• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V adalah bagian penutup pada suatu penelitian, yang mana didalamnya berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari seluruh

B. Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Persepsi Pelaku Usaha Sarisa Merapi Yogyakarta Terhadap UU No

47

Gambar. 4.6. Proses Produksi Eggroll Enthik Sumber: Sarisa Merapi, 2022

48

dari penelitian tersebut akan dianalisa dan dipaparkan dalam bentuk narasi.

Tabel.4.1. Persepsi pelaku usaha UMKM Sarisa Merapi terhadap UU JPH

No Aspek Persepsi

1 Adanya UU JPH No.33 Tahun 2014 di Indonesia dan mulai diberlakukan di bulan Oktober 2019.

Bu Rini selaku manager dan beberapa karyawan mengetahui adanya UU JPH di Indonesia, tetapi belum mengetahui sudah diberlakukan dari bulan Oktober 2019.

2 Tujuan mendaftarkan sertifikasi halal produk.

Manager dan karyawan memahami tujuan melakukan sertifikasi hal untuk menjaga, melindungi dan memberikan keamanan kepada konsumen.

3 Perpindahan wewenang sertifikasi halal dari MUI ke BPJPH.

Bu Rini selaku manager mengetahui dan memahami perpindahan wewenang pengeluaran sertifikat halal sekarang oleh BPJPH dan MUI hanya sebagai PPH.

Berbeda dengan beberapa karyawan seperti mba Siti dan mba Novi yang masih

beranggapan bahwa sertifikasi halal sepenuhnya dibawah wewenang MUI.

4 Kewajiban pelaku usaha untuk mendaftarkan sertifikasi halal produk.

Manager memahami dan mengerti dengan baik bahwa mendaftarkan sertifikasi halal produk sebuah kewajiban bagi perusahan sebagai bentuk tanggung jawab pelaku usaha kepada konsumen.

5 Sanksi pidana bagi pelaku usaha yang tidak melakukan

sertifikasi halal.

Bu Rini selaku manager sarisa merapi mengetahui ada sanksi pidana atau hukuman bagi pelaku usaha yang melanggar ketetapan pemerintah di dalam UU JPH.

6 Sanksi pidana bagi pelaku usaha yang tidak menjaga kerahasian formula dan tidak

memperpanjang sertifikasi halal produk.

Pihak manager paham dan mengerti harus melakukan perpanjangan sertifikasi halal ketika sudah habis dan mengetahui adanya hukuman bagi pelaku usaha yang tidak menjaga kehalalan produknya.

49

7 Diberlakukannya UU JPH di Indonesia menjadi beban pelaku usaha.

Bu Rini selaku pimpinan utama beranggapan bahwa diberlakukannya UU JPH saat ini tidak menjadi beban melainkan dapat memberikan keuntungan dan meningkatkan usahanya, karena konsumen sekarang sudah bijak dalam memilih produk.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa UMKM Sarisa Merapi sudah memahami tentang isi dari UU JPH No.33 Tahun 2014.

Khususnya pemimpin/manager Sarisa Merapi bu Rini Handayani begitu paham mengenai sertifikasi halal di Indonesia, kewajiban pelaku usaha dalam melakukan sertifikasi halal dan hukumannya yang tidak melakukan sertifikasi halal. Berbeda dengan persepsi karyawan Sarisa Merapi, mereka hanya sekedar mengetahui bahwasanya semua produk harus ada lebel halal. Lebih lanjut mengenai perbedaan pandangan dan persepsi antara manajer dan karyawan Sarisa Merapi terhadap UU JPH No.33 Tahun 2014 yang akan dipaparkan serta dijelaskan dibawah ini.

Berdasarkan hasil wawancara bersama pemimpin Sarisa Merapi yaitu bu Rini Handayani pada tanggal 20 juli 2022, menunjukan bahwa adanya UU No.33 Tahun 2004 Tentang Jaminan Produk Halal di Indonesia itu perlu sekali untuk di jaga kehalalan produk oelah pelaku usaha, khususnya di wilayah Indonesia karena kebanyakan atau mayoritas adalah penduduk muslim. UMKM sarisa merapi mulai menerapkan sertifikasi halal produk di tahun 2017 yaitu produk manisan salak dan sari salak. Secara garis besar narasumber mengetahui adanya dan isi dari Undnag-Undang mengenai JPH ini, narasumber paham akan pentingnya produk yang halal untuk diperdagangkan. tidak sampai di sana ia juga memahami mengenai tujuan dan urgensi dari UU JPH tersebut. Akan tetapi narasumber tidak mengetahui mulai diberlakukan UU JPH di tahun 2019 di Indonesia. Ia hanya mengetahui bahwa di tahun 2024 semua produk wajib memiliki sertifikasi halal produk.

50

Hasil wawancara yang penulis lakukan dengan karyawan sarisa merapi yaitu mba Wiwi pada tanggal 20 Juli 2022 memiliki kesamaan dan perbedaan persepsi dengan manajer/pemimpin Sarisa Merapi.

Menurut mba wiwi dengan adanya UU JPH di Indonesia itu bagus karena kebanyakan penduduk Indonesia muslim. Jadi produk yang di jualkan di Indonesia harus halal dan baik untuk melindungi konsumen. Ia juga mengetahui tujuan adanya UU JPH tersebut tetapi tidak mengetahui secara rinci tentang isi dari UU JPH tersebut.

Dengan demikian narasumber paham akan tujuan dan urgensi melakukan sertifikasi halal yaitu untuk menjaga, melindungi dan memberikan keamanan kepada konsumen. Sarisa selalu memastikan produk tersebut tidak terkontaminasi dengan bahan yang haram dan najis.

Narasumber meyakini dengan menerapkan sertifikasi halal, ia yakin bahwa saat ini konsumen sudah bijak dan pintar untuk memilih mana produk halal, produk haram dan baik untuk dikonsumsi.

Hak-hak konsumen itu sudah dilindungi oleh pemerintah didalam Undang-Undang yaitu: Pertama UU Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999. Kedua UU Pangan Nomor 18 Tahun 2012 dan Ketiga UU Label halal dan Iklan pangan Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label.

Mulyaningsih (2004) menegaskan bahwa kehalalan suatu produk harus bisa terkendalikan dan teratur agar informasi yang disampaikan produsen tidak menyesatkan dan membahayakan konsumen. Sopa (2008) mengatakan bahwa norma atau peraturan yang mengatur produk halal harus diniatkan untuk menjaga keamanan konsumen (Wajdi, 2019).

Manager sarisa merapi bu Rini Handayani mengetahui juga terkait adanya pengalihan wewenang sertifikasi halal. ia mengetahui dulu ketika UU JPH diampu oleh kemenag, itu awal sarisa merapi mendapatkan sertifikat halal dan yang mengeluarkan surat tersebut adalah MUI. Kemudian pada tahun berikutnya ketika Sarisa merapi melakukan pendaftaran sertifikasi halal pada produk lainya yang

51

mengeluarkan sertifikat halal adalah BPJPH. Manager sarisa merapi juga mengetahui Lembaga Pemeriksa Halal untuk pengujian produk di dalam proses sertifikasi halal seperti LPH LPPOM MUI, Sucofindo dan Surveyor Indonesia. Pada saat pertama kali sarisa merapi mendaftarkan sertifikasi halal di tahun 2017 itu dibantu oleh pihak pemerintah dan sekarang sarisa merapi mengurus sendiri mulai dari persiapan sampai keluarnya sertifikat halal oleh BPJPH. Berbeda dengan persepsi karyawan sarisa merapi mbak Siti yang beranggapan bahwa MUI yang sepenuhnya mengurus mengenai sertifikasi halal dan tidak mengetahui adanya perpindahan wewenang dan perubahan prosedur sertifikat halal.

Sebagaimana dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (UU JPH), di dalam Pasal 4 yang berbunyi:” Produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal”. Artinya semua produk wajib sudah tersertifikasi halal dan mempunyai lebel halal (Wajdi, 2019).

Menurut bu Rini Handayani selaku manager sarisa merapi menegaskan bahwa dengan adanya UU JPH tersebut meskipun mewajibkan bagi setiap pelakuusaha itu tidak masalah dan tidak keberatan. Karna sebagai pelaku usaha butuh adanya sertifikasi halal produk untuk memberikan perlindungan dan kemanan kepada konsumen.

Menurut ia dalam proses pengurusan sertifikasi halal juga tidak sesulit seperti yang di informasikan orang lain, ketika memahami alur dan prosedur SJPH itu akan mudah.

Perusahan yang sudah mendapatkan sertifikasi halal akan menambah jual beli produk dibandingkan dengan kompetitor lain yang belum memiliki sertifikat halal, sebab dalam proses mendapatkan sertifikat halal itu tidak mudah dan perlu membutuhkan waktu yang lama dan panjang, tidak heran heran meskipun pemerintah sudah mengeluarkan UU JPH tetapi masih banyak pelaku usaha yang menganggap tidak penting justru itu sangat penting bagi konsumen.

52

Hasil wawancara dengan manager UMKM sarisa merapi bahwasannya bu Rini Handayani sudah mengetahui mengenai adanya sanksi pidana bagi perusahan yang tidak mendaftarkan sertifikasi halal produk dan bagi pelaku usaha yang sudah mendapatkan sertifikasi halal akan tetapi tidak menjaga kehalalan pada produk. Narasumber mengetahui akan hal itu tetapi tidak memahami secara spesifik terkait isi dan pasal hukuman pidana tersebut. Ia mengetahui bahwa hukuman pidana itu jika pelaku usaha atau perusahaan yang memalsukan identitas produk yang tadinya produk itu haram menjadi produk halal atau perusahan yang menerapkan label halal pada produk tetapi belum mengurus mengenai sertifikasi halal produk. Manager Sarisa Merapi selalu memperpanjang ketika sertifikasi halal produk sudah habis masa berlakunya. Bu Rini Handayani selalu mengatakan kepada usaha teman-temannya untuk mengurus sertifikasi produk halal, karena itu penting untuk menjaga kepercayaan konsumen dan kualitas produk. Manager sarisa merapi tidak takut dengan adanya hukuman pidana tersebut, karena ia yakin Sarisa Merapi telah melakukan hal yang benar dengan cara mendaftarkan semua produk kepada lembaga yang berwenang yaitu BPJPH untuk disertifikasi halal dan Sarisa Merapi juga sudah menjalankan semua prosedur SJPH sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

Bagi pelaku usaha yang melanggar ketentuan pemerintah terkait UU JPH itu akan dikenakan sanksi pidana, sebagaimana aturan yang telah terlampir dalam Pasal 56 yaitu jika didapati pelaku usaha yang melalaikan kehalalan produk akan dikenakan sanksi pidana selama 5 tahun penjara atau dikenakan denda Rp. 2 miliyar. Dan aturan dalam Pasal 57 yaitu perusahaan yang sudah mendapatkan sertifikat halal kemudian tidak menjaga kerahasian dari formula yang telah terdafatar dilembaga resmi akan mendapatkan sanksi selama 2 tahun penjara atau denda sejumalah Rp. 2 miliyar. Dengan adanya sangki pidana dari pemerintah merupakan jalan terakhir dalam mengambil keputusan karna

53

tidak ada lagi jalan lain untuk memberikan jerat kepada pelaku usaha yang melanggar. (Wajdi, 2019).

Dari pemaparan tersebut kita ketahui bahwa secara garis besar pelaku usaha UMKM sarisa merapi sudah memahami dan menjalankan UU JPH dengan baik. Manager dan karyawan sarisa merapi beranggapan sama tentang pentingnya suatu perusahan untuk melakukan sertifikasi halal produk dengan tujuan bisa memberikan keamanan serta perlindungan terhadap konsumen. Artinya pelaku usaha UMKM sarisa merapi baik itu manager ataupun karyawan sama-sama ingin menjaga kualitas produk dengan baik dan maksimal. Dengan adanya UU JPH bukan malah menjadi beban melainkan sebuah prestasi dan kebanggan bagi UMKM sarisa merapi untuk menunjukan kepada kompetitor lain, bahwa semua produk yang ada di sarisa merapi sudah tersertifikasi halal dan aman untuk dikonsumsi.

2. Implementasi UU No. 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk

Dokumen terkait