• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses rekrutmen merupakan politik partai politik mnerupakan ajang untuk mendapatkan Calon yang terbaik. Untuk mendapatkan Calon yang dinginkan maka perlu dibuk persyaratan-persyaratan yang menjadi patokan dalam menentukan pilihan. Syarta-syarat yang harus di penuhi berupa syarat-syarat UU Nomor. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan syarat-syarat yang dibuat oleh partai.

1. Persyaratan umum

Persyaratan Calon kepala daaerah dan Wakil Kepala Daerah sesuai pasal 58 Undang-Undang Nomor. 32 tahun 2004 yaitu sebagai berikut:

1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

a. Setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah.

b. Berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan tingkat atas dan/atau sederajat.

c. Berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun pada saat pendaftaran.

d. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim dokter.

e. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan

tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau lebih.

f. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

g. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di daerahnya. h. Menyerahkan daftar kekayaan pribadi dan bersedia untuk diumumkan. i. Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan negara.

j. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

k. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela.

l. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau bagi yang belum mempunyai NPWP wajib mempunyai bukti pembayaran pajak.

m. Menyerahkan daftar riwayat hidup lengkap yang memuat antara lain riwayat pendidikan dan pekerjaan serta keluarga kandung, suami atau istri.

n. Belum pernah menjabat sebagai Kepala Daerah atau Wakil Kepala Daerah selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama. o. Tidak dalam status sebagai Penjabat Kepala Daerah.

2. Persyaratan khusus

Persyaratan khusus bagi kader maupun non kader Partai GOLKAR untuk menjadi kepala daera atau Calon Wakil Kepala Daerah dari Partai GOLKAR adalah :

1. Mengakar:

a. Memiliki integritas moral yang baik b. Tokoh yang populer

c. Menjadi panutan 2. Berkemampuan :

a. Pendidikan diutamakan lebih tinggi dari SLTA atau sederajat b. Berpengalaman luas dibidang sosial kemasyarakatan

c. Memiliki prestasi, dedikasi, disiplin, loyalitas, dan tanpa cela. Diutamakan yang tidak memiliki masalah hukum

d. Untuk Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah usianya maksimal 65 tahun.

e. Memiliki dukungan politik yang luas secara nyata di daerahnya, sesuai hasil survei dan pengkajian oleh lembaga survei independen yang ditunjukan oleh DPP Partai GOLKAR

3. Bersedia melaksanakan visi, misi dan platform perjuangan Partai GOLKAR serta memiliki komitmen untuk memajukan Partai GOLKAR 4. Menyampaikan kelengkapan administsasi berikut:

a. Surat pernyataan kesediaan yang bersangkutan sebagai Calon Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah.

b. Surat pernyataan tidak pernah mengundurkan diri dari sebagai Calon c. Surat pernyataan kesanggupan mengundurkan diri dari jabatan apabila

terpilih menjadi Kepala Daerah atau Wakil Kepala Daerah sesuai peraturan perundang-undangan

d. Surat pernyataan mengundurkan diri dari jabatan negeri bagi calon yang berasal dari pegawai negeri sipil, anggota TNI, dan anggota POLRI.

e. Surat pernyataan tidak aktif dari jabatannya bagi pimpinan DPRD tempat yang bersangkutan menjadi Calon di daerah yang menjadi wilayah kerjanya.

f. Surat pemberitahuan kepada pimpinan bagi anggota DPR, DPD, DPRD, yang mencalonkan diri sebagai Calon Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah.

g. Surat pernyataan mengundurkan diri dari jabatan tim pilkada Kabupaten bagi Calon yang berasal dari pimpinan Partai GOLKAR yang juga duduk sebagai pimpinan atau anggota Tim Pemilukada Kabupaten

h. Surat pernyataan mengundurkan diri untuk sementara dari jabatan ketua DPD Partai GOLKAR Kabupaten, terhitung sejak mulai tanggal pendaftaran di sekretariat Tim Pemilukada Kabupaten sampai dengan penetapan Calon Kepala Daerah atau Wakil Kepala Daerah dari Partai GOLKAR.

H. Gambaran Umum DPD I Partai Golongan Karya (GOLKAR) Provinsi Lampung

Adanya pengurus daerah Partai Golongan Karya Provinsi Lampung sudah cukup lama hal ini terbukti dari Musyawarah Kerja Nasional (MUKERNAS) pertama, yang berlangsung pada tanggal 9 sampai dengan 11 Desember 1965. Dalam

MUKERNAS I yang memilih tema “Konsolidasi Organisasi dan Partisipasi

Terhadap Timbulnya Orde Baru” yang dihadiri 160 organisasi fungsional tingkat

pusat dan 13 Pengurus Daerah Sekertariat Bersama (SEKBER) GOLKAR salah satu diantaranya Pengurus Daerah Lampung.

Pada tahun 1971 SEKBER GOLKAR mendapat kepercayaan terbesar dari rakyat melalui pemilihan umum. Tepatnya pada tanggal 17 Juli 1971, diambil langkah awal dengan menyelenggarakan musyawarah SEKBER GOLKAR di Jakarta. Kemudian dituangkan dalam bentuk Keputusan Ketua Umum SEKBER GOLKAR Nomor : KEP/101/VII/GOLKAR1971, tanggal 17 Agustus 1971. Keputusan tersebut diantaranya berisikan sebagai berikut : 1. Nama SEKBER GOLKAR diganti menjadi GOLKAR (Golongan Karya); 2. Struktur organisasi terdiri dari Pusat, Daerah Tingkat I, dan Daerah Tingkat II.

Berdasarkan isi dari Keputusan Ketua Umum SEKBER GOLKAR Nomor : KEP/101/VII/GOLKAR1971 di Provinsi Lampung membentuk Dewan Pengurus Daerah (DPD) Tingkat I. Sekertariat Dewan Pengurus Daerah (DPD) tingkat I Provinsi Lampung beralamat di Jalan Ir. H. Juanda No. 7B Pahoman, Bandar Lampung. Pada saat ini Provinsi Lampung memiliki 15 DPD tingkat II yang berada di setiap kabupaten/kota yang ada di Provinsi Lampung.

Dewan Pengurus Daerah (DPD) tingkat I Provinsi Lampung memiliki 86 personalia dalam struktur organisasi partai. Komposisi personalia DPD I Partai GOLKAR Provinsi Lampung terdiri dari Ketua, Wakil Ketua Bidang, Sekertaris, Wakil Sekertaris, Bendahara, Wakil Bendahara, Ketua Bagian-Bagian dan Anggota Bagian, Komperwil Lampung I, Komperwil Lampung II, dan Komperwil Lampung III. Berdasarkan Keputusan Dewan Pimpinan Pusat Partai Golongan Karya, Nomor : KEP-14/DPD/GOLKAR/IV/2015 tentang Pengesahan Perubahan Komposisi dan Personalia Dewan Pimpinan Daerah Partai GOLKAR Provinsi Lampung dan Perpanjangan Masa Bhakti Kepungurusan DPD Partai GOLKAR Provinsi Lampung. Adapun sebagai berikut :

KOMPOSISI DAN PERSONALIA DEWAN PIMPINAN DAERAH

PARTAI GOLKAR PROVINSI LAMPUNG MASA BAKTI 2009-2015

No NAMA JABATAN

1. M. Alzier Dianis Thabranie, SE, SH Ketua

2. Asep Yani Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Daerah

3. Dr. H. Yuria Putra Tubarad, M.Si Wakil Ketua Bidang Kaderisasi dan Keanggotaan 4. Ir. H. Indra S. Ismail, MM Wakil Ketua Bidang Pemenangan Wilayah

5. H. Achmad Junaidi Sunardi, SH Wakil Ketua Bidang Hubungan Lembaga Eksternal 6. Drs. I Made Bagiasa Wakil Ketua Bidang Infokom dan Penggalangan

Opini

7. Hj. Ririn Kuswantari, S.Sos Wakil Ketua Bidang Perempuan 8. H. Rycko Menoza SZP, SE, SH, MBa Wakil Ketua Bidang Kepemudaan

9. Herwan Saleh, SE Wakil Ketua Bidang Pelajar, Mahasiswa dan LSM 10. Taren Sembiring Wakil Ketua Bidang Pekerja, Tani, dan Nelayan

11. Nedi Heryadi, SH, MH Wakil Ketua Bidang Kesra dan Kerawanan Sosial 12. Hj. Nuraini Effendi Wakil Ketua Bidang Koperasi dan UKMB

13. Kh. M. Basyir, S.Pd.I Wakil Ketua Bidang Keagamaan 14. M. Rosmala Dewi Anwar, SH, MH Wakil Ketua Bidang Hukum dan HAM

15. Himawan Ali Imron, S. Fil Wakil Ketua Bidang Diklat, Litbang dan Kajian 16. Hj. Fauzia Muhajir Utomo, SH Wakil Ketua Bidang Seni Budaya

17. A. Rahman Rusli Wakil Ketua Bidang Kerjasama dan Ormas 18. Ir. H. Irsanudin Sagala Wakil Ketua Bidang Energi dan SDM 19. H. Iberahim Bastari Sekretaris

20. Bakdiana Kurnianti, SE Wakil Sekretaris

21. Supriadi Hamzah Wakil Sekretaris

22. Hj. Husmiyati Syohmin, SH Wakil Sekretaris 23. Suwondo Anwar WS, S.I.Kom Wakil Sekretaris

24. Muhidin, S.Sos Wakil Sekretaris

25. Ir. Fatmawati Wakil Sekretaris

26. Drs. Lahmuddin Kadir Wakil Sekretaris 27. Drs. Achmad Hasan Wakil Sekretaris 28. Asep Kholis, S.Ag Wakil Sekretaris 29. Drs. H. Subadra Yani Wakil Sekretaris

30. Suryantina Wakil Sekretaris

31. Sefi Anggraini, SE Bendahara

32. Dasril Yanto, S.Sos Wakil Bendahara 33. H. M. Diza Noviandi, ST, M.Sc Wakil Bendahara

34. Zainab Pertiwi Wakil Bendahara

35. Lukse Tobing Wakil Bendahara

36. Sukawari Wakil Bendahara

37. Hj. Suharjinah Wakil Bendahara

38. Richard Ardiyanto, SPt Wakil Bendahara

39. A. Faanzir Zarami, S.Ag Ketua Biro Organisasi dan Daerah 40. Hendarto Nawawi Anggota Biro Organisasi dan Daerah

41. Indra Caya Anggota Biro Organisasi dan Daerah

42. Dhebuay Umpuse Hatang Ketua Biro dan Kaderisasi dan Keanggotaan 43. Djujun Djuansyah Anggota Biro dan Kaderisasi dan Keanggotaan 44. Citra Dewi Anggota Biro dan Kaderisasi dan Keanggotaan

45. H. Mas‟ad Wahyudi, SE Korpemwil Lampung I : Kabupaten Lampung

Selatan

46. Drs. Samidar, MM Korpemwil Lampung I : Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Pringsewu

47. Legio, BP, SH Korpemwil Lampung I : Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran

48. Suminta, Ba Korpemwil Lampung II : Kabupaten Lampung Timur

49. H. Sabki Korpemwil Lampung II : Kabupaten Tulang

Bawang

50. H. Daryanto Dahlir, SE Korpemwil Lampung II : Kabupaten Tulang Bawang Barat dan Kabupaten Mesuji

51. Drs. Rahmat Kartolo Korpemwil Lampung III : Kabupaten Way Kanan

52. Kartubi Korpemwil Lampung III : Kabupatejn Lampung

Utara dan Kabupaten Lampung Barat

53. Drs. I Nyoman Suryana Korpemwil Lampung III: Kab. Lampung Tengah

54. Nurlela Korpemwil Lampung III : Kota Metro

55. Buchori Muzamil, SH Ketua Biro Infokom dan Penggalangan Opini 56. Jaya Dikari Anggota Biro Infokom dan Penggalangan Opini

57. Syahroni Yusuf Anggota Biro Infokom dan Penggalangan Opini

58. Dra. Kusmawati Ketua Biro Perempuan

59. Lusi Aprilia Anggota Biro Perempuan

60. Dian Novita Anggota Biro Perempuan

61. Slamet Rasyid Ketua Biro Kepemudaan

62. M. Rasyid Nawawi Anggota Biro Kepemudaan

63. Sulistiana Anggota Biro Kepemudaan

64. Novriwan Ismail Ketua Biro Pelajar, Mahasiswa dan LSM 65. Sudarmono Saputra Anggota Biro Pelajar, Mahasiswa dan LSM 66. Muklis Wertha Anggota Biro Pelajar, Mahasiswa dan LSM 67. Helida Heliyanti Sukri, SE Ketua Biro Pekerja, Tani dan Nelayan 68. Hanu Kuncoro Anggota Biro Pekerja, Tani dan Nelayan 69. Dani Suwira Anggota Biro Pekerja, Tani dan Nelayan 70. Ayu Kartika Puspa, S.Kom, M.T Ketua Biro UKM dan Besar

71. Siti Masitoh Anggota Biro UKM dan Besar

72. R. Hendro Martono Anggota Biro UKM dan Besar 73. Miraya Z. Besila, SH Ketua Biro Koperasi

74. Kusmedi Salim, SE Anggota Biro Koperasi

75. Helen Hitriyani Anggota Biro Koperasi

76. Iwan Zulfikar, SE Ketua Biro Keagamaan dan Seni Budaya

77. Laila Wati Anggota Biro Keagamaan dan Seni Budaya

78. H. H. Fachruddin Al Abidi, SH Ketua Biro Kesra dan Kerawanan Sosial 79. Drs. Sayuti Zuhri Anggota Biro Kesra dan Kerawanan Sosial

80. Fasni Bima Anggota Biro Kesra dan Kerawanan Sosial 81. Wiliyus Prayietno, SH, MH Ketua Biro Hukum dan HAM

82. Nazaruddin, SH Anggota Biro Hukum dan HAM

83. Bambang Handoko, SH, MH Anggota Biro Hukum dan HAM 84. Afdal, S.Pd.I Ketua Biro Diklat, Litbang, dan Kajian 85. Octavian Toro Dianto Anggota Biro Diklat, Litbang, dan Kajian

86 M. Riva‟i Anggota Biro Diklat, Litbang, dan Kajian

(Sumber : DPD I Partai Golongan Karya Provinsi Lampung 2015)

Tabel 1 : Komposisi Dan Personalia Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Provinsi Lampung Masa Bakti 2009-2015

Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golongan Karya Provinsi Lampung dalam perkembangannya tentunya tidak selalu berjalan dengan lancar dan sesuai keingingan. Konflik internal Partai Golongan Karya di Dewan Pimpinan Daerah di Provinsi Lampung pun mewarnai perkembangannya di Provinsi Lampung. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari harian online lampungekspresnews.com edisi Senin, 11 Januari 2010 pukul 10:57 WIB menyebutkan suatu berita yang berjudul Edi Sutrisno : Saya Sudah Cape !: SEDIKITNYA tiga kali Ketua DPD II Partai Golkar Kota Bandarlampung Eddy

Sutrisno mengucapkan kalimat “saya sudah cape” dalam jumpa pers yang digelar

di kantor DPD II tersebut, Sabtu (9/1) lalu. Kalimat yang menggambarkan betapa dirinya sudah kesal berada dalam pusaran konflik antara DPD II dengan DPD I Partai Golkar Provinsi Lampung tersebut diucapkan datar saja, nyaris tanpa ekspresi.

Bahkan secara terbuka Mas Tris, sapaan akrab walikota Bandarlampung itu, menyatakan dirinya siap keluar dari Golkar manakala memang terbukti telah melakukan pelanggaran terhadap aturan partai. Jauh sebelumnya Mas Tris juga mengatakan bagi dirinya diusung atau tidak oleh Partai Golkar dalam pemilihan walikota dan wakil walikota Bandarlampung mendatang, bukanlah sebuah persoalan.

bisa dilihat secara parsial bahwa dirinya menyerah sehingga legowo untuk keluar

dari Golkar. Pernyataan itu justru menegaskan jika dirinya siap „bertarung‟ untuk

membuktikan bahwa apa yang dilakukannya selama ini tidak melanggar aturan partai.

“Selama ini saya diam saja. Saya sudah cape. Tetapi mereka (DPD I, red) terus

mencari-cari kesalahan saya,” urai Mas Tris.

Dalam jumpa pers yang diadakan sehari sebelum musda Partai Golkar Kota Bandarlampung versi DPD I digelar, Mas Tris menegaskan jika konflik saat ini bukan didasari adanya pelanggaran terhadap aturan partai seperti berulangkali disuarakan Ketua DPD I Partai Golkar Lampung M Alzier Dianis Thabranie. Konflik itu dipicu keinginan DPD I agar dirinya tidak lagi menjadi ketua DPD II dan tidak menggunakan perahu Partai Golkar dalam pilwakot

“Awalnya saya dikatakan melanggar aturan partai hanya karena saya dicalonkan

oleh Partai Demokrat. DPD I kemudian memecat saya. Karena tidak terbukti saya melanggar aturan partai, DPP kemudian menganulirnya dengan menerbitkan surat No B.145/DPP/GOLKAR/XII2009 yang dikeluarkan tanggal 24 Desember lalu. Surat itu secara tegas menyatakan saya tidak melanggar aturan partai. Disebutkan juga pada poin ketiga, DPD I tidak boleh membatasi para pengurusnya untuk membuat kesepakatan dengan partai lain sebelum penetapan bakal calon oleh Partai Golkar sendiri,” papar Mas Tris.

Menurut Mas Tris, surat DPP itu sengaja tidak dibeberkan saat islah karena dirinya dipesan oleh Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie. Setelah dilakukan islah, DPD II kemudian menggelar musda sebagaimana diamanatkan DPP pada tanggal 29 Desember 2010. Seluruh tahapan musda pun telah dilakukan sesuai ketentuan partai.

Namun lagi-lagi DPD I menganulirnya. Bahkan DPD II ganti memecat Sekretaris DPD II Khairul Bakti dengan alasan yang bersangkutan rangkap jabatan karena telah ditunjuk menjadi pengurus di DPD I. Mas Tris menilai, pemecatan Khairul Bakti juga tidak memiliki landasan yang kuat.

“Mereka (DPD I, red) hanya ingin Eddy Sutrisno tidak lagi menjadi ketua Golkar

Kota Bandarlampung dan tidak dicalonkan oleh Partai Golkar pada pemilihan walikota. Itu saja agendanya. Alasan bahwa saya melanggar aturan partai, saudara Khairul rangkap jabatan dan sebagainya hanya alasan yang dicari-cari untuk sebuah pembenaran atas sesuatu yang keliru. Masa kita mau mengikuti sesuatu yang tidak benar? Partai Golkar adalah partai milik masyarakat, bukan milik perorangan. Jangan dianggap semua yang dimaui DPD I dan saudara Alzier itu

benar,” tegas Mas Tris.

Kini dipastikan konflik di internal Golkar Lampung bakal makin panjang. Jika dicermati secara seksama, dipastikan Mas Tris tidak akan menyerah begitu. Sebab secara tersirat Mas juga mengatakan jika dirinya siap untuk fight. “Saya memang sudah tua. Pada tahun 1971 saja saya sudah menjadi saksi untuk Sekber (Sekretaris Bersama- cikal bakal Partai Golkar, red) dalam pemilu. Tapi kalau melawan yang muda-muda, saya juga siap. Mungkin bahkan saya lebih siap (bertarung) dibanding yang muda-muda,” tegas Mas Tris. (LE-yonbayu)”

http://www.lampung-news.com/article/Politik/5299/1/print/ diakses pada Tanggal 4 Juli 2015 Pukul 08.17 WIB

Selain pemberitaan diatas ada pemberitaan yang lain yang mengatakan bahwa konflik internal di Dewan Pimpinan Partai (DPD) Partai Golongan Karya Provinsi Lampung terjadi. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari harian online republika.co.id edisi Selasa, 17 Maret 2015 pukul 13:00 WIB menyebutkan suatu berita yang berjudul Konflik Golkar, Anak 'Kudeta' Posisi Bapak.

“Politik tak mengenal istilah kawan dan lawan. Yang ada hanyalah kepentingan. Kisruh di tubuh Partai Golkar antara kubu Ketua Umum DPP hasil Munas Bali, Aburizal Bakrie, dengan Ketua Umum DPP hasil Munas Ancol, Agung Laksono, turut berdampak kepada perseteruan Heru Sambodo dengan ayahnya, Dianis Thabranie.

Heru merupakan Ketua Fraksi Partai Golkar di DPRD Kota Bandar Lampung. Sejak Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly mengeluarkan surat yang mengesahkan Golkar pimpinan Agung Laksono, Heru terpaksa meninggalkan pilihan politik bapaknya yang berkiblat kepada kubu Ical.

Pilihan politik tersebut bertepuk kedua tangan. Agung Laksono menunjuknya untuk duduk di jabatan Ketua Umum DPD I Golkar Lampung Munas Ancol. Dia menjabat sebagai pelaksana tugas untuk menggantikan bapaknya, Alzier Dianis Tabranie.

Cikal bakal perbedaan politik bapak-anak ini sudah terlihat menjelang pemilihan anggota legislatif lalu. Heru yang menjabat Ketua DPD II Golkar Lampung, selalu berseberangan dengan bapaknya selaku Ketua DPD I. Saat Munaslub DPD II Golkar Lampung dihelat, Heru terjegal. Posisinya digantikan Toni Eka Chandra. Namun, Heru masih duduk di kursi DPRD Kota Bandar Lampung, untuk periode

yang kedua.

Alzier yang dikenal sangat sayang kepada anak-anaknya, tidak terpengaruh dengan langkah politik mereka. Menurut dia, urusan politik adalah politik, bukan untuk memisahkan anggota keluarga. Dia tetap mendorong Heru untuk menuju dunia politik. Alzier ingin menyumbangkan pengalamannya yang sudah malang melintang di kancah politik, termasuk menjadi calon gubernur yang gagal dilantik di era Presiden Megawati Soekarnoputri pada Desember 2002.

Meski demikian, sikap Alzier kukuh. Dia yakin, kader, pengurus, dan anggota DPRD se-Lampung tetap solid menyikapi perbedaan yang terjadi di tubuh partai berlambang beringin tersebut, baik nasional maupun lokal. Menurutnya, semua kader, pengurus, dan anggota dewan tetap mendukung kepemimpinan Aburizal Bakrie (Ical) sebagai ketua umum.

“Sampai saat ini, kami, kader dan pengurus, termasuk anggota dewan dari Golkar masih solid mendukung ARB,” kata Alzier Dianis Thabranie kepada Republika,

Senin (16/3). Ia mengatakan, surat Menkumham bukan surat keputusan, apalagi

penetapan kubu Agung Laksono yang sah. “Jangan seolah-olah surat

Menkumham itu sudah mendapat pengesahan dari pemerintah (kubu Agung

Laksono),” katanya. Apalagi, kata dia, DPP PG sudah mengajukan gugatan

Heru mengambil pilihan berbeda. Atas sikapnya itu, Agung Laksono pun menghadiahi Heru kursi empuk DPD I Lampung. Menurut DPP versi Agung, ujarnya, Ketua Umum DPD I PG Lampung (Alzier), tidak mampu menjalankan roda organisasi dengan baik. “Mungkin DPP melihat DPD I tidak ada program dan grand desain untuk membesarkan partai, yang ada memecat kader

berprestasi,” katanya.

Dia mengaku akan memperkuat kepengurusan DPD I setelah keluarnya surat Menkumham. Ia mengatakan, nama-nama yang akan masuk kepengurusan DPD I masih dalam pembahasan. Yang jelas, ungkap dia, nama-nama koordinator daerah

kabupaten/kota akan masuk dalam jajaran pengurus. “Sudah banyak yang ingin

merapat ke kubu Agung,” katanya.”

http://www.republika.co.id/berita/koran/politik-koran/15/03/17/nlcfqz-

konflikgolkar-anak-kudeta-posisi-bapak diakses pada tanggal 4 Juli 2015 Pukul 08.45 WIB.

Berdasarkan pemberitaan yang ada diatas, pemeberitaan tersebut memberikan gambaran bahwa dinamika di Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golongan Karya Provinsi Lampung dalam hal mengalami konflik internal partai. Dalam hal ini membuktikan bahwa konflik internal yang terjadi di Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golongan Karya Provinsi Lampung bukan baru pertama kali terjadi. Konflik internal Partai Golongan Karya di Dewan Pimpinan Daerah (DPD) di Provinsi pada Tahun 2009 merupakan konflik internal antara Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Provinsi Lampung yakni DPD I Partai Golongan Karya Provinsi Lampung dengan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Kota Bandar Lampung yakni DPD II Partai Golongan Karya Kota Bandar Lampung. Dalam hal ini merupakan konflik yang ditimbulkan di daerah, yang dalam penyelesaiannya melibatkan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golongan Karya.

Berbeda dengan konflik internal yang terjadi pada tahun 2009. Pada tahun 2014 Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golongan Karya mengalami konflik internal kembali. Akan tetapi konflik internal yang terjadi sekarang ini merupakan dampak yang diberikan dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golongan Karya kepada Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golongan Karya Provinsi Lampung. Dalam konflik internal ini merupakan konflik internal perpanjangan tangan dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) agar dapat memberikan kekuatan terhadap kelompok yang berkonflik di pusat.

Jadi, konflik internal di Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golongan Karya Provinsi Lampung bukanlah konflik internal yang pertama kali menimpa partai ini. Meskipun konflik internal yang terjadi pada saat ini merupakan konflik internal yang terlama dan panjang serta memberikan dampak buruk yang besar terhadap Partai Golongan Karya sendiri.

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat penulis simpulkan bahwa:

Konflik internal Partai Golongan Karya yang berada di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) terjadi karena syarat kepentingan pribadi, perbedaan kepentingan, ambisius pribadi, perbedaan pendapat, rasa tidak puas, keinganan kelompok kepentingan, gaya kepempinan yang tidak baik, pemanfaatan keadaan, prestasi yang hilang dan berkurang, sehingga hal tersebut dapat memicu untuk terjadinya konflik internal partai. Konflik yang terjadi di Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Provinsi Lampung yang merupakan dampak yang nyata dari konflik internal yang terjadi di Dewan Pimpinan Pusat.

Selain merupakan implikasi dari konflik internal di Dewan Pimpinan Pusat (DPP), konflik yang terjadi di Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Provinsi Lampung juga dilatar belakangi oleh beberapa hal yaitu perbedaan kepentingan, ambisius pribadi, perbedaan pendapat, rasa kekecewaan, keinganan, gaya kepempinan yang tidak baik, pemanfaatan keadaan, yang berakibat terjadinya konflik internal partai Partai Golongan Karya di Provinsi Lampung.

Dalam hal ini penulis menggunakan teori eksistensi partai politik yang dikemukakan oleh Randall dan Svansand dalam teori ini memiliki empat kriteria

Dokumen terkait