• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA TEORITIK dan KERANGKA BERFIKIR

2.2 Perspektif Guru

Menurut Ardianto dan Q-Anes(2007), Perspektif adalah suatu cara pandang atau sudut pandang terhadap sesuatu.Menurut Martono(2010) Perpektif adalah suatu cara pandang terhadap suatu masalah yang terjadi, atau sudut pandang tertentu yang digunakan dalam melihat suatu fenomena. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Perspektif memiliki arti sudut pandang atau cara pandang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993: 288) guru adalah orang yang pekerjaan nya, mata pencahariannya, dan profesinya mengajar. Sedangkan dalam Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Menurut Noor Jamaluddin (1978: 1) Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri. Perspektif guru merupakan cara pandang atau sudut pandang terhadap asumsi yang dilakukan oleh guru. Asumsi ini berupa cara pandang dalam menilai berbagai gejala yang terjadi berdasarkan keyakinan orang yang memandang hal tersebut.

Di tengah maraknya degradasi moral, guru memiliki peran yang sangat vital dalam membentuk karakter anak. Salah satunya melalui pendidikan karakter. Menurut Rahendra Maya(2013) guru sangat berperan dalam pembentukan karakter anak,walaupun di era modern saat ini peran guru sebagai sumber informasi dapat digantikan oleh teknologi namun esensi utamanya tidak dapat dihilangkan sama sekali, yaitu untuk mendidik atau memanusiakan manusia secara manusiawi, spesifiknya dalam membentuk karakter anak didik. Perubahan karakter anak didik merupakan hakekat inti dari sebuah pendidikan, dan ini merupakan visimisi utama yang diemban oleh pendidikan karakter. Dalam pendidikan karakter, esensi, peran dan fungsi guru sangatlah kompleks dan bervarian, di antara yang utamanya adalah sebagai teladan, inspirator, motivator, dinamisator dan evaluator. Guru Muslim adalah

guru teladan yang berkarakter, baik dalam perspektif umum maupun dengan berlandaskan kepada ajaran Islam.

Menurut Hartati Widiastuti(2012) Guru perlu mengembangkan nilai-nilai karakter dalam dirinya dan memilik peran penting dalam pembentukan karakter siswa. Guru perlu memiliki karakter yang kuat dan positif untuk dapat membentuk siswa yang berkarakter. Mereka tidak hanya menjadi pendidik dan pengajar bagi siswa, namun mereka mampu menjadi teladan bagi siswa.

Menurut Raharjo(2010) Guru memiliki peran dalam membentuk karakter siswa melalui berbagai macam interaksi yang terjadi antara guru dan murid baik dalam kegiatan belajar mengajar maupun diluar kegiatan belajar mengajar. Didalam kegiatan belajar-mengajar guru seharusnya menyisipkan nilai-nilai karakter dalam setiap mata pelajaran, sedangkan diluar kegiatan belajar mengajar guru memberikan teladan dalam sikap dan perbuatannya.

Guru memiliki peran yang sangat vital dalam membentuk karakter anak. Baik melalui kegiatan belajar mengajar maupun kehidupan sehari-hari. Peran guru sebagai pendidik tidak dapat digantikan oleh alat atau teknologi, Guru juga harus memposisikan sebagai teladan untuk anak didiknya.

2.3 Kurikulum

2.3.1 Pengertian Kurikulum

Kurikulum berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Sedangkan menurut Dr.H.Nana Sudjana (2005) Kurikulum merupakan niat & harapan yang dituangkan kedalam bentuk rencana maupun program pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik di sekolah. Kurikulum sebagai niat & rencana, sedangkan pelaksaannya adalah proses belajar mengajar. Yang terlibat didalam proses tersebut yaitu pendidik dan peserta didik.

Sedangkan menurut Hilda Taba, Kurikulum dianggap sebagai a plan of learning yang artinya bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh peserta didik.

2.3.2 Komponen-Komponen Kurikulum

Kurikulum sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan satu dengan lain. Subandiyah (1993: 4-6) mengemukakan ada 5 komponen kurikulum, yaitu

1. komponen tujuan

Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. 2. komponen isi/materi

Komponen isi/materi merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa.

3. komponen media (sarana dan prasarana)

Komponen media merupakan komponen yang berhubungan dengan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran.

4. komponen strategi

Komponen strategi merupakan komponen yang berhubungan dengan strategi yang digunakan dalam pembelajaran.

5. komponen proses belajar mengajar.

Komponen Proses belajar mengajar merupakan komponen yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran.

Sedangkan menurut Nana Sudjana (1991: 21). Mengemukakan ada 4 komponen dalam kurikulum, yaitu:

1. Komponen Tujuan

Komponen tujuan tentunya harus mengacu pada pencapain tujuan pendidikan nasional, sebagaimana tercantum dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1989 18 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam skala luas, tujuan kurikulum berkaitan dengan

nilai yang dipercaya masyarakat dan menggambarkan suatu masyarakat yang di cita-citakan sedangkan dalam arti sempit kurikulum berhubungan dengan visi dan misi sekolah dan yang lebih sempit meliputi tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.

2. Isi dan materi

Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap materi pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

3. Strategi dan metode

Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum.

4. Evaluasi.

Dalam konteks kurikulum, evaluasi kurikulum didefinisikan sebagai rangkaian membandingkan realisasi masukan (input), proses, keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar kurikulum. Evaluasi kurikulum berfungsi untuk

menilai keberhasilan pelaksaan kurikulum yang diterapkan pada jenjang pendidikan.

2.3.3 Fungsi Kurikulum

Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan.

Fungsi kurikulum berdasarkan stakeholder-nya diuraikan berdasarkan sudut pandang pihak penggunanya yaitu peserta didik, pendidik, kepala sekolah, orang tua, sekolah yang berada di atasnya, masyarakat pemakai lulusan (Abdullah Idi, 2007):

a. Bagi peserta didik, kurikulum berfungsi sebagai bahan pengalaman belajar atau sebagai konten untuk dipelajari.

b. Bagi pendidik, kurikulum berfungsi sebgai pedoman kerja dalam mengorganisasi pengalaman belajar dan pedoman untuk mengadakan evaluasi perkembangan peserta didik.

c. Bagi kepala sekolah, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melakukan supervisi pembelajaran, pedoman evaluasi atas kemajuan pembelajaran, dan dijadikan bahan kajian untuk pengembangan kurikulum di masa yang akan datang.

d. Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai alat komunikasi orang tua dengan sekolah tentang pendidikan putra-putrinya.

e. Bagi sekolah yang berada di atasnya, kurikulum berfungsi sebagai pemeliharaan kesinambungan proses pembelajaran dan dijadikan indikator untuk meningkatkan mutu pendidikan.

f. Bagi masyarakat pemakai lulusan, kurikulum berfungsi sebagai bagian dari bukti akuntabilitas sekolah kepada pengguna lulusan.

Fungsi kurikulum berdasarkan wilayah pengembangan peserta didik dikemukakan oleh McNeil dalam Wina Sanjaya (2008) yaitu bahwa kurikulum memiliki empat fungsi: fungsi pendidikan umum, suplementasi, eksplorasi, dan keahlian.

a. Sebagai fungsi pendidikan umum (common and general education), Kurikulum memiliki fungsi untuk memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik agar mampu menginternalisasi nilai-nilai dalam kehidupan dan memahami setiap hak dan kewajiban sebagai warga negara.

b. Sebagai fungsi suplementasi (supplementation), kurikulum dapat menambah kemampuan peserta didik sehingga potensi, bakat, dan minatnya berkembang.

c. Sebagai fungsi eksplorasi (exploration), kurikulum dapat dijadikan instrumen dalam memotivasi, menemukan, dan mengembangkan bakat dan minat peserta didik. Kurikulum akan mampu memberi pelayanan pengembangan potensi dari setiap perbedaan peserta didik.

d. Sebagai fungsi pengembangan keahlian (specialitation), kurikulum dapat mengembangkan keahlian khusus peserta didik (spesialisasi). Fungsi pada wilayah ini adalah menyiapkan peserta didik untuk memiliki life skill untuk dapat diterima di dunia kerja.

Fungsi kurikulum sebagai pengorganisasian proses belajar. Pendapatnya mengacu pada Alexander Inglis dalam Abdullah Idi (2007) yaitu bahwa kurikulum memiliki fungsi:

a. Penyesuaian (the adjustive or adaptive function) yaitu fungsi kurikulum agar peserta didik mampu menyesuaikan diri dalam kehidupannya. Masyarakat yang terus berubah menjadi tantangan bagi kurikulum agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam menyiapkan peserta didik.

b. Integrasi (the integrating function) yaitu fungsi kurikulum dalam memberi pendidikan yang utuh kepada peserta didik, artinya tidak hanya aspek intelektualnya juga aspek sikap dan keterampulannya. c. Diferensiasi (the differentiating function) yaitu fungsi kurikulum

dalam memahami peserta didik dan memberi pelayanan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

d. Persiapan (the preparation function) yaitu fungsi kurikulum dalam menyiapkan peserta didik agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan atau mampu membekali peserta untuk dapat belajar sepanjang hayat di lingkungan masyarakatnya.

e. Pemilahan (the selective function) yaitu fungsi kurikulum dalam memberi kesempatan kepada peserta didik sesuai minat dan bakatnya. Dengan demikian, kurikulum harus dirancang secara fleksibel untuk melayani semua peserta didik.

f. Diagnostik (the diagnostic function) yaitu fungsi kurikulum sebagai instrumen ntuk mengenal berbagai kekuatan dan kelemahan peserta didik. Dengan ini, kurikulum dapat berperan sebagai solusi dalam mengatasi kelemahan dan mengembangkan kekuatan ke arah yang lebih sinergi.

2.3.4 Tujuan Kurikulum

Dalam sistem pendidikan di Indonesia tujuan pendidikan bersumber kepada falsafah Bangsa Indonesia. Di Indonesia ada 4 tujuan utama yang secara hirarki sebagai baerikut:

a. Tujuan Nasional

Dalam Undang-undang No. 2 tahun 1980 tentang sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan nasional disebutkan Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan. Kesehatan asmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tariggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu lembaga pendidikan, umpamanya MI. MTs, MA, SD, SMP, SMA, dan sebagainya.

c. Tujuan Kurikuler

Tujuan kurikuler adalah penjabaran dan tujuan kelembagaan pendidikan (tujuan institusiorial). Tujuan kurikuler adalah tujuan di bidang studi atau mata pelajaran sehingga mencerminkan hakikat keilmuan yang ada di dalamnya. Secara operasional adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik setelah mempelajari suatu mata pelajaran atau bidang studi tersebut.

d. Tujuan Instruksional

Tujuan instruksional dijabarkan dari tujuan kurikuler. Tujuan ini adalah tujuan yang langsung dihadapkan kepada anak didik sebab harus dicapai oIeh mereka setelah menempuh proses belajar-mengajar.

Dokumen terkait