• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG MODEL PEMBELAJARAN JARAK JAUH JAUH

KAJIAN TEORI

C. PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG MODEL PEMBELAJARAN JARAK JAUH JAUH

Persepsi setiap individu dalam menanggapi suatu objek tidak terlepas dari pengetahuan dan pengalamannya tentang objek tersebut. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.20

Menurut Bimo Walgito persepsi yaitu keadaan dalam diri manusia yang menggerak untuk bertindak menyertai manusia dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi objek dan terbentuk atas pengalaman-pengalaman.21 Pengalaman yang berbeda tentang suatu objek akan menyebabkan persepsi yang berbeda pula.

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus- menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, pencium.22 Pesan yang masuk ke dalam otak seseorang sesuai dengan persepsi orang tersebut terhadap pesan. Oleh karena itu, dalam menyampaikan pesan harus jelas sehingga tidak menimbulkan perbedaan persepsi antara pemberi dengan penerima pesan.

Dengan demikian, dari teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah tanggapan atas pengalaman yang dirasakannya melalui panca indera tentang suatu objek tertentu.

Persepsi yang menjadi fokus dalam penelitian ini, yaitu persepsi peserta didik tentang metode demonstrasi. Metode berasal dari Bahasa Yunani

“Methodos‟‟ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan

20Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Rosda Karya, 2007), h. 51.

21Eni Nuraeni, Pengaruh Persepsi Peserta didik Pada Kemampuan Guru Mengajar dan Motivasi Belajar Dengan Hasil Belajar Matematika (Jakarta : Universitas Indraprasta PGRI, 2008)

22Slameto, Op. Cit., h. 102.

dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas, atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Joyce, dalam Rusman menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, yang artinya para tenaga pendidik dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan.23

Adapun Soekamto dalam Trianto mengemukakan pengertian model pembelajaran adalah: “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”.24

Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak25 bahwa, model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi tenaga pendidik untuk mengajar. Istilah model pembelajaran menurut Trianto, mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur.

Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:

a. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya;

b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai);

c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan

d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.26

23Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarata, Rajawali Press, 2011), halaman. 133

24Trianto, Model – Model Pembelajaran Inovatif, (Jakarta, Prestasi Pustaka Publiser, 2007), hlm.

5

25Paul D Eggen and Kuachak D.P, Learnig and Teaching 2nd ed. (Massachussets : Allyn and Bacon, 1993), halaman. 20

Berdasarkan pendapat di atas, istilah model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas, atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat- perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Yang di dalamnya meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya.

Sebagai contoh pengklasifikasian berdasarkan tujuan adalah pembelajaran langsung, suatu model pembelajaran yang baik untuk membantu peserta didik mempelajari keterampilan dasar seperti tabel perkalian atau untuk topik-topik yang banyak berkaitan dengan penggunaan alat, dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh tenaga pendidik atau peserta didik. Sintaks (pola urutan) dari bermacam- macam model pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama.

Contoh, setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian peserta didik dan. memotivasi peserta didik agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pelajaran, di dalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran yang dilakukan oleh peserta didik dengan bimbingan tenaga pendidik.

Selain ciri-ciri khusus pada suatu model pembelajaran, menurut Nieveen dalam Trianto, bahwa model pembelajaran dikatakan baik, jika memenuhi kriteria sebagai berikut: Pertama, sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu: (1) apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat; dan (2) apakah terdapat konsistensi internal. Kedua Praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: (1) para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan; dan (2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan. Ketiga, efektif. Berkaitan dengan aspek efektivitas ini, Nieveen memberikan parameter sebagai berikut: (1) ahli dan praktisi berdasar pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan (2) secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.27

27Ibid, hlm. 8

Menurut Khabibah dalam Trianto, bahwa untuk melihat tingkat kelayakan suatu model pembelajaran untuk aspek validitas dibutuhkan ahli dan praktisi untuk memvalidasi model pembelajaran yang dikembangkan. Sedangkan untuk aspek kepraktisan dan efektivitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran untuk melaksanakan model pembelajaran yang dikembangkan. Sehingga untuk melihat ke dua aspek ini perlu dikembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk suatu topik tertentu yang sesuai dengan model pembelajaran yang dikembangkan. Selain itu dikembangkan pula instrumen penelitian yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan.28

Sedangkan menurut Rusman sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan tenaga pendidik untuk memilihnya meliputi:29

1. Pertimbangan terhadap tujuan yang akan dicapai

2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran

3. Pertimbangan dari sudut peserta didik atau peseta didik 4. Pertimbangan lainnya yang bersifat non teknis

Dalam hal itu juga Arends mengemukakan bahwa untuk menyeleksi model pengajaran yang sering dan praktis digunakan tenaga pendidik dalam mengajar, yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas.30 Kutipan di atas dapat digambarkan bawa dalam pemilihan model pembelajaran, harus diamati dan dicermati agar tepat sasaran, tujuan, materi, dan aspek lain dalam proses pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu dari beberapa model pembelajaran yang ada perlu kiranya diseleksi, model pembelajaran yang paling baik untuk mengajarkan materi tertentu.

Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu, harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

maka untuk memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif peserta didik, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tercapai.

Selain model tersebut di atas dalam melaksanakan pembelajaran berbasis kompetensi, dikembangkan pula model pembelajaran seperti learning strategis (strategi-strategi belajar), pembelajaran berbasis inkuiri, active learning,

28Ibid, hlm. 9

29Rusman, Model-model Pembelajaran. hlm. 133

30Ricardl Arends, Classroom Interactional Management, (New York : The Mc Graw-Hill Company,

quantum learning, dan masih banyak lagi model-model lain yang semuanya dapat digunakan untuk memperkaya pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi di kelas.

Dengan demikian merupakan hal yang sangat penting bagi para pengajar untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang model pembelajaran yang telah diketahui. Karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka seorang tenaga pendidik dan guru akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak di capai dalam proses pembelajaran berhasil sesuai yang diharapkan. Trianto mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar31

Sedang Arends mendefinisikan model pembelajaran dengan the term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goal, syntax, environment, and management system”

Lima Model Pembelajaran:

a. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) b. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

c. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instructional) d. Model Pembelajaran Inkuiri

e. Persepsi peserta didik tentang model pembelajaran jarak jauh

Saat ini Corona menjadi pembicaraan di belahan bumi manapun. Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Walaupun lebih banyak menyerang ke lansia, virus ini sebenarnya bisa juga menyerang siapa saja, mulai dari bayi, anak-anak, hingga orang dewasa. Virus Corona ini bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. Penyakit Virus Corona 2019 (COVID-19) pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular sangat cepat dan telah menyebar hampir ke semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan saja. Sehingga WHO pada tanggal 11 Maret 2020 menetapkan wabah ini sebagai pandemi global.

31ibid

Hal tersebut membuat beberapa negara menetapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus Corona.

Di Indonesia sendiri, diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini. Beberapa pemerintah daerah memutuskan menerapkan kebijakan untuk meliburkan siswa dan mulai menerapkan metode belajar dengan sistem online. Kebijakan pemerintah ini mulai efektif diberlakukan di beberapa wilayah provinsi di Indonesia pada hari Senin, 16 Maret 2020 yang juga diikuti oleh wilayah-wilayah provinsi lainnya.

Tetapi hal tersebut tidak tepat bagi beberapa sekolah di tiap-tiap daerah.

Sekolah- sekolah tersebut tidak siap dengan sistem pembelajaran yang berani, di mana membutuhkan media pembelajaran seperti handphone, laptop, atau komputer.

Pandemi Covid-19 berdampak pada dunia pendidikan, termasuk pendidikan tinggi. Adanya wabah virus corona ini menghambat kegiatan belajar mengajar yang biasanya berlangsung secara tatap muka. Kendati begitu, pandemi ini mampu mengakselerasi pendidikan. Sistem pembelajaran dilakukan daring dengan memanfaatkan teknologi informasi. Daring atau dalam jaringan memiliki makna tersambung dalam jaringan komputer.

Menurut Thome, pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi multimedia, video, kelas virtual, teks online animasi, pesan suara, email, telepon konferensi, dan video streaming online.32 Pembelajaran daring dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang dalam pelaksanaannya menggunakan jaringan internet, intranet dan ekstranet atau komputer yang terhubung langsung dan cakupannya global (luas).

Sistem pembelajaran daring merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online). Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat komputer pribadi (PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru dapat melakukan pembelajaran bersama menggunakan grup di media sosial seperti WhatsApp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom atau media lainnya sebagai media pembelajaran.

32Kuntarto, E. & Asyhar, R. (2017). “Pengembangan Model Pembelajaran Blended Learning Pada Aspek Learning Design dengan Platform Media Sosial Online Sebagai Pendukung Perkuliahan Mahasiswa”. Repository Unja. Https://repository.unja.ac.id

Dengan demikian, guru dapat memastikan siswa mengikuti pembelajaran dalam waktu yang bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda.

Pelaksanaan pembelajaran daring dapat dilakukan dengan sistem pembelajaran campuran (Blended Learning). Penerapan pembelajaran dengan memanfaatkan media daring di Indonesia didukung dengan adanya Permendikbud Nomor 68 Tahun 2014 tentang peran pendidik TIK dan pendidik keterampilan komputer dan pengelolaan informasi dalam implementasi kurikulum 2013.

Guru sebagai pendidik juga dituntut memiliki tugas keprofesionalan mengembangkan kompetensi pengajaran dengan perkembangan IPTEK terkini dalam melaksanakan pembelajaran di kelas sesuai dengan UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Selain itu terdapat Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Pendidik bahwasanya standar kompetensi pedagogik guru kelas SD/MI adalah mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. Peserta didik sekolah dasar merupakan usia awal dalam memperkenalkan pemakaian TIK, maka guru perlu mempersiapkan kemampuan dan keterampilan dalam menggunakan teknologi. Guru kelas dapat menjadi contoh langsung ataupun role model untuk penggunaan perangkat TIK di sekolah. Penggunaan media pembelajaran berbasis internet atau moda daring di sekolah dasar merupakan salah satu solusi untuk menghadapi tantangan perkembangan zaman sekaligus menjalankan fungsi kompetensi literasi digital dan teknologi sejak dini.

Pembelajaran daring tidak bisa lepas dari jaringan internet. Koneksi jaringan internet menjadi salah satu gangguan yang salah satu bagian dari sekolah siswa yang tempat tinggalnya sulit untuk mengakses internet, apalagi siswa tempat tinggalnya di daerah pedesaan, terpencil dan tertinggal.

Meskipun ada yang menggunakan jaringan seluler terkadang jaringan yang tidak stabil, karena letak geografis yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler. Hal ini juga menjadi permasalahan yang terjadi pada siswa yang mengikuti pembelajaran sehingga kurang optimal pelaksanaannya. Solusi atas permasalahan ini adalah pemerintah harus memberikan kebijakan dengan membuka layanan gratis, layanan yang terhubung dengan penyedia internet dan aplikasi untuk membantu proses pembelajaran yang berani ini.

Pemerintah juga harus menyiapkan kurikulum dan silabus pembelajaran berbasis berani. Bagi sekolah-sekolah perlu melakukan bimbingan teknik (bimtek) online proses pelaksanaan berani dan melakukan sosialisasi orang tua kepada dan siswa melalui media cetak dan media sosial tentang tata cara pelaksanaan pembelajaran, dengan perannya dan tugasnya.

Di samping itu, kesuksesan pembelajaran selama masa Covid-19 ini tergantung pada kedisiplinan semua pihak. Oleh karena itu, pihak sekolah/madrasah di sini perlu membuat skema dengan menyusun manajemen yang baik dalam pembinaan sistem pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan membuat jadwal yang sistematis, terstruktur dan memudahkan komunikasi orang tua dengan sekolah agar putra-putrinya yang belajar di rumah dapat terpantau secara efektif. Dengan demikian, pembelajaran online sebagai solusi yang efektif dalam pembelajaran di rumah guna memutus mata rantai Covid-19, jarak fisik (menjaga jarak aman) juga menjadi pertimbangan dipilihnya pembelajaran tersebut. Kerjasama yang baik antara guru, siswa, orang tua siswa dan pihak sekolah menjadi faktor penentu agar pembelajaran lebih efektif. Dengan memanfaatkan media pembelajaran daring diharapkan mampu menghadirkan pembelajaran yang inovatif, menyenangkan, efektif dan efisien serta membuat pembelajaran lebih kontekstual. Sistem pendidikan jarak jauh (PJJ), yang dipersepsikan sebagai inovasi abad21,merupakan sistem pendidikan yang memiliki daya jangkau luas lintas ruang, waktu, dan sosio ekonomi. Sistem PJJ membuka akses terhadap pendidikan bagi siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Dengan karakteristik tersebut, sistem PJJ sering kali dianggap sebagai solusi terhadap berbagai masalah pendidikan, terutama yang berkaitan dengan pemerataan dan demokratisasi pendidikan, serta perluasan akses terhadap pendidikan berkualitas kepada seluruh lapisan masyarakat lintas ruang dan waktu. Melalui berbagai perangkat hukum yang telah dikeluarkan pemerintah, yaitu SK Mendiknas No. 107/U/2001, UU Sisdiknas No. 20/2003, PP 17/2010, dan juga PP 66/2010, sistem PJJ sudah menjadi bagian yang menyatu dalam dunia pendidikan di Indonesia, dan menjadi pilihan bagi masyarakat untuk memperoleh akses terhadap pendidikan, termasuk pendidikan guru dan tenaga kependidikan.

Situasi ini mendorong berbagai institusi pendidikan, terutama pendidikan tinggi, untuk berpartisipasi aktif dalam pendidikan jarak jauh. Dalam perkembangannya, sistem pendidikan jarak jauh mengambil manfaat besar dari perkembangan media dan teknologi pembelajaran yang dapat menjembatani kebutuhan akan pendidikan secara massal dan luas.

Perkembangan teknologi yang pesat memunculkan model pendidikan jarak jauh yang fleksibel dan cerdas, mampu membuka akses pendidikan bagi siapa saja melintasi batas ruang dan waktu, serta mengatasi berbagai kendala sosio ekonomis. Dalam PP 17/2010 pasal 118 dinyatakan bahwa PJJ diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan perluasan dan pemerataan akses pendidikan, serta meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan. Oleh karenanya PJJ

teknologi informasi dan komunikasi (TIK) , dan/atau menggunakan teknologi lainnya. Melalui sistem PJJ, setiap orang dapat memperoleh akses terhadap pendidikan berkualitas tanpa harus meninggalkan keluarga, rumah, pekerjaan, dan tidak kehilangan kesempatan berkarier. Selain akses, sistem PJJ juga meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan bagi setiap orang. Sifat massal sistem PJJ dalam mendistribusikan pendidikan berkualitas yang terstandar dengan menggunakan TIK, standardisasi capaian pembelajaran (learning outcomes), materi ajar, proses pembelajaran, bantuan belajar, dan evaluasi pembelajaran, menjadikan pendidikan berkualitas dapat diperoleh berbagai kalangan lintas ruang dan waktu.

Penyelenggaraan program PJJ dilandasi pada prinsip pendidikan terbuka dan pendidikan jarak jauh. Pendidikan terbuka mencerminkan derajat kebebasan dalam penyelenggaraan pendidikan oleh suatu institusi pendidikan.

Misalnya, terbuka bagi siapa saja untuk menjadi peserta didik, terbuka bagi peserta didik mengambil program studi apa saja atau mata kuliah apa saja yang diminati, terbuka bagi peserta didik untuk belajar melalui cara dan strategi yang beragam, terbuka bagi peserta didik untuk ujian dalam beragam bentuk kapan saja dibutuhkan. Keterbukaan yang disediakan oleh institusi penyelenggara pendidikan ini menyediakan keluwesan belajar bagi peserta didik, dalam berbagai derajat intensitas. Pendidikan Jarak Jauh dicirikan oleh: 1.

Keterpisahan geografis antara pendidik (dosen) dan peserta didik; 2.

Keberagaman jalur komunikasi dan interaksi sinkron maupun asinkron antara peserta didik dengan peserta didik, dengan dosen, dengan sumber belajar lainnya; 3. Pemanfaatan beragam media pembelajaran untuk menyampaikan pembelajaran, 4. Ketersediaan beragam layanan bantuan belajar bagi peserta didik; 5. Pengorganisasian proses pendidikan dalam satu institusi. Pendidikan jarak jauh dilandasi pada pendidikan terbuka, sehingga menyediakan keluwesan belajar bagi peserta didik lintas ruang dan waktu.

Di Sekolah Polisi Negara model pembelajaran jarak jauh pada saat ini sering digunakan dikarenakan kondisi pada saat sekarang, proses pembelajaran untuk jarak jauh, berbasis daring (dalam jaringan) menggunakan jaringan internet, adapun aplikasi yang sering digunakan adalah Wastup, Telegram, Zoom, Google From dan lainnya yang memungkinkan pembelajaran berlangsung dan mudah di dapat. Adapun indikator model pembelajaran jarak jauh adalah Tujuan Pembelajaran harus jelas, materi pembelajaran jelas dan mudah dipahami, penjaminan kualitas pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran harus maksimal.

Hal tersebut sesuai dengan konsep teknologi pendidikan yang di utarakan oleh Zainal, teknologi pendidikan adalah studi dan praktik etis yang memfasilitasi pembelajaran, dan meningkatkan kinerja dengan

menciptakan, menggunakan dan mengolah sumber daya serta memanfaatkan teknologi tepat guna33 Dengan demikian, berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi peserta didik tentang model pembelajaran yaitu tanggapan peserta didik tentang pelaksanaan demonstrasi yang dilakukan pendidik. Indikator keterlaksanaan model pembelajaran jarak jauh yang dilakukan pendidik menurut persepsi peserta didik, meliputi: 1) langkah-langkah model pembelajaran jarak jauh dilakukan secara jelas; 2) demonstrasi dapat menarik perhatian peserta didik; 3) model pembelajaran jarak jauh yang dilakukan dapat menumbuhkan motivasi dan budaya belajar yang lebih baik; dan 4) model pembelajaran jarak jauh dapat membantu peserta didik untuk memahami materi.

a. Penelitian yang relevan

Ali Afandi dalam penelitiannya yang berjudul Budaya Mutu pada Sekolah Unggulan Studi Kasus di SD Islam Sabilillah Malang, mengemukakan bahwa Budaya mutu sekolah adalah keseluruhan latar fisik, lingkungan, suasana, rasa, sifat, dan iklim sekolah yang secara produktif mampu memberikan pengalaman dan bertumbuh kembangnya sekolah untuk mencapai keberhasilan pendidikan berdasarkan spirit dan nilai-nilai yang dianut oleh sekolah.34 Pengembang budaya mutu adalah merupakan tanggung jawab kepala sekolah selaku pimpinan lembaga, namun demikian, pengembangan budaya mutu juga mempersyaratkan adanya partisipasi seluruh stakeholder pendidikan yaitu pemerintah, guru, siswa, pegawai, serta orang tua siswa dan masyarakat. Secara manajerial pengembangan budaya mutu menjadi tanggung jawab kepala sekolah, tetapi secara operasional penerapan dan pengembangan budaya mutu menjadi tanggung jawab stakeholder terkait.

Proses pengembangan budaya mutu dapat dilakukan melalui tiga tataran, yaitu (1) pengembangan pada tataran spirit dan nilai-nilai; (2) pengembangan pada tataran teknis; dan (3) pengembangan pada tataran social. Pada tataran pertama, proses pengembangan budaya mutu dapat dimulai dengan pengembangan pada tataran spirit dan nilai-nilai dengan cara mengidentifikasi berbagai spirit dan nilai-nilai disiplin, spirit dan nilai-nilai tanggung jawab, spirit dan nilai kebersamaan, spirit dan nilai keterbukaan, spirit dan nilai-nilai kejujuran, spirit dan nilai-nilai-nilai-nilai social dan menghargai orang lain. Serta persatuan dan kesatuan.

33Dr. Zainal Abidin Arief, M.Si, Teknologi Kinerja dalam Proses Pembelajaran, Bogor : 2016, UIKA

33Dr. Zainal Abidin Arief, M.Si, Teknologi Kinerja dalam Proses Pembelajaran, Bogor : 2016, UIKA

Dokumen terkait