BAGIAN III SANITASI BANGUNAN
2. PERSYARATAN PLAMBING DALAM GEDUNG
Sistem air minum harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan sumber air minum, kualitas air bersih, sistem distribusi, dan penampungannya.
Sumber air minum dapat diperoleh dari sumber air berlangganan dan/atau sumber air lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai pedoman dan standar teknis yang berlaku.
Perencanaan sistem distribusi air minum dalam bangunan gedung harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.
Penampungan air minum dalam bangunan gedung diupayakan sedemikian rupa agar menjamin kualitas air.
Penampungan air minum harus memenuhi persyaratan kelaikan fungsi bangunan gedung.
o Kualitas air minum mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan sistem Air Minum dan Permenkes 907/2002, sedangkan instalasi perpipaannya mengikuti Pedoman Plambing;
o SNI 03-6481-2000 Sistem Plambing 2000, atau edisi terbaru.
o Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
Sistem pembuangan air limbah dan/atau air kotor harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya.
Pertimbangan jenis air limbah dan/atau air kotor diwujudkan dalam bentuk pemilihan sistem pengaliran/pembuangan dan penggunaan peralatan yang dibutuhkan.
Pertimbangan tingkat bahaya air limbah dan/atau air kotor diwujudkan dalam bentuk sistem pengolahan dan pembuangannya.
Air limbah yang mengandung bahan beracun dan berbahaya tidak boleh digabung dengan air limbah domestik.
Air limbah yang berisi bahan beracun dan berbahaya harus diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Air limbah domestik sebelum dibuang ke saluran terbuka harus diproses sesuai dengan pedoman dan standar teknis yang berlaku.
Persyaratan teknis air limbah harus mengikuti:
o SNI 03-6481-2000 Sistem plambing 2000, atau edisi terbaru;
o SNI 03-2398-2002 Tata cara perencanaan tangki septik dengan sistem resapan, atau edisi terbaru;
o SNI 03-6379-2000 Spesifikasi dan pemasangan perangkap bau, atau edisi terbaru; o Tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem pembuangan air
limbah dan air kotor pada bangunan gedung mengikuti standar baku serta ketentuan teknis yang berlaku.
o Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
[1] Persyaratan Sistem Plambing dan Alat Plambing
Pada semua bangunan gedung harus disediakan sistem plambing guna membuang air limbah dari semua alat plambing dan menyalurkan air dingin atau air panas ke semua alat plambing.
o Persyaratan dan Sifat Mutu Bahan
Bahan perlengkapan dan sistem plambing Konsultasi dengan pejabat yang berwenang Petunjuk Teknis dari Pabrik
Syarat penempatan jumlah dan jenis alat plambing Rumah tinggal Rumah susun Hunian usaha Hunian niaga Hunian industri Hunian gudang Hunian kumpulan Hunian ibadah Sekolah Hunian lembaga
Hunian lembaga selain rumah sakit Rumah sakit
RUmah sakit jiwa
Lembaga pemasyarakatan
Kolam renang dan pemandian umum Rumah makan, kantin, dan kafetaria Dapur rumah makan atau kantin Berbagai macam hunian
Kemungkinan terkena bahan-bahan berbahaya atau suhu sangat tinggi Cara basah untuk mengurangi debu
[2] Alat Plambing, Perangkap Alat Plambing dan Alat Penangkap o Mutu alat plambing
o Kloset dan Peruterasan Jenis Kloset
Gambar 00. Berbagai jenis kloset duduk dan jogkok Jenis Peruterasan
Gambar 00. Peruterasan Palung Kloset umum
Kloset anak-anak Tempat duduk kloset
Dinding dan lantai peruterasan Penggelontoran
o Alat Penggelontor
Kapasitas tangki penggelontor Tangki penggelontor terpisah
Pipa penggelontor dan penyambungan Katup bola
Katup penggelontor pada tangki Peluap dalam tangki
Gambar 00. Peluap dalam tangki Katup yang dihubungkan langsung ke sistem penyediaan air o Bak cuci tangan
Lubang pembuangan
Penempatan bak cuci tangan majemuk o Bak mandi
Lubang pembuangan dan peluapan
o Dus
[3] Sistem Penyediaan Air Minum
[5] Bahan
3. PERSYARATAN INSTALASI GAS MEDIK
Persyaratan ini berlaku wajib untuk fasilitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, rumah perawatan, fasilitas hiperbarik, klinik bersalin. dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Bila terdapat istilah gas medik atau vakum, ketentuan tersebut berlaku wajib bagi semua sistem perpipaan untuk oksigen, nitrous oksida, udara tekan medik, karbon dioksida, helium, nitrogen, vakum medik untuk pembedahan, pembuangan sisa gas anestesi, dan campuran dari gas-gas tersebut. Bila terdapat nama layanan gas khusus atau vakum, maka ketentuan tersebut hanya berlaku bagi gas tersebut.
Sistem yang sudah ada yang tidak sepenuhnya memenuhi ketentuan ini boleh tetap digunakan sepanjang pihak yang berwenang telah memastikan bahwa penggunaannya tidak membahayakan jiwa.
Potensi bahaya kebakaran dan ledakan yang berkaitan dengan sistem perpipaan sentral gas medik dan sistem vakum medik harus dipertimbangkan dalam perancangan, pemasangan, pengujian, pengoperasian dan pemeliharaan sistem ini.
Identifikasi dan pelabelan sistem pasokan terpusat (sentral).
o Silinder dan kontainer yang boleh digunakan harus yang telah dibuat, diuji, dan dipelihara sesuai spesifikasi dan ketentuan dari pihak berwenang.
o Isi silinder harus diidentifikasi dengan suatu label atau cetakan yang ditempelkan yang menyebutkan isi atau pemberian warna pada silnder/tabung sesuai ketentuan yang berlaku.
o Sebelum digunakan harus dipastikan isi silinder atau kontainer.
o Label tidak boleh dirusak, diubah atau dilepas, dan fiting penyambung tidak boleh dimodifikasi.
o
Pengoperasian sistem pasokan sentral.
o Harus dilarang penggunaan adaptor atau fiting konversi untuk menyesuaikan fiting khusus suatu gas ke fiting gas lainnya.
o Hanya silinder gas medik dan perlengkapannya yang boleh disimpan dalam ruangan tempat sistem pasokan sentral atau silinder gas medik.
o Harus dilarang penyimpanan bahan mudah menyala, silinder berisi as mudah menyala atau yang berisi cairan mudah menyala, di dalam ruangan bersama silinder gas medik.
o Diperbolehkan pemasangan rak kayu untuk menyimpan silinder gas medik.
o Bila silinder terbungkus pada saat diterima, pembungkus tersebut harus dibuang sebelum disimpan.
o Tutup pelindung katup harus dipasang erat pada tempatnya bila silinder sedang tidak digunakan.
o Penggunaan silinder tanpa penandaan yang benar, atau yang tanda dan fiting untuk gas spesifik yang tidak sesuai harus dilarang.
o Unit penyimpan cairan kriogenik yang dimakudkan memasok gas ke dalam fasilitas harus dilarang digunakan untuk mengisi ulang bejana lain penyimpan cairan.
Perancangan dan pelaksanaan.
Lokasi untuk sistem pasokan sentral dan penyimpanan gas-gas medik harus memenuhi persyaratan berikut:
o Dibangun dengan akses ke luar dan masuk lokasi untuk memindahkan silinder, peralatan, dan sebagainya.
o Dijaga keamanannya dengan pintu atau gerbang yang dapat dikunci, atau diamankan dengan cara lain.
o Jika di luar ruangan/bangunan, harus dilindungi dengan dinding atau pagar dari bahan yang tidak dapat terbakar.
o Jika di dalam ruangan/bangunan, harus dibangun dengan menggunakan bahan interior yang tidak dapat terbakar atau sulit terbakar, sehingga semua dinding, lantai, langit-langit dan pintu sekurang-kurangnya mempunya tingkat ketahanan api 1 jam.
o Dilengkapi dengan rak, rantai, atau pengikat lainnya untuk mengamankan masing-masing silinder, baik yang terhubung maupun tidak terhubung, penuh atau kosong, agar tidak roboh.
o Dipasok dengan daya listrik yang memenuhi persyaratan sistem kelistrikan esensial. o Apabila disediakan rak, lemari, dan penyangga, harus dibuat dari bahan tidak dapat
terbakar atau bahan sulit terbakar.
o Persyaratan instalasi gas medik harus mengikuti SNI 03-7011–2004 Keselamatan pada bangunan fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
4. PERSYARATAN PENYALURAN AIR HUJAN
Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah, dan ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota.
Setiap bangunan gedung dan pekarangannya harus dilengkapi dengan sistem penyaluran air hujan.
Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diresapkan ke dalam tanah pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur resapan sebelum dialirkan ke jaringan drainase lingkungan/kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang dapat diterima, maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan cara lain yang dibenarkan oleh instansi yang berwenang.
Sistem penyaluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah terjadinya endapan dan penyumbatan pada saluran.
Persyaratan penyaluran air hujan harus mengikuti:
o SNI 03-4681-2000 Sistem plambing 2000, atau edisi terbaru;
o SNI 03-2453-2002 Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan, atau edisi terbaru;
o SNI 03-2459-2002 Spesifikasi sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan, atau edisi terbaru;
o Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem penyaluran air hujan pada bangunan gedung;
o Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
5. PERSYARATAN FASILITAS SANITASI DALAM BANGUNAN GEDUNG (Saluran Pembuangan Air Kotor, Tempat Sampah, Penampungan Sampah, Dan/Atau Pengolahan Sampah)
Sampah yang dihasilkan pada suatu bangunan memiliki dua jenis yakni sampah organic dan sampah anorganik. Sampah organik merupakan sisa pemakaian barang yang berasal dari bahan-bahan organik seperti sisa sayuran, sisa daging hewan, kertas, serta potongan kayu. Sampah anorganik merupakan sisa pemakaian kegiatan sehari-hari yang tidak dapat diuraikan bakteri pada tanah seperti metal, kaca, plastik, dan kain. Pada bangunan tempat tinggal, sistem pembuangan sampah dapat dilakukan melalui pengumpulan sampah dari rumah pada bak sampah kemudian dibawa truk sampah untuk dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Sebaiknya pada bangunan ini telah menyediakan tempat pemilahan sampah berdasarkan jenisnya.
Gambar 27. Skema Proses Pengolahan Sampah dari Bangunan Tempat Tinggal
Pada bangunan berlantai banyak, sistem pembuangan sampah dapat melalui pengumpulan sampah di setiap lantai kemudian diturunkan ke lantai dasar menggunakan shaft sampah untuk selanjutnya dibawa ke tempat pembuangan akhir.
Gambar 28. Skema Proses Pembuangan Sampah pada Bangunan Berlantai Banyak
Sumber: Pynkyawati dan Wahadamaputera, 2015
Beberapa syarat untuk shaft sampah harus terpenuhi supaya jalur sampah ke loading dock di lantai dasar tidak tersumbat, antaranya:
Bahan pelapis dinding bersifat licin supaya mudah dibersihkan,
Terdapat ventilasi di atap yang menghubungkan jalur shaft dengan udara bebas, Terdapat saluran air untuk mendorong kotoran sisa yang menempel di dinding supaya
jatuh.
Sebaiknya, pada bangunan ini menyediakan mesin pengolah sampah (Pynkyawati dan Wahadamaputera, 2015).
Berdasarkan SNI 3242:2008 tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman dan British
Standard 5906:2005 pengelolaan sampah disarankan untuk dilakukan secara onsite dengan
mengumpulkan dan memilahkan serta mengolah sampah organik sendiri menjadi kompos untuk pupuk tanaman. Proses pengumpulan dan pengelolaan sampah dilakukan melalui proses:
Setiap bangunan harus memisahkan sampah perorangan berdasarkan jenisnya Setiap bangunan kemudian harus menyediakan tempat penampungan sampah berupa
bak di bawah tanah atau kontainer untuk sampah yang bisa diolah menjadi kompos dan bak berupa kontainer untuk sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir
Sistem pembuangan sampah padat direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya.
Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentuk penyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah pada masing-masing bangunan gedung, yang
diperhitungkan berdasarkan fungsi bangunan, jumlah penghuni, dan volume kotoran dan sampah.
Pertimbangan jenis sampah padat diwujudkan dalam bentuk penempatan pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak mengganggu kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya.
Ketentuan pengelolaan sampah padat
o Sumber sampah padat permukiman berasal dari: perumahan, toko, ruko, pasar, sekolah, tempat ibadah, jalan, hotel, rumah makan dan fasilitas umum lainnya. o Setiap bangunan baru dan/atau perluasan bangunan dilengkapi dengan fasilitas
pewadahan yang memadai, sehingga tidak mengganggu kesehatan dan kenyamanan bagi penghuni, masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
o Bagi pengembang perumahan wajib menyediakan wadah sampah, alat pengumpul dan tempat pembuangan sampah sementara, sedangkan pengangkutan dan pembuangan akhir sampah bergabung dengan sistem yang sudah ada.
o Potensi reduksi sampah padat dapat dilakukan dengan mendaur ulang, memanfaatkan kembali beberapa jenis sampah seperti botol bekas, kertas, kertas koran, kardus, aluminium, kaleng, wadah plastik dan sebagainya.
o Sampah padat kecuali sampah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) yang berasal dari rumah sakit, laboratorium penelitian, atau fasilitas pelayanan kesehatan harus dibakar dengan insinerator yang tidak mengganggu lingkungan.
o Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.