• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertentangan Akidah Antara Gerakan Zaman Baru Dan Islam

Dalam dokumen Gerakan Zaman Baru or New Age Movement (Halaman 38-45)

Dua Puluh Agama Teratas di Amerika Serikat, 2001 (self-identification, ARIS)37

Bab 5: Pertentangan Akidah Antara Gerakan Zaman Baru Dan Islam

Dengan melihat penjelasan yang telah penulis jabarkan pada bab-bab sebelumnya, pembaca dapat merasakan adanya pertentangan kuat antara GZB ini dengan ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari wahyu ilahi.

Islam adalah agama yang tidak didasarkan pada angan-angan dan khayalan semata. Ia datang dengan dibawa oleh seorang Rasul Allah yang sangat terpercaya (al

amin). Inti dari ajaran Islam yang dibawa oleh para rasul dan anbiya dari Adam as.

hingga Muhammad saw. adalah ajaran tentang keesaan Allah. Di seluruh penjuru muka bumi ini bahkan alam semesta ini, tidak dapat kita temukan satupun agama atau dien yang memiliki satu paket sistem kepercayaan atau keimanan yang sangat sempurna sebagaimana yang dimiliki oleh Islam.

Prinsip-prinsip Iman yang diajarkan didalam agama Islam merupakan perpaduan sempurna dan serasi antara logika dan metafisika, sehingga logika macam apapun yang dipergunakan oleh seorang anak manusia, selama logika itu masih bersih dari pengaruh hawa nafsu dan bisikan syetan maka tentulah logika itu akan menegaskan keyakinannya akan fakta-fakta terkait Sang Pencipta Yang Maha Gaib, tentang adanya alam yang gaib dibalik penglihatan mata inderawi manusia yang lemah dan penuh keterbatasan.

Hal-hal ghoib yang dikabarkan oleh Islam tidaklah berdasarkan pada khurafat, khayalan, takhayul, impian, angan-angan, ataupun bisikan syetan seperti halnya yang terjadi dengan GZB, sebaliknya hal-hal ghoib yang dikabarkan oleh Islam adalah bersifat faktual dan tidak menipu manusia yang hendak meyakininya, karena semua hal-hal goib ini seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan manusia, justru semakin memperkuat hakikat hal-hal goib atau prinsip-prinsip keimanan yang dikabarkan oleh agama Islam, agama para rasul dan anbiya.

Hal ini berbeda sekali kondisinya bahkan bertolak belakang dengan kondisi yang ada pada agama buatan manusia, yang condong mengarah pada agama-agama khayalan, impian, angan-angan kosong, takhayul atau berasal dari bisikan syetan. Berbagai ajaran-ajaran buatan manusia sejalan dengan waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan akan terungkap kebobrokannya dan ketidakbenarannya. karena agama khayalan didasarkan pada fondasi yang semu dan tidak real, sementara agama yang haq didasarkan pada kabar yang benar dari Ilahi.

Demikian inilah yang terjadi pada agama atau bisa kita sebut Gerakan Zaman Baru ini. Setelah mengkaji gerakan ini beserta ciri-cirinya diatas, kita dapat melihat bahwa gerakan ini menjual angan-angan kosong dan penipuan atas masyarakat umum. Model gerakan atau kepercayaan yang dijalankan oleh GZB yang serba-longgar ini memang secara cerdik banyak sekali mengecoh umat Islam pada umumnya. Aktivitas-aktivitas gerakannya yang mengeksplorasi dan mengeksploitasi perasaan nyaman dan

tenang58 yang ada pada diri insan, secara jelas menjadikan gerakan ini dengan agenda-agendanya begitu digandrungi oleh orang-orang dan masyarakat umum. Bukankah tiada seorangpun yang anti terhadap perasaan nyaman? Dan inilah titik sasaran yang dibidik oleh gerakan syetan ini. Namun ia tidak datang hanya membawa perasaan nyaman saja bagi para pengikutnya, melainkan ia menyimpan ideologi dan keyakinan yang munkar, penuh kesesatan dan tipuan iblis laknatullah alaih. Keyakinan yang bisa membatalkan keislaman seseorang bila ia diikuti dan dipraktekkan, semoga Allah melindungi kita dari berbagai tipu daya setan ini.

58 Inilah kata kunci yang menjadi sasaran atau target utama aktivitas GZB.

39

Al Islam yang jernih sebagaimana dibawa oleh para rasul dan anbiya memiliki konsep-konsepnya sendiri yang secara jelas menolak berbagai kepercayaan kelompok GZB ini.

A. Konsep Islam Tentang Tuhan

Konsep Tuhan didalam Islam sangatlah jelas dan terang bahkan lebih terang dari sinar mentari di siang hari. Aqidah Islam selaras dengan fitrah insani yang bersih, sehingga semakin bersih jiwa seseorang, semakin dekat ia dengan telaga akidah Islami yang jernih.

Tuhan didalam Islam memiliki Dzat Yang Maha Agung dan Nama-Nama Yang Maha Mulia, Dialah Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi, tidak menyatu dengan makhluk ataupun materi, Maha Tinggi Dia dari bersekutu dengan dzat yang rendah, hina yakni para makhluk ciptaan-Nya.59 Sesungguhnya segala alam semesta beserta isinya merupakan makhluk-Nya yang hina di hadapan-Nya, yang tunduk kepada iradat-Nya, yang berjalan dibawah hukum-Nya dan aturan-Nya.

Sebagaimana termaktub dalam kitab Al Quran Al Karim: Allah SWT berfirman:

Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada

Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.

(Maryam: 93).

Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa

Dialah Allah, yang kepada-Nya bergantung segala sesuatu Dia tidaklah melahirkan dan tidak pula dilahirkan Dan tiada sesuatu apapun yang menyamai diri-Nya.

(Al Quran: Al Ikhlas: 1-4)

Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera,

Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara,

Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa,

Yang Memiliki segala Keagungan,

Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah Yang Menciptakan,

Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna.

Bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan bumi.

59

Al-Fawzan, Sholih bin Abdilaziz, I’anah al Mustafid bi Syarhi Kitabi al Tawhid, (Muassasah Risalah, 2002), bab

40

Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

(Al Quran: Al Hasyr: 22-24)

Maha Tinggi dan Maha Suci Dia Allah dari bersekutu dengan makhluk-Nya, bahkan para malaikat yang mulia pun tidak lebih dari derajat hamba yang hina di hadapan-Nya. Jikalau bukan karena Dia memuliakan mereka tentulah mereka terhina dihadapan-Nya.

B. Konsep Islam Tentang Manusia

Manusia bukanlah Tuhan, tidak mungkin menjadi Tuhan dan tidak pernah akan menjadi Tuhan. Bagaimana menjadi Tuhan? Jika ia hadir di muka bumi sebagai sebuah makhluk yang lemah berupa bayi yang tak berdaya, setelah sebelumnya ia merupakan setitik air mani yang hina, jikalau bukan karena kasih saying kedua orang tuanya, tentulah ia bisa fana dan binasa, karena ia bahkan tidak bisa mengurus dirinya sendiri apatah lagi menguasai orang lain. Apakah seorang makhluk yang lemah seperti ini merupakan Tuhan? Sungguh itu merupakan impian yang terlalu muluk, bagaimana pula ia mungkin menjadi Tuhan apabila ia lemah dan dapat diserang oleh berbagai macam penyakit, dari ujung kepala hingga ujung kakinya ada ratusan bahkan ribuan penyakit yang bisa menyerang jasad dan psikologis manusia yang realitanya lemah tak berdaya. Belum lagi kematian yang menghentikan seluruh angan-angan seorang anak manusia. Allah SWT berfirman:

Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?

(Q.S. Al Insaan: 1)

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya, karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.

(Q.S. Al Insaan: 2)

Sesungguhnya akal yang waras yang masih berpikir secara logis dan masih berada pada fitrahnya pastilah menyatakan bahwa dirinya adalah makhluk yang lemah yang bergantung sepenuhnya kepada Tuhannya. Sedangkan akal yang rusak yang dipenuhi dengan angan-angan dan khayal, yang dihanyutkan oleh hawa nafsu dan bisikan syetan itulah yang merasa bahwa dirinya bisa menjadi Tuhan. Padahal ia hanya perasaan yang ghurur yang tidak memiliki realitas di alam nyata, ia tidak lebih dari persepsi yang rusak dari seorang hamba yang rusak hatinya dan akalnya.

Dari renungan-renungan ini kita menyadari dengan sebenar-benarnya bahwa manusia itu adalah hamba Tuhan. Ia ketika memohon dan berdoa serta mencari penguasa atas dirinya, tidaklah hal ini didasarkan pada angan-angannya melainkan ini merupakan fitrah yang telah Allah ciptakan atas dirinya. Dan Allah hendak menguji hamba-Nya, apakah ia berusaha mencari kebenaran ilahi itu sesuai fitrahnya atau ia menyembah syetan dan hawa nafsurnya.

Para pengikut GZB sesungguhnya adalah orang-orang yang tertipu oleh dirinya sendiri, oleh hawa nafsunya dan oleh syetan maka mereka buta dan merasa dapat melampaui kemampuan dan hakikat dirinya sendiri yang dhoif dan tak berdaya. Potensi manusia memang dapat dikembangkan dengan training dan pelajaran, namun cara training dan belajar itu mestilah jauh dari nilai-nilai kemusyrikan, takhayul, sihir, dan lain sebagainya.

41 Allah SWT berfirman:

Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?

(Q.S. Ath-Thoriq: 9)

maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu suatu kekuatanpun dan tidak seorang penolong.

(Q.S. Ath-Thoriq: 10)

Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya?

(Q.S. Abasa: 17)

Dan pengembangan potensi manusia itu bukanlah berarti bahwa manusia dapat lepas dari takdir ilahi. Tidak ada suatupun yang dapat terjadi tanpa izin Allah SWT. Seseorang hanya bisa berusaha dan berdoa dan kemudian bertawakkal kepada Allah SWT. Tidaklah ada jaminan bahwa ia mesti menguasai segala sesuatu. Lihatlah dan renungkanlah tentang orang-orang yang belajar dengan kerja keras, belum tentu ia akan menguasai pelajaran, pun jika ia menguasai pelajaran itu tentu tidaklah berarti menguasainya secara seratus persen sempurna, melainkan pasti ada yang tidak dikuasainya. Inilah hakikat manusia, yang lemah dan tidak berdaya, tidak berkuasa atas sesuatu. Manusia memiliki keterbatasan dan tidak dapat menetapkan atau memastikan masa depan dirinya secara pasti, semuanya sesungguhnya bergantung kepada Allah Sang Maha Pencipta, kewajiban manusia hanyalah berusaha.

Allah SWT berfirman:

Dan kamu tidak dapat menghendaki kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.

(Q.S. At Takwir: 29)

Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah.

(Q.S. Al Infithaar: 6)

Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya .

(Q.S. Al Insyiqaaq: 6)

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.

(Q.S. Al Balad: 4)

C. Kepercayaan GZB menurut timbangan Aqidah Islam

Kepercayaan-kepercayaan yang diusung oleh Gerakan Zaman Baru ini sesungguhnya adalah kepercayaan-kepercayaan yang usang, yang dapat kita jumpai pada agama-agama non-samawi, atau agama-agama-agama-agama buatan manusia. Kepercayaan seperti monisme, panentheisme, pantheism60, reinkarnasi (tumibal lahir)61, manusia yang mampu menaiki

60

Fitrah manusia yang bersih dari tipu daya setan akan dengan lantang menyatakan kemustahilan bersatunya makhluk dengan Pencipta, bagaimana bisa bersatu Dzat Yang Maha Mulia dengan dzat yang hina dina yang dipenui dengan kotoran, kehinaan, penyakit, dan kematian, jikalau bukan karena kemurahan dari Allah SWT Sang Maha Pencipta tentulah tidak ada seorang manusiapun yang dapat hidup. Lihat Al-Syaikh, Sholih bin Abdilaziz, Syarh al

42

derajat hingga tingkat ketuhanan62, tidak lebih dari angan-angan atau perasaan semu manusia yang tertipu. Tidak heran mengapa GZB menekankan pada perasaan karena dengan perasaan yang diselewengkan dan disimpangkan inilah mereka hendak menjadi tuhan, bukan dengan realitas, fakta dan akal yang logis.

Segala ajaran-ajaran ini yang ditawarkan oleh GZB kebanyakan berasal dari agama-agama timur atau agama-agama tradisional yang memang bersifat pagan atau menyembah berhala-berhala atau patung-patung. Sehingga jelas bahwa ajaran-ajaran GZB tidak lain dapat disebut sebagai paganism atau berhalaisme model baru (neo-paganism) yang berupaya menjual produk usang didalam kemasan kontemporer, futuristik, dan modern.

Sebagaimana dimaksudkan oleh ungkapan ini:

ة او ا

Kekafiran itu adalah agama yang satu.

Maka demikian pula GZB yang berisi ajaran ‘gado-gado’, ‘campur-aduk’, ‘es-campur’ ini adalah jelas ajaran syetan yang harus dihindari oleh semua mereka yang mengaku sebagai muslim, mukmin yang memegang ajaran dien Islam. Hukum dari segala ajaran-ajaran atau kepercayaan-kepercayaan ini adalah sesat-menyesatkan dan tertolak dari ajaran Islam yang murni dan jernih, mereka yang meyakininya dianggap keluar dari agama Islam atau murtad.

Allah berfirman:

Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya . Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan,

yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan . Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

(Q.S. Al Baqarah: 257)

Aqidah al Tahawiyah, Bab Tafarrudillah Azza wa Jalla bil Uluhiyyah, juz 2 hal. 7. Lihat juga: Al-Ied, Umar bin

Su’ud bin Fahd, Syarh Lamya Syaikh Ibn Taimiyyah, Bab Dalil Fitrah, juz. 14, hal 4.

61

Lihat Al-Faqih, Abdullah (Musyrif), Fatawa Syabakah Islamiyyah, tentang Al Qoul Bi Intiqol Ruh al Insan, No. 36533, juz 5 hal. 6221.

62

Apa yang diyakini oleh kaum GZB sesungguhnya pengulangan dari apa yang pernah dikatakan oleh Firaun,” Aku

tuhanmu yang tertinggi” sebagaimana termaktub didalam Al Quran Surat An Naziat ayat 24. Yang berbeda antara

Firaun dan penganut GZB adalah jikalau Firaun mengatakan kalimat kufur itu karena kesombongan bersangatan didalam dirinya, sedangkan penganut GZB meyakini ketuhanan diri mereka karena angan-angan melampaui batas dan juga sebagai pelarian dari fakta kehidupan yang penuh dengan intrik dan kekerasan. Lihat Ibn Katsir, Tafsir Al

43

D. Garis Pembatas Antara Akidah Muslim Dan Gerakan Zaman Baru

Dari pembahasan diatas, jelas bahwa seorang muslim tidaklah dibenarkan untuk meyakini ajaran-ajaran sesat, dan menyimpang ala GZB diatas yang sesungguhnya merupakan reaktualisasi atau ‘pemaketan ulang’ dari akidah-akidah agama berhala atau materi, atau akidah-akidah penyembah berhala/ makhluk.

Apabila muslim meyakini atau mengimani ajaran ini maka sungguh telah batallah syahadatnya, iapun harus bertobat dengan sungguh-sungguh dan mengulangi kembali syahadatnya.

Apabila muslim tersebut tidak meyakini tetapi ia terlibat dalam praktek-praktek mistis yang dijalankan oleh aliran GZB ini, maka sungguh ia telah ingkar terhadap ajaran Al Islam sehingga wajib atasnya bertaubat dan mengulangi syahadatnya karena ia telah kafir.

Apabila ia hanya mengikuti gerakan-gerakan seperti yoga ataupun mendengarkan musik tanpa mengikuti bacaan-bacaan mantra ataupun lirik khusus yang berisi ajaran paganism/ berhalaisme, maka hal ini masihlah harus dikaji oleh para ulama fikih yang jujur dan tegas di Indonesia. Apakah bisa seseorang muslim menggunakan yoga sebagai olahraga sehari-harinya tanpa mengikuti bacaan-bacaan. Bisakah yoga dianggap sebagai olahraga seperti senam? Begitu pula musik GZB yang digunakan untuk berdakwah sebagaimana yang dilakukan oleh training-training kecerdasan emosional dan spiritual, apakah ini bisa diterima menurut syariat Islam yang murni? Menjadi tugas ulama fikih Indonesia atau bahkan ulama muslimin di seluruh penjuru dunia guna menjawab hal ini.

Adapun sikap seorang muslim untuk sementara waktu hingga adanya kejelasan hukum adalah meninggalkan segala yang samar-samar atau syubhat atau tidak jelas.

E. Berislam secara Kaffah

Sesungguhnya berbagai problematika yang melanda umat Islam Indonesia saat ini, termasuk merebaknya kepercayaan-kepercayaan ataupun praktek-praktek ala GZB di Indonesia ini63, semuanya bersumber dari satu pokok persoalan, yaitu tidak masuknya umat Islam Indonesia ke dalam agama Islam itu secara menyeluruh atau secara kaffah. Sudah sering kita dengar ungkapan tentang ‘Islam KTP’ ataupun ‘Islam kejawen’ yang sudah sama-sama dimaklumi oleh semua orang yang mendengar istilah tersebut, namun secara umum masih banyak muslim Indonesia yang belum mau untuk masuk kedalam Islam secara kaffah, padahal Allah SWT telah berfirman didalam kitab-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang

nyata bagimu.

(Q.S. Al Baqarah: 208)

Tetapi jika kamu menyimpang sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

(Q.S. Al Baqarah: 209)

63

Diantaranya kepercayaan pada horoskop atau zodiak atau perbintangan, pengundian nasib, peramal, orang pintar, praktek-praktek mistis dan klenik, praktek sihir, dan lain sebagainya.

44

Ketidakmauan atau keenganan untuk memeluk agama Islam secara kaffah ini telah menciptakan berbagai kontradiksi terkait gambaran umat Islam Indonesia. Walau mengaku mayoritas muslim, namun praktek-praktek kufur dan syirik masih merajalela di bumi Indonesia, walaupun mengaku sebagai muslim, namun praktek-praktek korupsi tumbuh subur bahkan dilakukan beramai-ramai, sungguh memiriskan hati, tidak heran bila bumi Indonesia yang mayoritas muslim ini juga terkenal sebagai negeri bencana, mulai dari bencana sosial hingga bencana alam. Bencana sosial diantaranya kelaparan, merajalelanya pembunuhan, perzinahan, pergundikan, pornografi, aborsi, dan seterusnya. Sementara bencana alam juga bahkan sangatlah hebat, contohnya tsunami, gunung meletus, longsor, banjir bandang, gempa bumi, bahkan bencana yang menjijikan seperti tersebarnya ulat bulu, lintah, dan lain sebagainya. Semua bencana itu bukan datang kebetulan, namun merupakan teguran dan Allah SWT bagi orang-orang yang mengaku muslim ini, sebagaimana bisa kita tadabburi atau renungkan dari ayat Al Quran yang tertera diatas.

Sekiranya umat Islam Indonesia mau memeluk Islam secara keseluruhan tentulah kondisinya akan sangat berbeda, Indonesia akan menjadi negara madani yang maju dan diberkahi. Karena dien, bukanlah sekedar kepercayaan saja, melainkan merupakan jalan hidup, dan jalan hidup ini bila dijalani dan dipraktekkan sepenuh hati maka akan terbentuklah sebuah peradaban (tamaddun) manusia dimana segala aturan hukum dipatuhi dan terselesaikanlah beragam persoalan sosial dalam masyarakat madani atau berperadaban tersebut.64 Jika hal ini yang terjadi maka akan terhindarkanlah masyarakat itu dari bencana alam yang justru timbul sebagai suatu teguran dari Allah SWT terhadap umat Islam Indonesia yang mengaku dirinya sebagai muslim atau orang yang berserah diri.

Allah SWT berfirman:

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan

itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

(Q.S. Al A’raaf: 96)

64

Al-Attas, Syed Muhammad Naquib, Prof. Dr., Islam and Secularism, (Kuala Lumpur: International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC), 1993), hal. 51-54.

45

Dalam dokumen Gerakan Zaman Baru or New Age Movement (Halaman 38-45)

Dokumen terkait