15 72 72 Lanjutan Tabel 4.4 …

BAB V

Dokumen terkait