• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

F. Pertanggung jawaban Mutu Skala

Sebelumnya skala yang digunakan dalam penelitian ini perlu diuji cobakan terlebih dahulu guna mendapatkan kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas) sehingga skala pengukuran dalam penelitian ini benar-benar akurat dan terpercaya (Azawar, 1999). Uji coba alat ukur dilakukan pada tanggal 20 November 2008 dengan subjek sejumlah 82 orang remaja yang tinggal daerah Gondokusuman. Uji coba penelitian ini dilaksanakan pada remaja yang berusia 11-21 tahun, dengan cara membagikan skala kepada subjek dan langsung diambil kembali setelah selesai

mengisi. Pengambilan data ujicoba peneliti dibantu oleh beberapa teman. Data yang diperoleh dari uji coba alat ukur ini dipergunakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari butir-butir aitem pada skala penelitian.

1. Validitas

Validitas adalah seberapa jauh alat ukur dapat mengukapkan dengan tepat dan dapat menunjukkan dengan sebenarnya gejala-gejala atau bagian dari gejala yang hendak diukur. Suatu alat ukur dapat memiliki validitas tinggi apabila alat tersebut mampu memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran pada alat penelitian tersebut (Kerlinger dalam Arikunto, 1989).

Validitas skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan validitas isi, validatas isi menyangkut tingkat kebenaran suatu instrumen mengukur isi (content) dari area yang akan diukur (Azwar, 2000). Validitas isi diselidiki melalui analisis rasional (professional judgement) untuk menetapkan apakah aitem memang representatif atau mewakili komponen-komponen perilaku seksual. Professional judgement dilakukan oleh orang yang sudah ahli, dalam hal ini adalah dosen pembimbing skripsi.

2. Seleksi item

Setelah melakukan uji validitas, peneliti melihat konsistensi item secara keseluruhan melalui komputasi pencarian koefisien item total yang secara umum dikenal sebagai indeks daya beda item, karena item yang konsisten adalah item yang mampu menunjukkan perbedaan antara subjek dengan indikator yang ada pada skala penelitian. Cara perhitungannya dengan mengkorelasikan skor subjek pada item tersebut dengan skor total tes. Semakin tinggi koefisien korelasinya (mendekati nilai

satu), maka semakin tinggi daya beda itemnya. Jika koefisien korelasinya rendah (mendekati nol), berarti fungsi daya beda jelak, yang berarti item tersebut tidak cocok dengan alat ukur. Namun, jika koefisien korelasinya bernilai (-), maka berarti item tersebut benar-benar jelek dan sangat tidak cocok dengan fungsi alat ukurnya sehingga harus dibuang (Azwar, 1999). Koefisien daya beda item pada penelitian ini memakai koefisian korelasiPearson Product Moment.

Langkah selanjutnya setelah proses koefisien korelasi bagian total dilakukan adalah menguji kesahihan item-item yang dinyatakan lolos uji dengan item yang koefisien korelasi item-totalnya >0.30. Jadi, jika ada aitem yang memiliki koefisien korelasi item-total <0.30 maka item tersebut tidak sahih dan harus dibuang. Apabila jumlah aitem yang lolos masih kurang mencukupi maka dapat dipertimbangkan menurunkan batas kriteria 0.30 menjadi 0.25 sehingga aitem yang diinginkan dapat tercapai (Azwar, !999).

Hasil analisis validitas skala Perilaku Seksual Remaja menunjukkan bahwa dari 48 butir aitem yang diujicobakan diperoleh koefisien korelasi aitem-total bergerak dari 0,413 ≤ rxy ≤ 0,876 (hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran). Hasil analisis validitas dapat disimpulkan bahwa semua aitem skala valid dan dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.

3. Realibilitas

Realibilitas berhubungan dengan konsistensi. Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang diukur. Reabilitas adalah kemantapan, konsistensi, preditabitas dan kejituan suatu alat tes dalam pengukuran (Kerlinger, 1985). Pengukuran yang

memiliki reliabitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliabel.

Tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas yang mendekati nilai satu berdasarkan rumus-rumus reliabilitas. Pengukuran reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan perhitungan reliabilitas koefisien alpha dari Cronbach dengan menggunakan program SPSS VERSI 11. Data untuk menghitung koefisien alpha dapat diperoleh lewat penyajian data bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada kelompok responden.

Uji reliabilitas dilakukan terhadap semua aitem valid. Analisis untuk uji reliabilitas pada alat ukur menggunakan metode penghitungan reliabilitas alpha dari Cronbach dengan bantuan program SPSS 11.0 for window. Hasil yang diperoleh adalah Skala Perilaku Seksual Remaja dengan 48 aitem mempunyai koefisien reliabilitas alpha (α) sebesar 0,978. Artinya, skala Perilaku Seksual Remaja tersebut memiliki tingkat kepercayaan 97,8 %. Atau dengan kata lain, jika dikenakan pada subjek yang berbeda 97,8 % akan memiliki hasil yang sama (hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran).

G. Analisis Data

Data perilaku remaja diolah melalui analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif menurut Sugiyono (2003) adalah statistik yang berfungsi mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan ynag berlaku untuk umum. Dalam statistik deskriptif data-data disajikan dengan tabel, distribusi frekuensi, mean, modus, grafik dan diagram.

Data yang telah diperoleh akan diskoring secara kuantitatif sesuai dengan cara penilaian terhadap skala. Skor yang didapat menunjukan tingkat perilaku seksual, asumsinya apabila skor yang diperoleh tinggi menujukkan perilaku seksual yang mengarah padacointal sex play.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN 1. Orientasi Kancah dan Pelaksanaan Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Daerah Gondomanan. Jumlah penduduk daerah Gondomanan secara keseluruhan adalah 9.035 orang kepala keluarga dan 705 kepala keluarga di antaranya masuk dalam kategori keluarga pra sejahtera. Bila ditinjau berdasarkan segi kepadatan penduduk serta survei BPS tahun 1997 tersebut maka Gondomanan termasuk kepadatan tinggi karena kepadatan penduduk mencapai 1.356,4 jiwa Per Hektar. Data ini menjadi indikator adanya pemukiman padat dengan permasalahan sosial ekonomi (BPS Yogyakarta, 2007). Kecenderungan penduduk di daerah Gondomanan adalah consolodators, yaitu penduduk yang sudah tinggal agak lama di perkotaan. Dengan statusconsolidatorsini mereka memiliki tingkat ekonomi serta status sosial kurang meskipun tidak termasuk dalam keluarga pra sejahtera (Turner dalam Yunus, 2000).

Gondomanan secara fisik digambarkan sebagai perumahan yang padat, jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain sangat berdekatan, bahkan ada yang hanya berbataskan tembok. Rumah yang memiliki halaman luas sangat jarang dijumpai karena pemukiman yang padat dan tidak seimbang dengan laju pertumbuhan mengakibatkan tidak memungkinkan pembangunan fisik secara horisontal, hal ini diatasi warga setempat dengan pembangunan fisik secara vertical (Pusat Studi Kependudukan UGM, 1983). Selain itu, letak geografis daerah Gondomanan yang

berada di dekat pusat kota Yogyakarta memberikan berbagai kemudahan bagi para remaja yang tinggal di Gondomanan untuk mengakses berbagai hiburan dan informasi seperti warnet, film,game, dansupermall.

Deskripsi social desireability dari Daerah Gondomanan sebagai pemukiman padat dan memiliki permasalahan sosial ekonomi serta kemudahan akses bagi para remaja yang tinggal di Daerah Gondomanan terhadap berbagai hiburan dan informasi, inilah yang menarik minat peneliti untuk meneliti perilaku seksual remaja yang tinggal di Daerah Gondomanan.

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 November 2008, terhadap remaja putra dan putri yang bertempat tinggal di daerah Gondomanan Rt 29 dan Rt 28, Rw 18 dengan cara membagikan skala secara langsung pada subjek. Skala penelitian ini terdiri dari dua bagian. Bagian yang pertama berisi data diri dan demografik subjek, sedangkan bagian kedua berisi skala perilaku seksual. Data penelitian diperoleh dengan cara meminta subjek mengisi skala yang berisi pernyataan mengenai seksualitas remaja. Subjek diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan keadaan diri subjek. Sebagai antisipasi agar tidak terjadi faking maka subjek diminta untuk tidak mencantumkan nama. Selain itu, sebelum subjek mengisi skala terlebih dahulu peneliti menekankan pada setiap subjek bahwa penelitian ini tidak dIgunakan untuk menilai perilaku subjek .

Subjek dalam penelitian ini berusia antara 14 hingga 21 tahun. Skala perilaku seksual remaja ini dibagikan kepada 120 orang namun skala yang kembali hanya 82 skala dengan subjek terdiri dari 30 laki-laki dan 52 perempuan. Pada penelitian ini hanya dilakukan satu kali pengambilan data sehingga data yang diperoleh digunakan

untuk tryout dan diolah sebagai data penelitian. Hal ini dikarenakan semua aitem skala ternyata valid dan memiliki reliabilitas yang cukup tinggi.

2. Deskripsi Subjek

Jumlah subjek keseluruhan dalam penelitian ini adalah 82 orang remaja yang berdomisili di daerah Gondomanan. Berikut deskripsi subjek penelitian:

Tabel 4.1

Deskripsi Subjek Penelitian (N=82)

No Karakteristik Jumlah Persentase 1 Jenis Kelamin: Laki – laki Perempuan 30 52 36,6% 63,4% 2 Usia: 11 – 15 tahun 16 – 19 tahun > 20 12 47 23 14,64% 57,31% 28,05% 3 Pendidikan Subjek: SMP SMA Mahasiswa 8 67 7 9,8% 81,7% 8,5% 4 Pendidikan Orang Tua:

SD SMP SMA Sarjana 7 13 47 15 8,5% 15,9% 57,3% 18,3% 5 Pekerjaan Orang Tua:

Buruh Pengamen Baby Sitter Satpam Pedagang Guru Swasta Wiraswasta PNS

Ibu Rumah Tangga Pensiunan 5 1 1 2 4 2 26 26 11 2 2 6% 1% 1% 2% 4% 2% 31% 31% 13% 2% 2%

3. Deskripsi Data

Data mengenai skor Skala Perilaku Seksual Remaja di Daerah Gondomanan dan kategorisasi tingkat perilaku seksual remaja di Daerah Gondomanan dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.2

Deskripsi Statistik Data Perilaku Seksual Remaja N = 82

Data Min Maks Mean SD Hipotetik 48 1344 696 216

Empirik 195 816 374,84 155,845

Perbandingan mean empirik perilaku seksual remaja lebih kecil dari mean hipotetik (374,84 < 696), artinya perilaku seksual remaja Gondokusuman secara keseluruhan dalam kategori rendah secara signifikan karena ME+ SDH< MH.

Azwar (1999) mengemukakan bahwa untuk mengetahui skor penelitian pada subjek termasuk tinggi atau rendah dapat dilakukan dengan menetapkan kriteria-kriteria kategorisasi. Skala ini dikategorisasikan untuk mengetahui tinggi rendahnya skor yang diperoleh subjek. Kategorisasi yang dipilih untuk norma skala mengikuti distribusi normal (Azwar, 2002). Kategori dan distribusi skor dari data empirik subjek dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3

Kategorisasi Perilaku Seksual Remaja N = 82

Pedoman Skor Kategori Frek %

X > m + 1,8 SD X > 1084,8 Sangat Tinggi 0 0 m + 0,6 SD < X≤m + 1,8 SD 825 < X≤ 1084,8 Tinggi 0 0 m + (-0,6) SD < X≤m + 0,6 SD 566,4 < X ≤825 Sedang 11 13,41 % m + (-1,8) SD < X≤m + (-0,6) SD 307,2 < X ≤566,4 Rendah 34 41,46 % X≤m + (-1,8) SD X≤307,2 Sangat Rendah 37 45,13 % Ket: X = Skor Perilaku Seksual Remaja

m = Mean hipotetik

SD = Standar Deviasi hipotetik

Berdasarkan hasil kategorisasi skor perilaku seksual remaja menunjukkan bahwa tingkat perilaku seksual remaja di Daerah Gondomanan yang berada pada kategorisasi sangat tinggi sebanyak 0 orang (0 %), yang berada dalam kategori tinggi 0 orang (0 %), kategori sedang sebanyak 11 orang (13,41%), yang berada dalam kategorisasi rendah sebanyak 34 orang (41,46%) dan kategori sangat rendah sebanyak 37 orang (45,13 %). Dari hasil kategori tersebut nampak bahwa rata-rata subjek memiliki tingkat perilaku seksual pada kategori sangat rendah.

Dokumen terkait