• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanggungjawaban Pidana anak dalam perkara kecelakaan lalu lintas Pertangungjawaban pidana hanya dapat terjadi jika sebelumnya seseorang telah

BAB IV Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Anak dalam Perkara Kecelakaan Lalu Lintas

B. Pertanggungjawaban Pidana anak dalam perkara kecelakaan lalu lintas Pertangungjawaban pidana hanya dapat terjadi jika sebelumnya seseorang telah

melakukan tindak pidana. Kapan seseorang dikatakan dapat bertanggungjawab? Seseorang dapat bertanggungjawab apabila seseorang itu mampu membedakan perbuatan, mampu menentukan kehendak untuk melakukan suatu perbuatan dan menyadari akan perbuatan yang dilakukannya. Kesalahan bukan hanya menentukan dapat dipertanggungjawabkannya sipembuat, tetapi juga dapt dipidananya pembuat. Kesalahan yang menentukan dapat dipertanggungjawabkannya sipembuat merupakan cara pandang kesalahan yang dilakukan sipembuat. Sedangkan kesalahan yang menentukan dapat dipidananya sipembuat merupakan cara pandang yang bersifat kedepan dalam hal ini masa depan sipembuat.58 Kesalahan harus dapat dikaitkan baik fungsi preventif maupun fungsi represif hukum pidana. Fungsi preventif merujuk pada dapat dipertanggungjawabkannya pembuat. Dalam hal ini merumuskannya kesalahan pembuat (sifat melawan hukum) dalam hukum pidana. Sedangkan dapat dipidananya sipembuat tertuju pada fungsi represif hukum pidana, dalam hal ini kesalahan pembuat menjadi dasar dan ukuran untuk dapat dijatuhkannya pidana terhadap pembuat tindakan pidana.

58 Chairul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan, Fajar Interpratama Offset. Jakarta.hal126 Berkaitan dengan ketentuan hukum yang mengatur tentang pengertian anak, tidak terlepas dari kemampuan anak mempertanggungjawabkan kenakalan yang

dilakukannya. Pertanggungjawaban pidana anak diukur dari tingkat Universitas Sumatera Utara

kesesuaian antar kematangan moral dan kejiwaan anak dengan kenakalan yang dilakukan anak, keadaan kondisi fisik, mental, dan sosial anak menjadi perhatian. Dalam hal ini dipertimbangkan berbagai komponen seperti moral dan keadaan psikologi dan ketajaman pikiran anak dalam menentukan pertanggungjawaban nya atas kenakalan yang diperbuatnya. Kecelakaan lalu lintas yang dilakukan oleh anak yang menyebabkan hilangnya jiwa orang lain atau luka-luka ini termasuk tindakan pidana dalam katagori pelanggaran yang dapat diselesaikan secara pidana

( diselesaikan oleh negara ) dan dapat ju ga diselesaikan secara damai. Dibawah ini dapat diperlihatkan bagan kecelakaan sebagai berikut:

Pengendara ditabrak luka Pidana

`A B B B Anak Pejalan kaki mati perdata Sumber: wawancara dengan Kanit Laka Bagan diatas dapat diterangkan bahwa A pengendara, B pejalan kaki. Dalam bagan menerangkan bahwa A pengendara menabrak pejalan kaki sehingga menyebabkan luka-luka baik luka ringan dan luka berat ataupun hilangnya jiwa si B. Dalam kenyataan seperti ini maka timbul suatu perbuatan yaitu perbuatan pidana berupa hilangnya nyawa orang lain dan luka-luka, serta perbuatan perdata kerugian yang diderita korban.59

59 Wawancara dengan Kanit Laka IPTU Suhermadi di Kepolisian Resort Labuhan Batu pada

tanggal 14 April sampai 16 April 2009.

Perbuatan pidana berupa hilangnya jiwa orang lain dapat diselesaikan dipengadilan, namun sebelum proses pemeriksaan dilakukan pihak Kepolisian terlebih dahulu mempertemukan kedua belah pihak yang terkait untuk melakukan perdamaian. Hal ini dilakukan semata-mata bukan membela pihak pelaku

pelanggaran tersebut namun melihat bagaimana perkembangan fisik, mental dan sosisal serta masa depan sianak apabila diselesaikan secara pidana.60 Apabila jalur perdamaian yang dilakukan pihak kepolisian tidak menemukan titik temu antara kedua belah pihak, maka sesuai dengan ketentuan pidana maka pemeriksaan untuk pelimpahan berkas untuk dilimpakan kepengadilan dilakukan.

60 Ibid 61 Wawancara dengan Dedi Hakim Pengadilan Negeri Labuhan Batu, 15 April 2009 Dipengadilan Hakim anak tidak menjatuhkan pidana semata-mata sebagai imbalan atas perbuatan anak. Hakim melihat masa depan anak atau mempertimbangkan perkembangan fisik, mental dan sosial anak. 61 Seorang anak yang belum sepenuhnya dapat mempertanggungjawabkan kesalahannya. Hukuman percobaan lebih banyak manfaatnya dari pada hukuman bentuk lain, sambil diberikan peringatan keras bahwa orangtua/wali/orangtua asuh akan mempertanggungjawabkan tingkah lakunya. Penanganan yang salah dalam proses pengendalian anak, dapat menimbulkan pertumbuhan mentalitas atau kejiwan anak negatif dan berbahaya bagi penciptaan generasi muda untuk masa mendatang.

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap peristiwa kecelakaan lalu lintas selalu menimbulkan akibat yang dapat menimbulkan kerugian bagi diri sendiri maupun Universitas Sumatera Utara

orang lain. Akibat yang timbul dari peristiwa kecelakaan lalu lintas mengandung suatu pelanggaran dimana dapat diselesaikan secara perdata yaitu dengan adanya suatu perdamaian dan ganti rugi atas kerugian yang timbul dari peristiwa kecelakaan lalu lintas tersebut.62

62 Wawancara dengan Kanit Laka IPTU Suhermadi di Kepolisian Resort Labuhanu Batu pada

tanggal 14 April sampai 16 April 2009. 63 Wawan cara dengan 5 responden. Orang tua dari anak

pelaku, tanggal 15 Mei sampai 18 Mei 2009 64 Wawan cara dengan 5 responden. Orang tua dari

anak korban, tanggal 15 Mei sampai 18 Mei 2009

Dipihak orang tua pelaku dalam hal ini 5 orang responden. orang tua anak pelaku, menyatakan timbulnya kecelakaan ini ( pidana menyebabkan luka atau hilangnya nyawa orang lain) bukan karena kesengajaan (opzet). Pada dasarnya anak tersebut tidak meninginkan adanya kecelakaan tersebut bahkan menghindarinya. Oleh karena itu tidak berakar dari sifat jahat yang datang dari dalam diri anak.63

Disisi lain 5 orang responden yaitu orang tua korban kecelakaan mereka menyatakan bahwa penyebab dari kecelakaan itu terletak pada kesalahan dari anak pelaku yang tidak berhati-hati dalam mengendarai sepeda motor. 64Lain lagi pengakuan dari pelaku (anak) yaitu 5 orang anak, menyatakan 3 (tiga) diantaranya menyatakan bahwa penyebab dari kecelakaan tersebut adalah karena ketidak mampuan mereka dalam menguasai kendaraan ditambah dengan kondisi jalan. Sedangkan 2 (dua) orang anak menyatakan bahwa penyebab kecelakaan tersebut dijatuhkan kepada kesalahan sikorban (pejalan kaki) yang tidak hati-hati. Disisi lain 5 korban kecelakaan lalu lintas menyatakan bahwa semua penyebab

kecelakaan lalu lintas tersebut adalah salah pelaku. Yang tidak kehati-hatian, ugal- ugalan. Pasal 99 KUHP disebut bahwa kerugian ini berarti”biaya yang dikeluarkan”. Pengertian ini termasuk diantaranya biaya pengobatan yang diderita oleh korban dan biaya perbaikan kendaraan yang rusak. Pasal 1 butir 22 KUHP jelas menyebutkan bahwa kerugian yang diganti hanya imbalan sejumlah uang sebagai hak seseorang yang dapat di tuntutnya akibat dari keadaan tertentu (secara otentik membatasi hanya hinggah “imbalan sejumlah uang”saja). Perlu dipahami bahwa masalah ganti kerugian disini adalah meliputi kerugian yang diderita masing-masing atau sekaligus oleh kelompok atau perorangan sehingga terdapat alternatif penyelesaiannya melalui Pasal 98 ayat (1) KUHAP atau menurut ketentuan penyelenggaraan perkara perdata. Adapun ganti kerugian yang menjadi pertanggung jawaban lainnya langsung mengenai ganti rugi dalam perkara pidana dikaitkan dengan kesalahan pelaku Perdamaian adalah suatu persetujuan dengan mana kedua belah pihak , dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang, mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung ataupun mencegah timbulnya suatu perkara.t65Dengan dicapainya suatu perdamaian, dalam suatu peristiwa kecelakaan lalu lintas, perdamaian tidak bersifat putusan yang diambil atas pertanggungjawaban hakim, melainkan bersifat persetujuan antara kedua belah pihak atas pertanggungan mereka sendiri.

65R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1851, PT.Pradnya Paramita Jakarta.

ASUS kecelakaan yang dialami AQJ alias Dul (13), anak bungsu musisi Ahmad Dhani menggulirkan berbagai perspektif hukum. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) berpandangan bahwa kasus Dul lebih baik tidak diproses ke pengadilan.

Kalau pun dihukum, Dul tak perlu dipenjara lebih baik ditempatkan di panti rehabilitasi. KPAI mempertimbangkan aspek psikologis tumbuh kembang anak ke depan. Bahkan, KPAI berwacana lebih baik keberadaan penjara anak dibubarkan. Wacana itu mengundang banyak pertanyaan, mengapa KPAI baru kali ini

berbicara pembubaran penjara anak? Ketika kasus pidana anak-anak lainnya, yang bukan anak seorang tokoh terkenal atau selebritas, KPAI tak begitu berbicara banyak ke media.

Anggota KPAI Asrorun Ni’am Sholeh menolak bila wacana itu disampaikan berbarengan dengan kasus AQJ. “Jauh-jauh hari sudah disampaikan, termasuk perubahan dalam UU Sistem Peradilan Pidana Anak (UU Nomor 11/2012),” ujar Asrorun, Senin (16/9) di Jakarta.

Ia mengatakan, kasus hukum pada anak berbeda penanganannya dengan kasus orang dewasa. Ia berdalih bahwa bagi anak-anak yang berhadapan dengan hukum, sebaiknya menggunakan sistem restorative justice (bersifat pemulihan), bukan retributive justice (bersifat pembalasan). Dengan restorative justice, kata dia,

penyelesaian masalah dilakukan antara kedua belah pihak yaitu pelaku dan korban.

“Seorang anak melakukan tindak pidana, tidak serta merta dilihat sebagai pelaku. Tapi dia juga seorang korban dari kondisi keluarga atau lingkungannya,” kata Asorun.

Ada pun berkaitan dengan penjara anak, ia memandang hal itu lebih bersifat pembalasan, bukan pembinaan pada anak. Ia mengatakan, dalam undang-undang sudah jelas disebutkan, adanya lembaga khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum. Yaitu Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA), Lembaga Penempatan Anak Sementara (LPAS), dan Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS).

Kepala Humas Ditjen Permasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Akbar Hadi mengatakan, dalam ketentuan undang-undang masih mengatur adanya pidana anak. “Sepanjang itu masih ada, ya tetap ada penjara anak,” kata Akbar. Menurut dia, penjara anak berbeda dengan yang lain, karena di dalamnya ada unsur pembinaan, seperti hak bersekolah mulai SD sampai SMA melalui tempat kegiatan belajar mengajar (TKBM). “Kami punya konsep, lapas anak yang ramah anak,” kata Akbar. Sejauh ini, anak-anak yang masuk lapas karena kasus

pencurian, narkotika, dan ada pula kasus pembunuhan.

Apakah hukum Indonesia mengatur sanksi kerja sosial bagi anak-anak ketimbang hukuman penjara? Menurut Akbar, hal itu memang bisa dilakukan, tapi saat ini belum bisa berjalan. “Siapa yang mengawasi,” katanya. Tapi, ada beberapa narapidana anak yang dimasukkan ke pondok pesantren atau panti rehabilitiasi karena pidana bersyarat. Untuk mengurangi jumlah narapidana anak, pihaknya juga mengeluarkan remisi. “Karena kami beharap anak tidak lama di penjara. Pendidikan terbaik untuk anak itu adalah keluarga,” katanya.

sumber: time-cepot-business.blogspot.com

Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Samsul Ridwan mengatakan bagi anak-anak yang bermasalah hukum perlu

mempertangungjawabkan perbuatannya di dalam lapas.

“Penjara anak masih diperlukan, tapi harus ada mekanisme lain. Ada sistem yang aman dan proses rehabilitasi yang lebih baik,” katanya. Ia menilai sebaiknya tidak terlalu latah dengan wacana pembubaran itu. Dikarenakan, kata dia, tidak setiap kasus pidana anak harus diselesaikan secara restorative justice.

Pakar Hukum Pidana Universitas Islam Indonesia Muzakir menilai dalam kasus pidana anak, perlu melihat sisi korban. Jika suatu perbuatan menimbulkan korban jiwa, perlu ada ganti rugi baik secara materiil maupu immateriil. Menurut dia, yang agak susah adalah bagaimana mengembalikan kerugian immateriil itu. “Untuk rasa keadilan bagi nyawa itu, dalam kompensasi penghukuman, itu berapa?” katanya. Hal itulah, katanya, masih diperlukan penjara sebagai bentuk pembelajaran atas perbuatan pidana seseorang.

Ia tidak sependapat dengan kasus yang diselesaikan cukup dengan menanggung biaya hidup keluarga korban. “Tapi juga ada penghukuman supaya yang

bersangkutan mendapatkan pembelajaran. Bahwa risiko ini loh yang terjadi, jika berbuat seperti itu,” katanya.

Ia mengatakan, jika hukum tidak ditegakkan secara adil, akan menimbulkan preseden buruk di masyarakat. Bisa memunculkan peniruan publik bahwa ada korban meninggal, ternyata tidak hukum pidana. “Orang akan beranggapan terhadap orang kaya yang menyantuni korban ternyata tidak hukum. Kalau orang miskin dihukum,” ujarnya.

“KPAI jangan melihat AQJ sebagai anak Ahmad Dhani, harus melihat secara keseluruhan. Bahwa sesuatu yang tidak bisa diganti dipertanggungjawabkan dengan tetap menjalani hukuman,” kata Muzakir.

Ia pun masih setuju dengan keberadaan penjara anak. “Di sini sifatnya pembelajaran. Keliru juga jika tidak ada penjara bagi anak. Itu justru mengkhawatirkan, nanti ada yang melakukan pidana, tidak ada penjatuhan pidana,” kata dia