• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persiapan Dan Pemeriksaan Material

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Halaman 30-38)

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian

3.4.1 Persiapan Dan Pemeriksaan Material

Semen Portland tipe I merk Gresik 40 kg, diperiksa secara visual. Semen diamati warna dan kehalusan butirnya, kemudian jika terdapat gumpalan, berarti semen tersebut tidak dapat digunakan.

Pemeriksaan terhadap air dilakukan secara visual yaitu air harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan sesuai dengan persyaratan air untuk minum. Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air dari Laboratorium Mekanika Bahan Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana.

Persiapan Batu bata merah dilakukan dengan pemeriksaan visual, warna merah merata, bersuara nyaring yang menandakan susunannya padat dan utuh, tidak pecah, tidak retak, dan tidak melengkung. Sebelum digunakan bata direndam terlebih dahulu agar pada saat pemasangan tidak banyak menyerap air yang terkandung dalam spesi.

Persiapan tulangan digunakan wiremesh produksi pabrik ukuran M5 dengan tegangan ijin 5000 kg/m² yang terhindar dari korosi.

Persiapan pasir yang digunakan, yaitu mengayak pasir sampai pasir lolos lubang ayakan 5 mm, kemudian pasir dikondisikan dalam keadaan jenuh kering muka atau SSD (Saturated Surface Dry) dan memiliki kadar lumpur yang rendah. Pasir tersebut selanjutnya disimpan untuk digunakan pada pengujian selanjutnya. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap agregat halus (pasir) meliputi :

- Berat Jenis (specific grafity) dan penyerapan air (absorption). - Berat satuan (unit weight).

- Kadar lumpur.

- Kadar air (surface moisture content) - Gradasi butiran (sieve analysis)

Gradasi pasir dirancang memenuhi zone 2 menurut SK. T-15-1990-03.

Metode pemeriksaan material dapat dilihat pada Lampiran A

3.4.2 Pengujian Kuat Tekan Bata

Benda uji yang dipergunakan dalam pengujian kuat tekan adalah bata merah dengan keadaan utuh, yang mana bidang yang akan ditekan diterap dengan adukan setebal 6 mm. Setelah dicetak benda uji keesokan harinya direndam dalam air bersih (suhu ruangan) selama 24 jam, kemudian diangkat dan bidang-bidangnya dibersihkan dengan kain lembab untuk menghilangkan air yang berlebihan.

Adukan dibuat dengan campuran 1 bagian berat semen Portland ditambah dengan 3 bagian berat pasir dan air seberat 60–70% berat semen, diaduk hingga merupakan campuran yang merata. Pasir Kwarsa yang butir-butirnya berada diantara ayakan bermata 0,3 dan 0,15 mm.

Benda-benda uji ditekan hingga hancur dengan kecepatan penekanan diatur hingga sama dengan 2 kg/cm²/detik. Kuat tekan benda uji diperoleh sebagai hasil bagi beban tekan tertinggi dan luas bidang tekan terkecil. Kuat tekan rata-rata adalah jumlah kuat tekan benda uji dibagi dengan banyaknya benda uji (30 buah). Kuat tekan karakteritik bata merah dihitung dengan persamaan 2.3 seperti yang sudah dijelaskan pada Bab II

3.4.3 Pengujian Penyerapan Air Bata

Untuk mengetahui daya serap air, pertama-tama masing-masing benda uji direndam dalam air hingga jenuh kemudian ditimbang beratnya (A). kemudian contoh uji dikeringkan dalam dapur pengering pada suhu 100 - 110 C selama 24⁰ jam (hingga berat tetap), setelah itu contoh dikeluarkan dari dapur pengering lalu didinginkan diruang sampai suhu kamar, kemudian masing-masing beratnya ditimbang (B). Penyerapan air rata-rata adalah jumlah persentase penyerapan air bata merah dibagi dengan banyaknya benda uji (10 buah).

Penyerapan air masing-masing dihitung dengan Persamaan 2.1 yang tercantum dalam Bab II. Penyerapan air masing-masing contoh ini dicatat dan dihitung harga rata-rata dari semua contoh yang diuji, dinyatakan dalam persen.

3.4.4 Pembuatan dan Pengujian Mortar

Bahan dipersiapkan sesuai komposisi yang direncanakan yaitu dengan perbandingan dalam berat semen dan pasir 1 : 3 untuk spesi dan 1 : 5 untuk plesteran, dengan faktor air semen masing-masing 0, 7 dan 1,5. Semen dan pasir dicampur dan diaduk dalam keadaan kering hingga merata dalam bak adukan. Air dituangkan sebanyak faktor air semen yang direncanakan secara bertahap sambil diaduk hingga didapatkan adukan yang merata dan kelecekan yang cukup, kemudian didiamkan selama kurang lebih 1 menit, di dalam bak adukan, dan diaduk kembali hingga benar-benar tercampur merata.

Alat cetak dengan pelat alasnya disiapkan, dioles tipis-tipis bagian dalam cetakannya dengan minyak solar atau pelumas. Bahan-bahan penyusun mortar yang telah tercampur merata, selanjutnya dimasukkan kedalam cetakan. Pengisian cetakan dilakukan sebanyak 2 lapis dan setiap lapis dipadatkan ± 32 kali. Pencetakan kubus mortar harus sudah dimulai paling lambat 2 ½ menit setelah pengadukan. Permukaan atas kubus benda uji diratakan dengan menggunakan sendok perata. Simpan kubus benda uji dalam tempat yang lembab selama 24 jam. Setelah itu cetakan dibuka dan direndam dalam air bersih sampai saat pengujian kuat tekan dilakukan.

Pada umur 28 hari benda uji diangkat dari tempat perendaman kemudian permukaannya dikeringkan dengan cara dilap dan dibiarkan selama ± 15 menit. Benda uji ditimbang, kemudian dicatat beratnya, setelah itu lakukan pengujian kuat tekan. Kecepatan penekanan dari mulai pemberian beban sampai benda uji hancur diatur sehingga tidak kurang dari satu menit dan tidak lebih dari dua menit. Benda uji yang digunakan berukuran 50 x 50 x 50 mm masing-masing sebanyak 9 buah.

A Pmaks

= σ

Dimana : Kekuatan tekan mortar Pmaks = Gaya tekan maksimum

A = Luas penampang benda uji ( 2500 mm)

Gambar 3.2. Pengujian kuat tekan mortar 3.4.5 Pembuatan dan Pengujian Pasangan Dinding

Benda uji yang akan diuji kekuatan lenturnya terdiri dari 3 spesimen yaitu: 1. Pasangan bata tanpa tulangan tanpa plesteran.

2. Pasangan bata tanpa tulangan dengan plesteran. 3. Pasangan bata dengan tulangan dengan plesteran. Tabel. 3.1 Tipe Spesimen

No Spesimen Sample

1 Pasangan bata tanpa tulangan tanpa plesteran TTTP1 TTTP2 TTTP3 2 Pasangan bata tanpa tulangan dengan

plesteran. TTDP1 TTDP2 TTDP3 = σ

3 Pasangan bata dengan tulangan dengan plesteran

DTDP1 DTDP2 DTDP3

Pengujian dinding pasangan bata merah dalam penelitian ini mengacu pada standar yang ditetapkan dalam SNI 03–4165–1996 tentang Metode pengujian kuat lentur dinding pasangan bata merah di laboratorium. Pengujian kuat lentur dinding pasangan bata merah menggunakan benda uji berbentuk prisma persegi dengan ukuran ( B = 8b, L = b dan H = 5b ) dimana b adalah lebar bata merah. Tebal spesi dipakai 1,5 cm dan tebal plesteran untuk benda uji Pasangan bata tanpa tulangan dengan plesteran (TTDP) dan Pasangan bata dengan tulangan dengan plesteran (DTDP) diambil setebal 2,5 cm. Potongan masing-masing spesimen dapat dilihat pada Gambar 34,35, dan 36.

5b

8b

A

Gambar 3.2 Benda uji

Gambar 3.3 Pot. A-A Spesimen no. 1

5b

b

Plesteran 2.0 cm Bata merah

5b

b

S pesi 1.5 cm B ata m erah

Gambar 3.4 Pot. A-A Spesimen no. 2

Gambar 3.5 Pot. A-A Spesimen no. 3

Langkah – langkah pengujian pasangan dinding yaitu :

a. Persiapkan adukan mortar dan batu bata yang sudah direndam. b. Susun pasangan dinding bata sesuai Gambar 3.2

c. Jaga kelembaban benda uji pada suhu kamar, dengan cara menutupinya dengan karung basah.

d. Simpan benda uji sampai umur perawatan 28 hari.

e. Plester permukaan dinding khusus untuk benda uji TTDP dan DTDP yang diikuti pemasangan tulangan.

f. Lakukan pengujian pada saat benda uji sudah berunur 56 hari dengan posisi sesuai dengan Gambar 3.6. dengan kecepatan pembebanan yang konstan merata dan dapat diatur sehingga gerakan pembebanan antara 150 – 210 N/mm/menit

b

Plesteran 2.0 cm

Spesi 1.5 cm Bata merah

Dial gate

g. Catat lendutan yang terjadi dengan menggunakan dial gate yang diletakan seperti pada gambar 3.6

1/16 L

L

Gambar 3.6 Posisi pengujian kuat lentur

• Rumus kuat lentur :

Dimana : flt = kuat lentur pasangan dinding Pu = Beban maksimum

W = Massa alat bantu l = Bentang tumpuan

c = Jarak antara garis netral dengan serat tarik terluar

I = Inersia penampang dinding H = Tinggi benda uji

b = Lebar bata merah

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Halaman 30-38)

Dokumen terkait