• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDUSTRI RUMAHAN

C. Pertanggungjawaban Hukum terhadap Pelaku Pemalsuan Merek

3. Pertanggungjawaban Pidana

Pelanggaran atas merek dapat dikenakan Pasal 382 KUHP tentang kejahatan persaingan curang. Ketentuan tersebut sebagai berikut :

“Barangsiapa untuk mendapatkan, melangsungkan atau memperluas hasil perdangangan atau perusahaan milik sendiri

atau orang lain, melakukan perbuatan curang untuk

menyesatkan khalayak umum atau seseorang tertentu,diancam dengan persaingan curang, dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak tiga belas ribu lima ratus rupiah, bila perbuatan itu dapat

menimbulkan kerugian bagi konkuren-konkurennya atau

konkuren-konkuren orang lain”

Kententuan pidana tersebut memang tidak dengan tegas dan jelas menyebutkan untuk perbuatan pelanggaran hak atas merek,

karena merupakan lex generalis yang tujuannya dapat menampung

hak atas merek yang berupa peniruan atau penggunaan merek orang lain tanpa izin, maupun memperdagangkan barang dengan merek bajakan dapat dikategorikan masuk dalam perbuatan persaingan curang dengan syarat dapat menimbulkan kerugian bagi pemilik merek.

Berhubungan dengan merek juga disebut dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) mengenai perbuatan yang dilarang yang berkaitan dengan merek, diantaranya, diatur pada Pasal 393 KUHP, yaitu:

“(1)Barang siapa memasukkan ke Indonesia tanpa tujuan

jelas untuk mengeluarkan lagi dari Indonesia, menjual,

menamarkan, menyerahkan, membagikan atau

mempunyai persediaan untuk dijual atau dibagi-bagikan. barang-barang yang diketahui atau sepatutnya harus diduganya bahwa padabarangnya itu sendiri atau pada bungkusnya dipakaikan secara palsu, nama firma atau merek yang menjadi hak orang lain atau untui menyatakan asalnya barang, nama sehuah tempat tertentu, dengan ditambahkan nama atau firma yang khayal, ataupun pada barangnya sendiri atau pada bungkusnya ditirukan nama, firma atau merek yang demikian sekalipun dengan sedikit perubahan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah.

(2)Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat lima tahun sejak adanya pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga dapat dijatuhkan

pidana penjara paling lama sembilan bulan.”

Rumusan perbuatan-perbuatan tersebut dapat dikelompokan, antara lain:

a. Tiap perbuatan yang dilakukan oleh siapapun, baik itu menaruhkan sesuatu yang palsu dengan maksud

menggunkan atau menyuruh orang lain untuk

menggunakan barang itu seolah-olah merek atau tanda yang ditaruhkan itu asli dan tidak palsu

b. Tiap perbuatan yang dilakukan oleh siapapun dalam hal ini menaruhkan merek atau tanda pada barang yang dengan melawan hak memakai cap yang asli.

c. Tiap perbuatan yang dilakukan oleh siappun dalam hal ini menambahkan Merek negara asli atau tanda pembuat yang dikehendaki oleh, di mana, pada, atau atas barang-barang lain yang terbuat dari emas atau perak dengan maksud akan menggunakan atau menyuruh orang lain menggunakan barang itu, seolah-olah merek atau tanda itu mula-mulanya ditaruhkan pada barang itu.

Ketentuan sanksi pidana yang mengatur khusus tindakan pelanggaran merek, diatur juga dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, yaitu pada Bab XIV, Pasal 90 sampai

Pasal 95. Ketentuan khusus ini sesuai dengan asas hukum lex

specialis dapat menyampingkan ketentuan yang termuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana terhadap aturan yang memiliki kesamaan. Berikut bunyi pasal yang mempertegas adanya sanksi

pidana dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, yaitu:

Pasal 90 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek:

“bahwa Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak

menggunakan Merek yang sama pada keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang

dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 91 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek:

“Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan

Merek yang sama pada pokoknya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah)”

Pasal 92 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek :

“(1)Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak

menggunakan tanda yang sama pada keseluruhan dengan indikasi geografis milik pihak lain untuk barang yang sama atau sejenis dengan barang yang terdaftar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”

(2)Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak

menggunakan tanda yang sama pada pokoknya dengan

indikasi geografismilik pihak lain untuk barang yang sama

atau sejenis dengan barang yang terdaftar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun

dan/atau denda paling banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

(3)Terhadap pencatuman asal sebenarnya pada barang yang merupakan hasil pelanggaran ataupun pencantuman kata yang menunjukkan bahwa baranng tersebut merupakan tiruan dari barang yang terdaftar dan dilindungi berdasarkan indikasi-geografis, diberlakukan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

Pasal 93 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek:

“Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan

tanda yang dilindungi berdasarkan indikasi-asal pada barang atau jasa sehingga dapat memperdaya atau menyesatkan masyarakat mengenai asal barang atau asal jasa tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah)”

Pasal 94 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek:

“(1)Barangsiapa memperdagangkan barang dan/atau jasa

yang diketahui atau patut diketahui bahwa barang dan/atau jasa tersebut merupakan hasil pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, dan Pasal 93 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp.

200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).”

(2)Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

adalah pelanggaran”

Pasal 95

“Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90,

Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, dan Pasal 94 merupakan detik

aduan”

Substansi Undang-undang Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek ini sangat jelas dan tegas melindungi hak merek yang terdaftar dengan memberikan jaminan sebuah hak eksklusif dan

memberikan sangsi-sangsi yang tegas kepada oknum pelanggar hak merek atas persamaan pada pokoknya atau keseluruhan.

Terdapat 7 (tujuh) macam jenis perbuatan atau kegiatan

dikategorikan sebagai tindak pidana di bidang merek, yaitu21:

a. Menggunkan merek yang sama secara keseluruhannya dengan merek terdaftar milik orang lain untuk barang

dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan

Tindak pidana merek ini disebut dalam Pasal 90 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, yang dapat ditemukan unsur-unsurnya, yaitu:

1) Dengan sengaja 2) Tanpa Hak

3) Menggunakan Merek yang sama pada

keseluruhannya dengan merek yang terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang di produksi dan/atau diperdagangkan.

b. Menggunakan merek yang sama pada pokoknya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang di produksi dan/atau diperdagangkan

21

Tindak pidana merek ini disebut dalam Pasal 91 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, yang dapat ditemukan unsur-unsurnya, yaitu:

1) Dengan sengaja 2) Tanpa Hak

3) Menggunakan Merek yang sama pada

keseluruhannya dengan merek yang terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang di produksi dan/atau diperdagangkan.

c. Menggunakan tanda yang sama pada keseluruhannya dengan indikasi geografis milik pihak lain untuk barang yang sama atau sejenis dengan barang yang terdaftar: Jenis tindak pidana ini tersebut dalam Pasal 92 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek,yang unsur-unsur pidananya,yaitu:

1) Dengan sengaja 2) Tanpa hak

3) Menggunakan tanda yang sama pada keseluruhan dengan indikasi geografis milik pihak lain untuk barang yang sama atau sejenis dengan batang yang terdaftar d. Menggunakan tanda yang sama pada pokoknya dengan

indikasi geografis milik pihak lain untuk barang yang sama atau sejenis atau barang terdaftar;

Tindak pidana ini disebut dalam Pasal 92 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, yang unsur-unsur pidananya, yaitu;

1) Dengan sengaja 2) Tanpa hak

3) Menggunakan tanda yang sama pada pokoknya dengan indikasi geografis milik pihak lain untuk barang yang sama atau sejenis dengan barang yang terdaftar. e. Pencantuman asal sebenarnya pada barang yang merupakan hasil pelanggaran ataupun pencantuman kata yang menunjukan bahwa barang tersebut merupakan tiruan dari barang yang terdaftar dan dilindungi bedasarkan indikasi geografis

Perbuatan ini dikenakan ancaman yang di sebut dalam Pasal 92 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

f. Menggunakan tanda yang dilindungi berdasarkan indikasi asal pada barang atau jasa yang dapat memperdaya atau menyesatkan masayrakat mengenal asal barang atau jasa tersebut;

Pasal 93 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek merupakan dasar tindak pidana ini dan unsur-unsur tindak pidananya, yaitu:

1) Dengan sengaja 2) Tanpa hak

3) Menggunakan tanda yang dilindungi berdasarkan indikasi asal pada barang dan jasa

4) Dapat memperdaya atau menyesatkan masyarakat mengenal asal barang atau jasa tersebut

g. Memperdagangkan barang dan/atau jasa yang diketahui atau patut diketahui bahwa barangdan/atau jasa tersebut merupakan hasil pelanggaran sebagaimana dimaksud dengan Pasal 90,Pasal 91,Pasal Pasal 92 dan Pasal 93 Tindak pidana ini ditentukan dalam pasal 94 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, yang unsur-unsur tindak pidananya yaitu:

1) Memperdagangkan barang dan/atau jasa 2) Diketahui atau patut diketahui

3) Barang atau jasa tersebut merupakan hasil

pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 90,91,92 dan 93.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek merumuskan tindak pidana dibidang merek atas tindak pidana yang dilakukan dengan sengaja dan tanpa hak dan ancaman hukumannya bisa 1 tahun, 4 tahun dan 5 tahun, dengan demikian memperjelas pelaku tidak semuanya dapat dikenai pidana penjara karena

ancaman hukuman pidana yang diberikan bersifat komulatif dan alternatif, sekaligus antara tindak pidana penjara dan denda. Dengan demikian hakim dapat menjatuhkan pidana penjara atau pidana denda22.

Selanjutnya untuk menentukan telah terjadinya tindak pidana dalam bidang merek, perlu diadakan penyelidikan dan penyidikan. Penyidikan tindak pidana di bidang merek selain dilakukan oleh Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, juga dapat dilakukan oleh Pejabat pegawai Negri Sipil tertentu.

Ketentuan Penyidikan tindak pidana di bidang merek ini diatur dalam Pasal 89 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, yaitu:

“(1)Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik

Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Direktorat Jenderal, diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Merek

(2)Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:

a.melakukan pemeriksaan atas kebenaran aduan

berkenaan dengan tindak pidana di bidang Merek; b.melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan hukum yang diduga melakukan tindak pidana di bidang Merek berdasarkan aduan tersebut pada huruf a; c.meminta keterangan dan barang bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana dibidang Merek;

d.melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan dan

22

dokumen lainnya yang berkenaan dengan tindak pidana dibidangMerek;

e.melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat barang bukti, pembukuan, catatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang Merek; dan f.meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Merek.

(3)Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan hasil penyidikannya kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

(4)Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) menyampaikan hasil

penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dengan mengingat ketentuan Pasal 107 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Bunyi dari Pasal 89 Undang-Undang Nomor 15 tentang Merek membatasi kewenangan dalam proses penyelidikan kepada penyidik pegawai negri sipil. Artinya kewenangan yang lain melekat pada Penyidik Pejabat Polisi Republik Indonesia

77

2001 TENTANG MEREK SERTA PERANAN PENEGAK HUKUM

Dokumen terkait