HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian
3. Persyaratan Melakukan Uji-t Paired Sample T-Test
Uji Paired Sample t-test adalah uji perbedaan rata-rata dua sample berpasangan atau uji paired sample t-test digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan Mean untuk dua sampel bebas (Independen) yang berpasangan. Adapun
Pretest 0 50 100 TM M FA AM M FY T V M E PA FN P CP N UI PR RI NM MP AP 46 48 49 55 50 63 57 62 58 60 59 54 58 51 86 89 74 81 82 94 83 98 85 100 91 79 93 87 Pretest Posttest
yang dimaksud dengan berpasangan adalah data pada sample kedua merupakan perubahan / perbedaan dari data sample pertama atau dengan kata lain sebuah sample dan subjek sama mengalami dua perlakuan.
Analisis dalam uji Paired Sample t-test melibatkan dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap suatu pengaruh atau perlakuan tertentu, apabila suatu perlakuan tidak memberi pengaruh maka perbedaan rata-rata adalah NOL. Melakukan uji t Paired Sample t-test diperlukan data berskala interval atau rasio yang dalam SPSS disebut dengan Scale dan pengujian teradap sample tersebut dilakukan 2 kali (sebelum,sesudah perlakuan) dalam kurun waktu yang berbeda.
Adapun dasar penggunaan uji-t Paired Sample t-test ialah observasi/penelitian untuk masing-masing data, perbedaan rata-rata harus berdistribusi normal.Seperti halnya uji statistic parametik lainnya, uji Paired Sample t-test menggunakan persyaratan data yang digunakan harus berdistribusi normal.Uji normalitas bisa dilakukan dengan melihat nilai Score atau Skewness, Kolmogorov Smirnov dan lain sebagainya.
Untuk penelitian kali ini peneliti melakukan uji normalitas dengan melihat nilai Shapiro-Wilk dikarenakan jumlah subjek kurang dari 50. Dasar pengambilan keputusan adalah berdasarkan probabilitas > 0,0561. Jika didapatkan hasil dari uji normalitas di atas probabilitas atau P > 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa sample
61
berdistribusi Normal. Berikut peneliti paparkan hasil uji normalitas dengan melihat nilai Shapiro-Wilk :
Tabel 10 Hasil Uji Normalitas Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
pretest .134 14 .200* .724 14 .318
posttest .165 14 .200* .663 14 .212
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Dari tabel 7 diatas diketahui bahwa nilai sig Shapiro-Wilk adalah lebih besar dari nilai probabilitas 0,05. Maka dapat di simpulkan bahwa sample pada penelitian ini berdistribusi normal. Berikut peneliti tampilkan grafik normalitas.
4. Uji Pengaruh Psikodrama Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Peserta Didik Kelas VIII SMPN 8 Bandar Lampung. T.P 2018/2019
Uji pengaruh Psikodramadalam meningkatkan kecerdasan emosional peserta didikdapat dilihat dari gain score sebelum dan sesudah pelaksanaan konseling. Sebelum dilakukan perbandingan score terlebih dahulu dilakukan uji t untuk mengetahui penngaruh Psikodrama dalam meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik.
a. Uji pengaruh Psikodrama dalam meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik secara keseluruhan
Hipotesis yang dianjurkan dalam penelitian ini adalah :
Ha : konseling kelompok dengan teknik Psikodrama tidak berpengaruh dalam meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik kelas VIII SMPN 8 Bandar Lampung
Ho : konseling kelompok dengan teknik Psikodrama berpengaruh dalam meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik kelas VIII SMPN 8 Bandar Lampung
Untuk mengetahui apakah konseling kelompok dengan teknik Psikodrama berpengaruh dalam meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik dan seberapa besar skor stres belajar sebelum diberikan layanan konseling dan setelah diberikan layanan konseling dilakukan dengan menggunakan rumus analisis data t-test, dengan
nilai distribusi yang ditentukan yaitu derajat kebebasan (df) N-1=14-1=13 dengan taraf signifikan (α) 0,5. Adapun hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut :
Ho : µ1 = µ0
Ha : µ1 = µ0
Berdasarkan hasil uji t paired samples t-test, Konseling kelompok dengan teknik Psikodrama dalam meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik, penghitungan kecerdasan emosional peserta didik dilakukan dengan menggunakan
SPSS for windows reliase 20, di dapat hasil sebagai berikut :
Tabel 11
Hasil Ujit Paired Samples T-Test Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviati on Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 pretest - posttest 3.44444 1 5.80336 1.38133 27.3801 2 21.50877 8.968 13 .000
Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa t adalah 8.968 mean 4.4444, kemudian thitung dibandingkan dengan ttabel dengan ketentuan thitung > ttabel (8.969 > 2.309), dengan demikian kecerdasan emosional peserta didik kelas VIII SMPN 8 Bandar
Lampung mengalami perubahan setelah diberikan konseling kelompok dengan teknik
Psikodrama. Dan sig 0,00< α= 0.05 Jadi dapat disimpulkan bahwa Konseling
kelompok dengan teknik Psikodrama berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik kelas VIII SMPN 8 Bandar Lampung.
Dari hasil uji t, hasil yang diperoleh menunjukkan adanya perubahan skor kecerdasan emosional setelah diberikan layanan Konseling kelompok.Peserta didik yang pada awalnya memiliki skor rendah, setelah diberikan layanan konseling mengalami peningkatan skor.
B. Pembahasan
Berdasarkan analisis data di atas, terdapat peningkatan kecerdasan emosional peserta didik kelas VIII SMPN 8 Bandar Lampung setelah dilakukan kegiatan konseling kelompok dengan teknik Psikodama.Hasil analisis data penelitian diketahui bahwa hasil posttest masing-masing peserta didik lebih tinggi, terdapat peningkatan kecerdasan emosional dibandingkan dengan hasil pretest.
Hasil pelaksanaan konseling kelompok dievaluasi dengan melakukan penilaian hasil yaitu dilihat dari bagaimana siswa tersebut berpikir, merasa, bersikap, bertindak, dan bertanggung jawab. Penilaian proses dilihat saat mengikuti konseling kelompok dan pada saat proses belajar berlangsung, siswa yang tadinya tidak bisa mengontrol emosinya, setelah mengikuti konseling kelompok teknik psikodrama peserta didik tersebut mampu mengontrol emosi lebih baik lagi, yang awalnya motivasi dalam diri rendah, susah berkosentrasi, setelah mengikuti konseling
kelompok teknik psikodrama peserta didik tersebut lebih mampu berkosentrasi dan mampu menumbuhkan motivasi dalam diri.
Hal ini berarti bahwa konseling kelompok teknik psikmodrama dapat meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik.Konseling kelompok merupakan upaya pemberian bantuan kepada peserta didik melalui kelompokuntuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, mampu membuat keputusan yang tepat, serta untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman terhadap diri sendiri, dan lingkungannya dalam menunjang terbentuknya perilaku yang lebih efektif.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Dewa Ketut Sukardi konseling kelompok adalah sebagai usaha bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan pada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya. Suasana kelompok yang dimaksudkan adalah di mana antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok lainnya saling bekerja sama dan berinterksi untuk memecahkan permasalahan yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.62Upaya meningkatkan kecerdasan emosional pada siswa dalam kegiatan konseling kelompok ini memanfaatkan dinamika kelompok yang ada di dalam kelompok.Dinamika kelompok merupakan suasana yang hidup, yang berdenyut, yang bergerak, yang berkembang, yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama anggotakelompok.
Layanan konseling kelompok dapat diartikan sebagai suatu upaya
62
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h. 106.
pembimbing atau konselor yang membantu memecahkan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan secara optimal.63
Berdasarkan penjelasan tersebut maka pada kegiatan konseling kelompok ini anggota kelompok saling memberikan informasi atau memberikan tanggapan mengenai permasalahan kecerdasan emosional yang dihadapi oleh anggota kelompok.Pemberikan informasi dan tangggapan ini terlihat ketika salah satu anggota kelompok mengalami permasalahan tidak bisa mengontrol emosi dengan baik, dan anggota yang lainnya memberikan tanggapan serta saran mengenai permasalahan kecerdasan emosional.Dalam kegiatan konseling kelompok terlihat adanya komunikasi yang terjalin di dalam kelompok, dimana komunikasi merupakan salah satu faktor terjadinya interaksi sosial. Selain hal tersebut, kesempatan saling mengemukakan pendapat, tanggapan dan berbagai reaksi nyata secara timbal balik yang terjadi di dalam kelompok dapat melatih anggota kelompok untuk mampu terlibat dalam kelompok, bersikap mandiri dan mampu memberikan pengarahan kepada orang lain, serta memberikan kasih sayang dan perhatian kepada oranglain.
Selain adanya kesempatan saling mengemukakan pendapat, tanggapan dan reaksi yang terjadi secara timbal balik yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa, dalam kegiatan konseling kelompok yang memanfaatkan dinamika
63
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah ( Berbasis Integrasi ), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h. 171.
kelompok ini terdapat aspek-aspek psikologis yang tersentuh dalam kegiatan ini yang dapat meningkatkan interaksi sosial yaitu diantaranya adalah komunikasi, konflik, kerjasama, rasa percaya, keterbukaan, perwujudan diri, saling ketergantungan, umpan balik, dan kelompok yang efektif dan yang kurang efektif.64
Manifestasi dari aspek psikologis itu dapat terlihat setelah siswa mengikuti kegiatan konseling kelompok. Seperti siswa lebih berperilaku baik, bertutur kata lembut, berpikir yang matang sebelum bertindak, tidak lagi marah-marah, saling menghormati terhadap teman yang lainnya, rajin dalam mengerjakan tugas, memberikan motivasi terhadap teman-temannya, saling tolong menolong, dan bersikap kekeluargaan. Hal ini menggambarkan bahwa kecerdasan emosi peserta didik telah meningkat dibandingkan sebelumnya. Selain itu juga siswa lebih dapat bekerja sama dengan orang lain, hal ini terlihat dari siswa ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan kelompok seperti ikut menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan oleh guru. Setelah mengikuti konseling kelompok siswa juga mulai terlihat lebih terbuka kepada orang lain seperti siswa yang sebelumnya tidak memiliki teman dekat di dekat sudah terlihat mulai terbuka untuk berteman dengan teman, selain itu juga siswa terlihat sudah mampu menerima dan memberikan masukan atau pendapat kepada oranglain.
Selain memanfaatkan dinamika kelompok dalam peningkatan kecerdasan emosional pada peserta didik juga menggunakan teknik diskusi dan bermain peran
64
Sitti Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelomppok ( Bandung: PT Refika Aditama, 2009), h.5.
(psikodrama) dalam usaha meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik. Melalui konseling kelompok teknik diskusi dapat mendorong individu untuk berkomunikasi dengan efektif, bersedia berdiskusi secara bebas, sehingga saling pengertian, saling membantu dalam mencapai perubahan sikap. Teknik diskusi ini digunakan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh anggota kelompok.Diskusi ini dilakukan dengan anggota lainnya memberikan masukan atau pendapatnya berdasarkan pengalaman yang pernahdialami.65
Sedangkan pada teknik psikodrama individu dapat berpartisipasi secara aktif dan mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama dan anggota bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.Dalam suasana seperti itu peserta didik dapat belajar lebih baik dan sungguh- sungguh. Dalam kegiatan konseling kelompok ini teknik psikodrama digunakan untuk mengatasi permasalahan mengarahkan dan mengembangkan emosi yang bersifat agresif, mudah marah, sering berkelahi, kurangnya motivasi belajar, susah dalam berkosentrasi, susah dalam memusatkan perhatiannya ketika proses belajar berlangsung, individualisme, acuh terhadap temannya, tidak menghargai dan menghormati pendapat orang lainnya, kurangnya sikap tolong menolong, tidak adanya rasa empati, sering mengejek teman,
Psikodrama adalah upaya pemecahan masalah melalui drama, drama yang didramakan adalah masalah-masalah psikis yang dialami individu.Siswa yang
65
mengalami masalah tersebut disuruh memerankan suatu peranan.Dengan memerankan peran tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam diri individu dapat dikurangi.Kepada sekelompok siswa dikemukakan cerita yang menggambarkan adanya suatu ketegangan psikis yang dialami individu.Selanjutnya siswa diminta untuk mendramakannya.
Dengan demikian psikodrama (bermain peran) ini dapat digunakan dalam meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik, kegiatan ini juga telah dibuktikan keefektipannya pada penelitian Novi Okta Alfasnur, yang menyatakan psikodrama efektif untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa kelas VIII SMPN 1 Sleman. Dimana ia menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali emosi perasaan sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi sendiri dan kemapuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya peningkatan kestabilan emosi, hasil analisis subjek mengalami perubahan tingkah laku yang ditunjukan dengan subjek tidak mudah tersinggung, mau menerima kritik dan saran, tidak mudah terpengaruh ajakan teman, mudah tersenyum, tidak mudah murung,mantap dalam mengambil keputusan, mudah bergaul dengan teman, menghargai orang lain, semangat dalalm belajar. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan subjek dapat mencapai kestabilan emosi.66
bisa menggunakan ruang BK saat pelaksanaan kegiatan konseling kelompok
66Linda Dewi Sholikhah, “Psikodrama untuk Meningkatkan Kestabilan Emosi pada Siswa
karena ruang BK dipakai untuk konseling individu dan digunakan untuk rapat, namun kondisi ini dapat teratasi dengan memanfaatkan ruang kelas, dan musholasekolah.
Berdasarkan bahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok teknik psikodrama dapat meningkatkan kecerdasan emosionalsiswa