• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan pada umumya dinyatakan dengan mengukur kenaikan bobot badan dan biasanya dinyatakan sebagai pertambahan bobot badan harian, Pertumbuhan prasapih merupakan peningkatan bobot badan sejak lahir sampai saat sapih yang dipengaruhi oleh bobot lahir, tipe kelahiran, tipe pemeliharaan dan jenis kelamin cempe (Hardjosubroto 1994). Pertumbuhan kambing dibagi menjadi dua tahapan periode sebelum sapih dan periode setelah sapih. Pertumbuhan sebelum sapih (prasapih) merupakan periode penting karena cempe masih mendapat pengaruh material dari induknya dalam bentuk perawatan maupun air susu. Berikut ini data pertambahan bobot badan cempe yang diberi air susu sapi dan cempe yang menyusu dengan susu induknya selama 7 minggu pengamatan.

Tabel 3. Pertambahan bobot badan cempe betina yang diberi air susu sapi

No Bobot Badan Perminggu (kg)

Kambing Awal 1 2 3 4 5 6 PBB (kg) PBBH (kg) 1. Betina 3,5 3,9 4,5 5 4,5 5,5 6,5 3 0,71 2. Betina 3,5 4 4,5 4 4,5 5,5 6 2,5 0,69 3. Betina 4 4,5 5,5 6,5 6 6,5 7,5 3,5 0,83 4. Betina 4,5 5 6 6,5 7 6,5 7,5 3 0,71 5. Betina 5,5 6 7 7,5 7 7,9 9 3,5 0,83 6. Betina 5 5,5 6,5 7 6 7 8 3 0,71 Rataan 3,08 0,075

23 Tabel 4. Pertambahan bobot badan cempe jantan yang diberi air susu sapi

No Bobot Badan Perminggu (kg)

Kambing Awal 1 2 3 4 5 6 PBB (kg) PBBH (kg) 1. Jantan 3,5 4 4,5 4 5 6 7 3,5 0,83 2. Jantan 4 4,5 5 5,5 6,5 6 7 3 0,71 3. Jantan 4 5 5,5 5 6 6,5 7,5 3,5 0,83 4. Jantan 4 5 5,5 6 5,5 6,5 7,5 3,5 0,83 5. Jantan 4 5 5,5 6 5,5 6,5 7,5 3,5 0,83 Rataan 3,4 0,080

Sumber : Hasil perhitungan PBB (2015).

Tabel 5. Pertambahan bobot badan cempe betina yang menyusu pada induk

No Bobot Badan Perminggu (kg)

Kambing Awal 1 2 3 4 5 6 PBB (kg) PBBH (kg) 1. Betina 7 8 9 9,9 10,5 11,5 12,5 5,5 0,131 2. Betina 7 8 9 10 10,5 11,5 12,5 5,5 0,131 3. Betina 7 8 8,9 9,5 10,5 11,5 13 6 0,143 4. Betina 7,5 8,5 10 11 12 12,5 13,5 6 0,143 5. Betina 7,5 8,5 10 10,5 12 13 13,5 6 0,143 6. Betina 7,5 8,5 9 10 11 12 13 5,5 0,131 Rataan 5,75 0,137

Sumber : Hasil perhitungan PBB (2015).

Tabel 6. Pertambahan bobot badan cempe jantan yang menyusu pada induk No Bobot Badan Perminggu (kg)

Kambing Awal 1 2 3 4 5 6 PBB (kg) PBBH (kg) 1. Jantan 7 8 9 10 11,5 12,5 13,5 6 0,143 2. Jantan 7,5 8,5 9,5 10,5 11 12 13 5,5 0,131 3. Jantan 8 9 10 11 12 13 14 6 0,143 4. Jantan 8 9 10 11 11,5 12,5 13,5 5,5 0,131 5. Jantan 7,5 8,5 9 10,5 11,5 12,5 13,5 6 0,143 Rataan 5,8 0,138

24 Tabel 7. Rataan PBBH cempe betina dan jantan yang diberi air susu sapi

No Kambing Rataan PBBH (kg)

Diberi air susu sapi Menyusu pada induk

1 Betina 0,075 0,137

2 Jantan 0,08 0,138

Sumber : Hasil perhitungan PBB (2015).

4.2 Pembahasan

Dari hasil PKPM menunjukkan bahwa rataan PBBH cempe betina yang diberi air susu sapi lebih rendah dibandingkan cempe betina yang menyusu pada induk masing-masing adalah 0,075 kg/ekor/hari, dan 0,137 kg/ekor/hari. Hal ini karena rata-rata bobot lahir cempe betina yang menyusu pada induk lebih tinggi, dibandingkan cempe betina yang diberi air susu sapi. PBBH yang diperoleh di Peternakan Kambing Perah Rantiang Ameh lebih tinggi dari yang dikatakan Sutama dan Aka (2008) bahwa, PBBH cempe betina yang diberi air susu pengganti dan yang menyusu pada induk adalah 0,069 kg/ekor/hari dan 0,120 kg/ekor/hari.

Hardjosubroto (1994) menyatakan bahwa cempe yang memiliki bobot lahir tinggi mempunyai potensi yang besar untuk tumbuh lebih cepat, dibandingkan cempe yang memiliki bobot lahir rendah, serta daya tahan tubuh cempe yang memiliki bobot lahir tinggi akan lebih baik dibandingkan pada cempe yang memiliki bobot lahir rendah, sehingga dapat dikatakan apabila bobot lahir tinggi maka akan mempercepat bobot sapih. Ini terbukti karena cempe betina yang diberikan air susu sapi kurang agresif dan sering terlihat murung dibandingkan cempe yang menyusu pada induk.

25 Cempe jantan yang diberi air susu sapi dan yang menyusu pada induk PBBH adalah 0,080 kg/ekor/hari dan 0,138 kg/ekor/hari. PBBH yang diperoleh untuk cempe yang diberi air susu sapi lebih tinggi dari yang dikatakan oleh (Sutama, 2008) adalah 0,073 kg/ekor/hari, sedangkan cempe yang menyusu pada induk PBBH yang diperoleh sedikit lebih rendah dari yang dikatakan Aka (2008) yaitu 0,139 kg/ekor/hari.

Tingginya PBBH cempe jantan dibandingkan yang betina, baik yang diberi air susu sapi maupun yang menyusu pada induk, menurut Setiawan dan Tanius (2005), bahwa jenis kelamin juga sangat menentukan perbedaan kecendrungan pertumbuhan bobot badan (avarage daily gain), anak kambing jantan PBBH cendrung lebih tinggi dibandingkan anak yang betina.

Tingginya PBBH cempe yang menyusu pada induk dibandingkan cempe yang diberi air susu sapi, disebabkan oleh perbedaan jumlah air susu yang dapat dikonsumsi. Bila bersama induk cempe dapat setiap saat menyusu terutama pada waktu sedang lapar, sementara cempe yang dipisah dari induk akan memperoleh air susu dalam jumlah yang terbatas serta kandungan nilai gizi air susu pengganti tidak sebaik air susu induknya.

Setiawan dan Tanius (2005) menyatakan bahwa air susu kambing mempuyai komposisi nutrisi yang hampir sama dengan air susu sapi dan ASI kecuali kandungan Niacin dan beberapa mineral (Ca, P, Na dan K), dimana mineral ini berfungsi dalam mendukung pertumbuhan tulang dan gigi, serta membantu pembentukan sel-sel darah dalam jaringan. Kandungan Protein, Lemak, Kalori, Vitamin A dan B6 pada air susu kambing lebih tinggi dibandingkan pada air susu sapi, sehingga PBB anak yang menyusui pada induk

26 lebih tinggi dari pada yang diberi air susu sapi. Air susu kambing mempunyai karakteristik yang khas dan kandungan gizi yang lebih unggul dibandingkan air susu sapi.

Jennes (1980) menyatakan bahwa air susu kambing memiliki molekul lemak susu yang jauh lebih kecil dibandingkan air susu sapi sehingga lebih mudah dicerna tanpa menimbulkan diare karena air susu kambing cukup potensial untuk perbaikan nutrisi dan untuk menunjang pertumbuhan anak. Kandungan gizi dalam susu kambing dapat meningkatkan pertumbuhan anak serta membantu menjaga keseimbangan proses metabolisme.

Pemisahan anak dari induk setelah melahirkan dan kemudian diberi air susu sapi dalam dot dua kali sehari, menunujukkan pertumbuhan yang lebih lambat (75 dan 80 gram/ekor/hari), dari anak yang tetap menyusu pada induknya (137-138 gram/ekor/hari). Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan anak yang berumur satu bulan sangat bergantung pada air susu induk, kualitas air susu dan kuantitas air susu yang dikonsumsi (Ashari dkk, 2000).

Cempe yang mengkonsumsi air susu induk lebih higienis karena cempe langsung menyusu pada puting induknya, jadi kontaminasi dari udara luar tidak akan terjadi. Sebaliknya apabila cempe yang diberi air susu sapi maka kehigienisannya akan berkurang karena proses yang dilalui susu agak panjang, mulai dari pemerahan secara manual, kemudian air susu disimpan dalam frezeer dan dipanaskan. Hal ini akan mengakibatkan air susu terkontaminasi lebih tinggi serta kandungan gizi dari air susu tersebut juga akan berkurang.

27 Hardjosubroto (1994) menyatakan bahwa hal-hal yang berpengaruh terhadap PBB cempe yaitu bobot lahir, tipe kelahiran, tipe pemeliharaan dan jenis kelamin cempe. Setiawan dan Tanius (2005) menyatakan bahwa jumlah cempe tipe kelahiran tunggal menghasilkan bobot lahir yang lebih tinggi dibandingkan tipe kelahiran kembar atau dengan kata lain ada kecenderungan bahwa semakin banyak cempe dilahirkan per kelahiran maka rataan bobot lahir akan makin kecil.

28 V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya, PBBH cempe betina yang diberi air susu sapi adalah 0,075 kg/ekor/hari, dan yang menyusu pada induk dan 0,137 kg/ekor/hari. Cempe jantan yang diberi air susu sapi 0,080 kg/ekor/hari, dan yang menyusu pada induk adalah dan 0,138 kg/ekor/hari.

5.2 Saran

Disarankan kepada para peternak ruminansia, khususnya ternak kambing, sebaiknya frekuensi pemberian air susu sapi sebagai susu pengganti anak/cempe dilakukan 3 kali sehari, dengan pemberian sedikit demi sedikit tetapi berulang kali sesuai dengan kebiasaan cempe yang sering menyusu bila bersama induk, sehingga penyerapan gizi lebih sempurna dan PBB yang dihasilkan lebih optimal.

29 DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Kasinus. Yogyakarta.

Aka, R. I. Gede, S. Budisatria dan N. Ngadiono. 2008. Kinerja Induk Kambing PE Pada Pola Pemeliharaan Sistem Kandang Kelompok dan Kandang Individu di Kecamatan Turi Kabupaten Sleman. Volume 32 (3).

Ashari, T. IK Sutama. E, Juarini. O, Priyanto. 2000. Potensi Susu Kambing dan Masalah Penggembangannya.

https://www.google.com/search?q=potensi+susu+kambing+dan+masalah+ pengembagannya+pdf&ie. Diakses pada tanggal 2 juli 2015

Asih. 2004. Manajemen Ternak Perah. UNRAM Press. Mataram.

Cahyono, B. 1998. Beternak Domba dan Kambing, Cara Meningkatkan Bobot dan Analisa Kelayakan Usaha. Kasinus. Yogyakarta.

Davendra, C. dan M. Burn. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. ITB. Bandung.

Djannah, D. 1984. Beternak Kambing. CV. Yasaguna. Jakarta.

Harjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan. PT. Grasindo. Jakarta. Cetakan 1 Jennes, R. 1980. Composition and characteristic of goat milk,

http://journal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.php/Prosiding/article/viewFile/2 20/219. Diakses pada tanggal 2 juli 2015.

Mulyono, S. 2013. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya. Jakarta. Pusat Penilitian dan Pengembangan Peternakan (PUSLITBANGNAK), Akademisi, Industri dan Pengamat dibidang Persusuan, 2012.

Http://ditjennak.pertanian.go.id/berita-337-bersama-membangun-persusuan-

Nasional diakses pada tanggal 21 juni 2015.

Setiawan, T. dan Tanius, A. 2005, Beternak Kambing Perah Peranakan Etawa. Penebar Swadaya Bogor.

Sodiq, A. dan Abidin, Z. 2007. Kambing Peranakan Etawa Penghasil Susu Berkhasiat obat. PT Agro Media Pustaka. Jakarta.

Sutama, IK. T. Kostaman, IG. M. Budiarsana and D. Priyanto. 2008. Pre-Weaning

Growth Performace Of Peranakan Etawa (PE) Goat On Different Of Rearing Management System.

30 DAFTAR LAMPIRAN

`1. Foto kegiatan dikandang

a. Susu dalam frezeer b. Susu yang telah dipanaskan

c. Peralatan yang digunakan d. Pemindahan susu dalam dot

31

e. Cempe f. Pemberian susu pengganti

h. Cempe yang menyusu dengan induk g. Penimbangan BB cempe

i. Pemberian Colostrum j. Pemerahan

32 2. Profil perusahaan

Sejarah berdirinya Peternakan Kambing Perah Rantiang Ameh, dimulai dengan usaha pribadi, dengan jumlah populasi awal yaitu 20 ekor, (18 ekor betina dan 2 ekor jantan). Kemudian muncul keinginan dari masyarakat sekitar untuk ikut dalam peternakan ini, sehingga terbentuklah kelompok tani dengan anggota awal 15 orang, yang diresmikan pada bulan Desember 2010, dengan nama Kelompok Tani Rantiang Ameh. Sekarang jumlah populasi ternak kambing menjadi 125 ekor, dengan luas lahan 1 Ha (yang terdiri dari : 1. Bangunan kandang yaitu kandang laktasi/tunggal, kandang induk dan kandang pejantan/ganda, kandang cempe, dara, dan pedaging. 2. Bangunan labor, 3. Mes empat kamar) dan total pekerja 4 orang yaitu : pemerah, penyedia pakan, labor, dan pembersih kandang.

33 STRUKTUR ORGANISASI

34 4. Tata letak perusahaan

35 5 Daftar riwayat hidup

Penulis bernama lengkap “Sahaja Datutdur” dilahirkan pada tanggal 21 Januari 1994 di Kubu Langsat. Sekarang saya berdomisili di Air Panjang Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman. Penulis merupakan anak ke dua dari 4 bersaudara, dari pasangan Khairul (Ayah) dan Nurcahaya (Ibu). Penulis memulai pendidikan di sekolah dasar SD N 29 Kuamang pada tahun 2000 dan lulus pada tahun 2006. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Panti dan tamat pada tahun 2009. Tahun 2009 melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Panti dan tamat pada tahun 2012. Tahun 2012, penulis melanjutkan kejenjang perkuliahan di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh dan diterima di Program Studi Peternakan.

Dokumen terkait