Percobaan 1: Pengenalan Instrumentasi Laboratorium
2. Persiapan
Baca appendix berjudul “Osiloskop dan Generator Sinyal” dan appendix mengenai kode warna resistor. Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul instrumentasi laboratorium ini. Agar mempermudah saat praktikum, praktikan disarankan untuk menyiapkan tabel-tabel hasil percobaan pada Buku Catatan Laboratorium (BCL) sebelum praktikum dimulai. Kerjakan tugas pendahuluan dan kumpulkan sesuai ketentuan yang berlaku.
Multimeter
Berikut ini beberapa Catatan tentang Penggunaan Multimeter:
Perhatikan baik-baik beberapa catatan tentang penggunaan multimeter berikut ini. Kesalahan penggunaan multimeter dapat menyebabkan fuse pada multimeter putus.
Putusnya fuse dapat mengakibatkan pemotongan nilai sebesar minimal 10.
Dalam keadaan tidak dipakai, selektor sebaiknya pada kedudukan AC volt pada harga skala cukup besar (misalnya 250 V) atau posisi “OFF”. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pakai yang membahayakan multimeter.
Sebelum mulai mengukur suatu besaran listrik perhatikanlah lebih dahulu besaran apakah yang hendak diukur dan kira-kira berapakah besarannya, kemudian pilihlah kedudukan selektor dan skala manakah yang akan dipergunakan. Perhatikan pula polaritas (tanda + dan -) bila perlu.
2 Percobaan 1: Pengenalan Instrumentasi Laboratorium
Jangan menyambungkan multimeter pada rangkaian, baru kemudian memilih kedudukan selektor dan skala yang akan digunakan. Jika arus/tegangan melebihi batas maksimal pengukuran multimeter, fuse dapat putus.
Pada waktu mulai melakukan pengukuran arus dan tegangan, bila tidak dapat dipastikan besarnya arus/ tegangan tersebut, maka mulailah dari batas ukur yang paling besar. Setelah itu selektor dapat dipindahkan ke batas ukur yang lebih rendah untuk memperoleh ketelitian yang lebih baik.
Pada pengukuran tegangan dan arus, pembacaan meter akan paling teliti bila penunjukan jarum terletak di daerah dekat skala penuh, sedangkan pada pengukuran resistansi bila penunjukan jarum terletak di daerah pertengahan skala.
Harus diperhatikan: pengukuran resistansi hanya boleh dilakukan pada komponen
atau rangkaian yang tidak mengandung sumber tegangan dan/atau tidak tersambung ke sumber listrik apapun.
Osiloskop
Mengukur Tegangan
Kesalahan yang mungkin timbul dalam pengukuran tegangan, dapat disebabkan oleh osiloskopnya sendiri seperti kalibrasi osiloskop yang sudah buruk dan kesalahan penggunaan-nya, misalnya pengaruh impedansi input, kabel penghubung serta gangguan parasitik. Untuk mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh impedansi input, dapat digunakan probe yang sesuai (dengan memperhitungkan maupun dengan kalibrasi dari osiloskop).
Besar tegangan sinyal dapat langsung dilihat dari gambar pada layar dengan mengetahui nilai volt/div yang digunakan. Gunakan skala tegangan V/div yang terkecil yang masih memberikan gambar sinyal tidak melewati ukuran layar osiloskop.
Osiloskop mempunyai impedansi input yang relative besar (1M, 10-50pF) jadi dalam mengukur rangkaian dengan impedansi rendah, maka impedansi input osiloskop dapat dianggap open circuit untuk pengukuran DC atau gelombang frekuensi rendah.
Mengukur Beda Fasa
Pengukuran beda fasa antar dua buah sinyal dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: dengan osiloskop “dual trace”, dan
dengan metoda “lissajous”.
Percobaan 1: Pengenalan Instrumentasi Laboratorium 3
Dengan Osiloskop Dual Trace
Sinyal pertama dihubungkan pada kanal A, sedangkan sinyal kedua dihubungkan pada kanal B dari osiloskop. Pada layar osiloskop akan terlihat gambar bentuk tegangan kedua sinyal tersebut. Beda fasa dapat dihitung = t/T*360o.
Gambar 1Error! No text of specified style in document.-1 Pengukuran beda fasa dengan dual trace
Dengan Metoda Lissajous
Sinyal pertama dihubungkan pada kanal B, dan sinyal kedua dihubungkan pada kanal A osiloskop. Ubah mode osiloskop menjadi mode x-y. Pada layar akan terlihat suatu lintasan berbentuk lingkaran, garis lurus, atau elips dimana dapat langsung ditentukan beda fasa antara kedua sinyal tersebut dengan
1
c
sin
d
.Mengukur Frekuensi
Pengukuran frekuensi suatu sinyal listrik dengan osiloskop dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
Cara langsung,
Dengan osiloskop dual trace, Metoda Lissajous,
Metoda cincin modulasi.
Sinyal A A B Sinyal B 0 t VA T t t 0 VB c d
4 Percobaan 1: Pengenalan Instrumentasi Laboratorium
Beberapa osilokop yang dimiliki Lab. Dasar memiliki penghitung frekuensi langsungnya. Hati-hati menggunakannya, karena frekuensi yang ditampilkan tidak selalu benar bergantung setting pengukurannya.
Cara Langsung
Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal B osiloskop. Frekuensi sinyal langsung dapat ditentukan dari gambar, dimana f = 1/T, untuk T = periode gelombang.
Gambar 1Error! No text of specified style in document.-3 Perhitungan perioda
Pengukuran langsung hanya dapat dilakukan bila kalibrasi skala waktu osilokop dalam keadaan baik.
Dengan Osiloskop Dual Trace
Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal A. Generator dengan frekuensi yang diketahui dihubungkan pada kanal B. Bandingkan kedua gelombang tersebut dengan menampilkannya secara bersamaan. Frekuensi generator kemudian diubah sampai perioda sinyal yang diukur sama dengan perioda sinyal generator. Pada keadaan ini, frekuensi generator sama dengan frekuensi sinyal yang diukur.
Pengukuran dengan cara dual trace ini dapat dilakukan pada osiloskop yang kalibrasi waktunya kurang baik, tetapi frekuensi generator sinyal harus terkalibrasi baik.
Metoda Lissajous
Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal A, sedangkan generator dengan frekuensi yang diketahui (sebagai sinyal rujukan) dihubungkan pada kanal B. Ubah mode osiloskop menjadi mode x-y. Frekuensi generator sinyal kemudian diatur, sehingga pada layar didapat suatu lintasan seperti pada Gambar 1Error! No text of specified style in document.-4.
Percobaan 1: Pengenalan Instrumentasi Laboratorium 5
Gambar 1Error! No text of specified style in document.-4 Contoh lissajous 1:2
Pada Gambar 1Error! No text of specified style in document.-4 tersebut, perbandingan fx:fy adalah 1:2. Cara ini hanya mudah dilakukan untuk perbandingan frekuensi yang mudah dan bulat (1:2, 1:3, 3:4 dan seterusnya).
Mengukur Faktor Penguatan
Ada beberapa cara pengukuran faktor penguatan antara lain: Cara langsung,
Dengan osiloskop dual trace.
Cara Langsung
Hubungkan keluaran Generator Sinyal pada masukan rangkaian penguat. Input rangkaian penguat ini juga dihubungkan pada kanal 1 osiloskop. Hubungkan keluaran rangkaian penguat pada kanal 2 osiloskop. Gunakan mode ‘X-Y’.
Rangkaian Penguat
GND
Generator Sinyal Mode x-y
Konektor T Vin Vout GND Kanal B Kanal A osiloskop
Gambar 1Error! No text of specified style in document.-5 Pengukuran penguatan dengan membaca slope pada mode xy
Pada layar osiloskop akan didapat suatu garis lurus dengan sudut terhadap sumbu horizontal. Besar faktor penguatan langsung dapat diketahui dari gambar, dimana penguatan merupakan gradient kemiringan.
Dengan Osiloskop Dual Trace
Generator sinyal dihubungkan pada input rangkaian penguat yang akan diamati penguatannya, dan pada kanal A osiloskop. Output rangkaian penguat dihubungkan pada kanal B osiloskop.
6 Percobaan 1: Pengenalan Instrumentasi Laboratorium Rangkaian Penguat GND Generator Sinyal Konektor T Vin Vout GND Kanal B Kanal A osiloskop
Gambar Error! No text of specified style in document.1-6 Pengukuran penguatan dengan membaca dan membandingkan dua amplituda
Pada layar akan didapat sinyal input dan output rangkaian penguat.
Dengan mengukur tegangan sinyal input dan sinyal output rangkaian penguat, maka faktor penguatan dapat ditentukan.
Cara ini dapat juga dilakukan dengan osiloskop single trace dengan membaca input dan output bergiliran. Namun untuk ini, perlu diyakinkan pembebanan rangkaian tidak berubah pada kedua pengukuran tersebut.
Percobaan 1: Pengenalan Instrumentasi Laboratorium 7
3. Alat dan Komponen yang Digunakan
1. Multimeter Analog (1 buah) 2. Multimeter Digital Genggam (1 buah) 3. Multimeter Digital Benchtop (1 buah) 4. Power Supply DC (1 buah) 5. Generator Sinyal (1 buah) 6. Osiloskop (1 buah) 7. Kit Multimeter (1 buah) 8. Kit Osiloskop & Generator Sinyal (1 buah) 9. Kit Box Osilator (1 buah) 10. Resistor 0,1 (1 buah) 11. Kabel 4 mm – 4 mm (min 5 buah) 12. Kabel BNC – 4 mm (3 buah) 13. Kabel BNC – BNC (1 buah) 14. Konektor T BNC (1 buah)
4. Tugas Pendahuluan
1. Carilah lembar data (data sheet) yang menunjukkan spesifikasi instrumen berikut: Sanwa AMM YX360TRF, Sanwa DMM CD800a, Rigol DMM 3058, HP/Agilent/Keysight DMM 34405A. Pelajari dan tandai parameter-parameter yang perlu diperhatikan pada spesifkasi multimeter tersebut.
2. Lakukan perhitungan tegangan dan arus yang diharapkan terukur pada langkah perobaan ini.
3. Pada pengukuran tegangan bolak-balik, apa yang disebut dengan tegangan efektif? Tegangan apakah yang diukur dengan menggunakan osiloskop? Tegangan apakah yang diukur dengan menggunakan multimeter?
8 Percobaan 1: Pengenalan Instrumentasi Laboratorium
5. Langkah Percobaan
Memulai Percobaan
1. Sebelum memulai percobaan, isi dan tanda tangani lembar penggunaan meja yang diberikan oleh asisten ketika praktikum dimulai. Catat juga nomor meja dan Kit Praktikum yang digunakan dalam Buku Catatan Laboratorium.
2. Kumpulkan tugas pendahuluan pada asisten yang bertugas.
Mengumpulkan/ Mencari Spesifikasi Teknik Multimeter
3. Perhatikan spesifikasi alat ukur yang diperoleh dari lembar data. Bila ada besaran yang juga ditampilkan pada instrumen, catatlah pada Buku Catatan Laboratorium (BCL) spesifikasi, batas ukur, batas aman, dll seperti pada contoh Tabel 1Error! No
text of specified style in document.-1.
Tabel 1Error! No text of specified style in document.-1 Data spesifikasi instrumen
No. Spesifikasi Keterangan
1 Sensitivitas 20 k/V DC, 9 k/V DC250V UP, 9 k/V AC
Nilai sensitivitas multimeter bergantung pada skala pembacaan tegangan
2 Batas tegangan Cat 3 1000 V Batas tegangan aman pada terminal input alat ukur
3 dst
Mengukur Arus Searah
4. Gunakan Kit Multimeter. Buatlah rangkaian seri seperti pada Gambar Error! No text
of specified style in document.1-7 dengan Vs=6 V dan R1 = R2 = 120 .
Gambar Error! No text of specified style in document.1-7 Rangkaian percobaan pengukuran arus R2 A 6V R1 I
Percobaan 1: Pengenalan Instrumentasi Laboratorium 9
5. Dengan harga-harga VS dan R tersebut, hitunglah I (tidak menggunakan
Amperemeter!) dan cantumkan hasil perhitungan tersebut pada Tabel Error! No text of specified style in document.1-2.
6. Sekarang ukurlah arus searah I tersebut dengan multimeter analog. (Perhatikan
polaritas meter!). Sesuaikan batas ukur dengan nilai arus terhitung. Ulangilah
pengukuran arus searah I dengan memodifikasi parameter rangkaian menjadi R1 = R2 = 1,5 k
R1 = R2 = 1,5 M.
7. Sebelum mengubah nilai R (dan menyambungkan amperemeter ke rangkaian), pastikan batas ukur amperemeter terpilih dengan tepat.
8. Lakukan kembali pengukuran arus searah I (dengan tiga harga R yang berbeda) menggunakan multimeter digital.
9. Catatlah semua hasil perhitungan dan pengukuran arus I dalam Buku Catatan Laboratorium. Perhatikan contoh pada Tabel Error! No text of specified style in
document.1-2.
Tabel Error! No text of specified style in document.1-2 Data pengukuran arus dengan multimeter Nilai R1 dan R2 () Hitungan AMM DMM 1 DMM 2 I (mA) BU (mA) I
(p)
(mA) I(b)
(mA) I(p)
(mA) I(b)
(mA) I(p)
(mA) I(b)
(mA) 120 1.5k 1,5MCatatan: BU batas ukur skala penuh, (p) pengukuran terpisah (b) bersamaan 10. Perhatikan hasil perhitungan dan pengukuran tersebut. Apakah hasil pengukuran
sama dengan hasil perhitungan? Diskusikan dan masukkan dalam laporan.
10 Percobaan 1: Pengenalan Instrumentasi Laboratorium
Gambar Error! No text of specified style in document.1-8 Rangkaian percobaan pengukuran tegangan
11. Buatlah rangkaian tersebut dengan VS = 6 V dan R1 = R2 = 120 .
12. Dengan harga-harga VS dan R tersebut, hitunglah tegangan Vab (tidak menggunakan Voltmeter!), cantumkan hasil perhitungan tersebut pada Tabel 1Error! No text of
specified style in document.-3.
13. Kemudian ukurlah tegangan Vab dengan multimeter analog. (Perhatikanlah polaritas meter!) Sesuaikan batas ukur yang dipilih dengan hasil perhitungan Vab. Batas ukur manakah yang dipilih? Adakah pengaruh resistansi dalam meter terhadap hasil pengukuran?
14. Ulangilah pengukuran tegangan Vab dengan memodifikasi parameter rangkaian menjadi
R1 = R2 = 1,5 k R1 = R2 = 1,5 M
15. Sebelum mengubah nilai R (dan menyambungkan voltmeter ke rangkaian), pastikan batas ukur voltmeter terpilih dengan tepat.
16. Lakukan kembali pengukuran tegangan searah Vab tersebut (dengan tiga harga R yang berbeda) menggunakan multimeter digital.
17. Catatlah semua hasil perhitungan dan pengukuran tegangan Vab tersebut dalam Buku Catatan Laboratorium. Perhatikan contoh Tabel 1Error! No text of specified
style in document.-3.
Tabel 1Error! No text of specified style in document.-3 Data pengukuran tegangan dengan multimeter Nilai R1 dan R2 () Hitungan AMM DMM 1 DMM 2 Vab (mA) BU (V) Vab
(p)
(V) Vab(b)
(V) Vab(p)
(V) Vab(b)
(V) Vab(p)
(V) Vab(b)
(V) 120 1.5k 1,5MPercobaan 1: Pengenalan Instrumentasi Laboratorium 11
18. Perhatikan hasil perhitungan dan pengukuran tersebut. Apakah hasil pengukuran sama dengan hasil perhitungan? Diskusikan dan masukkan dalam laporan.
Mengukur Tegangan AC
19. Buatlah rangkaian seperti pada Gambar 1Error! No text of specified style in
document.-9 dan Gambar Error! No text of specified style in document.1-10. Pada
rangkaian ini G (Generator Sinyal) digunakan sebagai sumber tegangan bolak-balik. Atur frekuensi generator sinyal pada 50 Hz dan amplituda generator 6 Vrms
(menggunakan multimeter). Gunakan resistor R1 = R2 = 1,5 k.
20. Gunakan multimeter analog dan digital secara bergantian dan juga bersama-sama untuk mengukur tegangan Vab, catat dalam Buku Catatan Laboratorium. Gunakan contoh Tabel 1-4 untuk mencatat hasil pengukuran.
Lakukan kembali pengukuran tegangan Vab dengan mengatur frekuensi generator pada 500 pada 500 Hz, 5 kHz, 50 kHz, 500 kHz, dan 5 MHz. Catatlah semua hasil percobaan di atas pada atas pada
12 Percobaan 1: Pengenalan Instrumentasi Laboratorium
21. Tabel Error! No text of specified style in document.1-4.
Gambar 1Error! No text of specified style in document.-9 Rangkaian pengukuran tegangan AC
Gambar Error! No text of specified style in document.1-10 Rangkaian pengukuran tegangan AC
22. Kembalikan frekuensi generator menjadi 50 Hz. Gunakan multimeter analog dan digital secara bergantian dan juga bersama-sama untuk mengukur tegangan Vab, catat dalam Buku Catatan Laboratorium. Gunakan contoh Tabel 1-5 untuk mencatat hasil pengukuran.
23. Lakukan kembali pengukuran tegangan Vab dengan mengatur bentuk gelombang segi tiga dan segi empat.
Percobaan 1: Pengenalan Instrumentasi Laboratorium 13
Tabel Error! No text of specified style in document.1-4 Data pengukuran tegangan AC variasi frekuensi Frekuensi (Hz) AMM DMM 1 DMM 2 Vab
(p)
(V) Vab(b)
(V) Vab(p)
(V) Vab(b)
(V) Vab(p)
(V) Vab(b)
(V) 50 500 5k 50k 500k 5MTabel 1Error! No text of specified style in document.-5 Data pengukuran tegangan AC variasi Bentuk Gelombang Bentuk Gelombang AMM DMM 1 DMM 2 Vab
(p)
(V) Vab(b)
(V) Vab(p)
(V) Vab(b)
(V) Vab(p)
(V) Vab(b)
(V) Sinusoid Segitiga Segiempat24. Perhatikan hasil perhitungan dan pengukuran tersebut. Apakah hasil pengukuran sama dengan hasil perhitungan? Diskusikan dan masukkan dalam laporan.
Mengukur Resistansi
25. Gunakan Kit Multimeter sebagai obyek ukur dan multimeter sebagai ohmmeter. Untuk multemeter analog, sebelum mengukur hubung singkatkan kedua probe multimeter dan aturlah dengan pengatur harga nol sehingga Ohmmeter menunjuk nol (Langkah ini harus dilakukan setiap kali kita mengubah batas ukur Ohmmeter).
14 Percobaan 1: Pengenalan Instrumentasi Laboratorium
Tabel 1Error! No text of specified style in document.-6 Hasil pengukuran resistansi dengan multimeter
Nilai Tertulis/ Warna Toleransi Nilai Terukur () Hitungan () Gelang (%) AMM 2W DMM1 2W DMM2 2W DMM2 4W R1= R2= R3= R4= R5= 0,1
26. Ukurlah resistansi R1, R2, R3, R4 dan R5 pada Kit Multimeter dengan menggunakan Ohmmeter dari ketiga multimeter (terpisah). Baca nilai tertera pada gelang berikut toleransinya. Saat menggunakan multimeter analog pilihlah batas ukur yang memberikan pembacaan pada daerah pertengahan skala untuk pembacaan terbaik. Tuliskanlah hasil pengukuran ini pada
Percobaan 1: Pengenalan Instrumentasi Laboratorium 15
28. Tabel 1Error! No text of specified style in document.-6.
29. Gunakan resitor 0,1 yang tersedia (10 resistor 1 paralel) ukurlah dengan multi meter digital genggam dan banchtop dengan cara pengukuran 2 kawat. Ukur lagi dengan multimeter benchtop dengan cara pengukuran 4 kawat.
30. Perhatikan hasil pembacaan dan pengukuran tersebut. Apakah hasil pengukuran sama dengan hasil perhitungan? Diskusikan dan masukkan dalam laporan.
Mengumpulkan/ Mencari Spesifikasi Teknik 2
31. Catatlah dalam Buku Catatan Laboratorium, spesifikasi-teknik yang tampak pada osiloskop yang akan dipergunakan!
Mengecek Kalibrasi
32. Hubungkan output kalibrator dengan input X osiloskop.
Gambar Error! No text of specified style in document.-11Terminal sinyal kalibrasi dan port input osiloskop
33. Ukur tegangan serta periodanya untuk dua harga “Volt/Div” dan “Time/Div”, catat ke dalam Tabel 1-7.
16 Percobaan 1: Pengenalan Instrumentasi Laboratorium
Tabel Error! No text of specified style in document.1-7 Pemeriksaan Kondisi Kalibrasi Osiloskop
Kanal
Harga Kalibrator Skala Pembacaan Hasil Pengukuran Tegangan (V) Frekuensi (Hz) Vert. (V/div) Hors. (s/div) Tegangan (V) Perioda (s) Frekuensi (Hz) 1 2
35. Bandingkan hasil pengukuran dengan harga kalibrator sebenarnya. Diskusikan dan masukkan dalam laporan.
Mengukur TeganganSearah
36. Atur tegangan output dari power supply DC sebesar 2 V diukur dengan multimeter digital.
37. Kemudian ukur besar tegangan ini dengan osiloskop. Yakinkan posisi source coupling pada DC.
38. Tuliskan hasil pengukuran pada Tabel 1Error! No text of specified style in
document.-8.
Tabel 1Error! No text of specified style in document.-8 Hasil pengukuran tegangan DC dengan multimeter dan osiloskop
Tegangan terukur (V)
Multimeter Osiloskop Ch1 Osiloskop Ch2
Mengukur Tegangan Bolak-balik
39. Atur generator sinyal pada frekuensi 1 kHz gelombang sinus, dengan tegangan sebesar 2 Vrms diukur dengan multimeter digital.
40. Kemudian ukur tegangan ini dengan osiloskop. Yakinkan posisi Source Coupling pada AC.
41. Lakukan lagi untuk frekuensi 100 Hz dan 10 kHz. Tuliskan hasil pengukuran pada 42. Tabel Error! No text of specified style in document.1-9.
Tabel Error! No text of specified style in document.1-9 Hasil pengukuran tegangan AC dengan multimeter dan osiloskop
Percobaan 1: Pengenalan Instrumentasi Laboratorium 17 Fasa Frekuensi (Hz) Multimeter Vrms Osiloskop Ch1 Vp Osiloskop Ch2 Vp 100 1 k 10 k
Mengukur Beda Fasa
43. Gunakan kit Osiloskop dan Generator Sinyal. Atur generator sinyal pada frekuensi 1 kHz gelombang sinus, dengan tegangan sebesar 2 Vpp.
44. Hubungkan generator sinyal ini dengan input rangkaian penggeser fasa Gambar
Error! No text of specified style in document.1-12 Rangkaian penggeser fasa pada
kit praktikum (rangkaian RC).
Rangkaian Penggeser
in out
Gambar Error! No text of specified style in document.1-12 Rangkaian penggeser fasa
45. Ukur beda fasa antar sinyal input dan output rangkaian penggeser fasa dengan menggunakan cara membaca dual trace dan Lissajous. Pada pengukuran beda fasa dengan dual trace, yakinkan Source Trigger bukan vertical.
46. Amatilah untuk sekurangnya 2 (dua) kedudukan potensio R!
47. Tuliskan hasil pengukuran pada Tabel 1Error! No text of specified style in
document.-10 lakukan Lakukan analisa dan sampaikan hasilnya dalam laporan.
Tabel 1Error! No text of specified style in document.-10 Hasil pengukuran beda fasa dengan osiloskop
Posisi Tombol ± % maks
Dual Trace Lissajous
18 Percobaan 1: Pengenalan Instrumentasi Laboratorium
Mengukur Frekuensi
48. Gunakan kit Box Osilator. Hubungkan dengan sumber tegangan DC 5 V. 49. Gunakan keluaran dari osilator dan amati pada osiloskop.
50. Ukur frekuensi salah satu osilator f1, f2 dan f3 dengan menggunakan cara langsung dan cara Lissajous.
Percobaan 1: Pengenalan Instrumentasi Laboratorium 19
Tabel Error! No text of specified style in document.1-11 Hasil pengukuran frekuensi dengan osiloskop
Posisi Selektor Frekuensi
Pengukuran frekuensi
Cara Langsung Cara Lissajous Tsinyal (s) fsinyal (Hz) f - generator sinyal (Hz) Sketsa Tampilan f - sinyal (Hz) f1 f2 f3
Mengukur Faktor Penguatan
51. Gunakan bagian “Penguat” (pada kit Osiloskop dan Generator Sinyal, jangan lupa
menghubungkan catu dayanya ke jala-jala). Sebagai inputnya, gunakan gelombang
sinus 1 kHz 2 Vpp dari Generator Fungsi.
52. Ukur penguatan (Vo/Vi) dari sinyal di input ke output menggunakan cara langsung (mode xy) dan dengan dual trace.
53. Tuliskan hasil pengukuran pada Buku Catatan Laboratorium Tabel 1Error! No text
of specified style in document.-12.
Tabel 1Error! No text of specified style in document.-12 Hasil pengukuran faktor penguatan dengan osiloskop
Vinput Cara Langsung Cara Dual Trace
Tegangan (Vpp)
Frekuensi (kHz)
Faktor Penguatan Vout (Vpp)
Faktor Penguatan
20 Percobaan 1: Pengenalan Instrumentasi Laboratorium
Mengakhiri Percobaan
54. Sebelum keluar dari ruang praktikum, rapikan meja praktikum. Bereskan kabel dan matikan osiloskop, generator sinyal, dan power supply DC. Cabut daya dari jala-jala ke kit praktikum. Pastikan juga multimeter analog dan multimeter digital ditinggal-kan dalam keadaan mati (selektor menunjuk ke pilihan off) dan tertutup kover-nya. 55. Periksa lagi lembar penggunaan meja. Praktikan yang tidak menandatangani lembar
penggunaan meja atau membereskan meja ketika praktikum berakhir akan mendapatkan potongan nilai sebesar minimal 10.
56. Pastikan asisten telah menandatangani catatan percobaan kali ini pada Buku Catatan Laboratorium anda. Catatan percobaan yang tidak ditandatangani oleh asisten tidak akan dinilai.
22 Percobaan 2: Rangkaian Arus Searah dan Nilai Statistik Resistansi
Percobaan 2: Rangkaian Arus Searah dan
Nilai Statistik Resistansi
1. Tujuan
1. Memahami penggunaan teorema Thevenin dan teorema Norton pada rangkaian arus searah
2. Memahami Teorema Superposisi 3. Memahami Teorema Resiprositas
4. Dapat merancang Rangkaian Pembagi Tegangan 5. Memahami rangkaian resistor seri dan paralel 6. Memahami nilai statistik resistansi
2. Persiapan
Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul rangkaian DC ini. Kerjakan tugas pendahuluan dan kumpulkan sesuai ketentuan yang berlaku.
Teorema Thevenin
Suatu rangkaian aktif (dengan sumber tegangan dan/ atau sumber arus dependen maupun independen) yang bersifat linier dengan 2 kutub (terminal) a dan b, dapat diganti dengan suatu tegangan VT seri dengan resistor RT.
a b VT RT a b Rangkaian aktif linier
Gambar 2Error! No text of specified style in document.-1 Konsep Teorema Thevenin
VT = tegangan pada a-b dalam keadaan tanpa beban (open circuit) = VOC
RT = resistansi pada a-b “dilihat” kearah rangkaian dengan semua sumber independen diganti dengan resistansi dalamnya.
Percobaan 2: Rangkaian Arus Searah dan Nilai Statistik Resistansi 23
Teorema Norton
Suatu rangkaian aktif (dengan sumber tegangan dan atau sumber arus dependen maupun independen) yang bersifat linier dengan 2 kutub (terminal) a dan b, dapat diganti dengan satu sumber arus IN paralel dengan satu resistor dengan resistansi RN.
a b RN a b Rangkaian aktif linier IN +
Gambar 2Error! No text of specified style in document.-2 Teorema Norton
IN = arus melalui a-b dalam keadaan hubung singkat (short circuit) = ISC
RN = resistansi pada a-b “dilihat” ke arah rangkaian dengan semua sumber independen diganti dengan resistansi dalamnya.
Teorema Superposisi
Prinsip superposisi menyebabkan suatu rangkaian rumit yang memilki sumber tegangan/arus lebih dari satu dapat dianalisis menjadi rangkaian dengan satu sumber. Teorema ini menyatakan bahwa respon yang terjadi pada suatu cabang, berupa arus atau tegangan, yang disebabkan oleh beberapa sumber (arus dan/atau sumber tegangan) yang bekerja bersama-sama, sama dengan jumlah masing-masing respon bila sumber tersebut bekerja sendiri dengan sumber lainnya diganti oleh resistansi dalamnya.
Ketika menentukan arus atau tegangan dari satu sumber tertentu, semua tegangan independen digantikan dengan hubung singkat dan semua sumber arus independen