• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persiapkan Diri Hadapi PHPU Legislatif 2014, MK Gelar Workshop Pegawa

S

ekretaris Jenderal Mahkamah Konstitusi (MK) Janedjri M. Gaffar membuka secara resmi acara Workshop Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilu (PHPU) Legislatif 2014 bagi Pegawai Mahkamah Konstitusi, pada Jumat (7/2) sore di Gedung Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi, Cisarua, Bogor.

“Hasil Rapat Permusyawaratan Hakim beberapa waktu yang lalu telah disepakati Peraturan Mahkamah Konstitusi tentang Pedoman Beracara dalam Perselisihan Hasil Pemilu Anggota DPR, DPRD dan DPD. Dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi yang baru, yang Insya Allah akan ditandatangani Ketua MK, ada beberapa penyempurnaan,”

kata Janedjri di hadapan para pejabat maupun pegawai MK.

Penyempurnaan itulah yang disampaikan dalam workshop, terutama bagi mereka yang berada di garis terdepan pelayanan persidangan. Penyempurnaan Peraturan MK itu, kata Janedjri, tidak hanya terkait dengan norma yang terdapat dalam pengaturan perselisihan hasil Pemilu. Lebih jauh dari itu, dalam Peraturan MK yang baru, sudah dicantumkan 11 pedoman. “Pedoman yang berjumlah 11 itulah yang harus kita ketahui bersama,” ucap Janedjri kepada para peserta workshop.

Di antaranya, MK telah menyusun dan menyepakati Pedoman Penyusunan Permohonan untuk Partai Politik. Di

Menghadapi Pemilu 2014 yang akan berlangsung sebulan lagi, Mahkamah Konstitusi (MK) terus melakukan beberapa persiapan termasuk mengadakan workshop bagi para pegawai. Dalam workshop tersebut, para pegawai disosialisasikan Pedoman Beracara dalam Perselisihan Hasil Pemilu Anggota DPR, DPRD dan DPD yang telah disempurnakan.

Sekjen MK Janedjri M. Gaffar (tengah) didampingi Panitera MK Kasianur Sidauruk (kanan) menjadi narasumber Workshop Penyelesaian Perselisihan hasil Pemilu (PhPU) Legislatif 2014, pada Jumat (7/2) sore di Gedung Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi, cisarua, Bogor.

humas mK/hendy

dalamnya, ada perseorangan calon anggota DPR dan DPRD. Berikutnya, ada Pedoman Penyusunan Keterangan Pihak Terkait Partai Politik, juga Pedoman Penyusunan Keterangan Pihak Terkait Perseorangan Calon Anggota DPR dan DPRD. Bahkan MK juga sudah menyusun Pedoman Jawaban Termohon.

“Di samping materi Pedoman Penyusunan Permohonan, dalam

workshop ini juga akan diberikan materi tentang Teknik Draft Putusan. Dalam Rapat Permusyawaratan Hakim telah disepakati, dengan adanya perubahan Peraturan MK tentang Pedoman Beracara dalam PHPU Anggota DPR, DPRD, DPD Tahun 2014, membawa konsekuensi logis

Peserta Workshop saat melakukan simulasi Penyelesaian Perselisihan hasil Pemilu (PhPU) Legislatif 2014.

humas mK/hendy

sistematika format dari putusan MK,” ungkap Janedjri.

Dalam peraturan MK tentang Pedoman Penyelesaian PHPU yang baru, terdapat pengaturan terhadap peluang perselisihan antar calon anggota legislatif dalam satu partai pada dapil yang sama, Untuk itu, perseorangan calon anggota DPR dan DPRD diberi legal standing. Begitu juga untuk perseorangan calon anggota DPRA dan DPRK, diberi legal standing untuk mengajukan permohonan kepada Mahkamah, bersengketa sesama calon dalam satu parpol di dapil yang sama. Namun ada persyaratan, dalam Peraturan MK diatur bahwa perseorangan calon anggota DPR, DPRD serta

DPRA dan DPRK dapat mengajukan permohonan perselisihan hasil Pemilu apabila telah memperoleh persetujuan secara tertulis dari DPP parpol.

Berikutnya, untuk Pihak Terkait yang berkepentingan dengan permohonan Pemohon. Apabila ada perseorangan calon anggota DPR dan DPRD provinsi, kabupaten/kota, serta DPRA dan DPRK akan menjadi Pihak Terkait, yang bersangkutan harus mendapat persetujuan secara tertulis dari DPP parpolnya dan harus diajukan DPP parpolnya. Selanjutnya, ungkap Janedjri, ada pihak baru dalam Peraturan MK yakni pemberi keterangan, dalam hal ini Bawaslu. Mahkamah Konstitusi dapat memanggil Bawaslu untuk diminta keterangan terkait penyelenggaraan Pemilu. Kemudian yang perlu dipahami bersama, ada sedikit perubahan dari Pedoman Beracara yang lama. Pertama, untuk tata cara pengajuan permohonan. Permohonan ini diajukan oleh peserta Pemilu setelah pengumuman penetapan perolehan suara hasil pemilu secara nasional oleh KPU.

Simulasi Penyusunan Permohonan

Selain memahami pengawas perkara secara konseptual, para pegawai MK juga dilatih untuk mengetahui hal-hal teknis terkait PHPU 2014. Hal-hal teknis tersebut di antaranya praktik penyusunan permohonan, draft putusan dan tabulasi data.

“Begitu kita masuk kepada teknik-teknik penyusunan permohonan, jawaban Termohon, keterangan Pihak Terkait, diserahkan kepada para peserta itu sendiri. Supaya mereka memberikan masukan-masukan, sehingga permohonan sesuai dengan yang diharapkan MK dengan berpedoman kepada Peraturan MK tentang PHPU Legislatif 2014,” urai Panitera MK Kasianur Sidauruk.

Selain itu, lanjut Kasianur, untuk membantu petugas kepaniteraan dan panitera pengganti MK dalam membuat sistematika putusan, MK juga membuat draft putusan sebagai pedoman, petunjuk kepada para panitera pengganti yang ikut menangani persidangan tentang perkara- perkara yang diserahkan kepada para panitera pengganti MK tersebut.“Jadi ini sebenarnya hanya untuk persiapan- persiapan MK dalam hal menunjang keberhasilan Pemilu Legislatif 2014,” kata Kasianur.

Selain melakukan praktik

penyusunan permohonan, draft Putusan dan tabulasi data, para peserta juga dilatih untuk membuat model dari manajemen perkara dan manajemen persidangan, maupun membuat gugus tugas baru untuk menunjang pelaksanaan kegiatan tersebut. “Para peserta kita

bagi menjadi tiga kelompok, mulai dari penerimaan permohonan sampai persidangan, agar mereka semua siap menghadapi Pemilu 2014,” ucap Kasianur.

“Kita semua di sini mempersiapkan simulasinya, tidak boleh hanya satu atau dua kali. Apalagi terdapat hal yang baru dari Peraturan MK, sehingga kita perlu ada penguasaan terhadap Peraturan MK tersebut sebagai bekal melaksanakan tugas dan tanggung jawab menghadapi Pemilu 2014,” jelas Kasianur.

Mengenai tahap-tahap simulasi penyusunan permohonan, draft putusan, tabulasi data, dimulai dari penguasaan manajemen perkara dan manajemen persidangan. Setelah itu berlanjut kepada peserta dilatih untuk membuat teknik- teknik penyusunan permohonan.

“Para peserta harus tahu teknik- teknik penyusunan permohonan. Bagaimana mereka dihadapkan nanti ketika menerima permohonan? Mereka mau mengolah apa dari permohonan, kalau tidak dibekali dengan semacam workshop seperti ini,” tandas Kasianur yang juga menjelaskan bahwa usai praktik ini akan dilanjutkan presentasi dari para peserta.

AKSI

Kunjungan

Harjono: Harus Ada Finalitas dalam