• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITAN

B. Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perkara Gugatan Nafkah Anak

Dalam perkara gugatan nafkah anak, hakim memberikan pertimbangan sesuai dengan gugatan dan bukti surat serta bukti saksi yang diajukan. Adapun bukti surat yang diajukan adalah fotokopi Putusan Pengadilan Agama Makassar Nomor 586/Pdt.G/2016/PA. Mks, tanggal 14 Maret 2016, yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama Makassar pada tanggal 18 Juli 2016, telah diperiksa oleh ketua majelis, sesuai dengan aslinya, bermaterai cukup, serta fotokopi Akta Cerai Nomor 480/AC/2016/PA Mks. yang diterbitkan oleh kantor Pengadilan Agama Makassar pada tanggal 17 Oktober 2016, telah diperiksa oleh ketua majelis, sesuai dengan aslinya, bermaterai cukup.

Adapun bukti saksi yang diajukan yaitu kakak ipar penggugat dan tetangga penggugat. Hakim juga telah menasehati penggugat agar dapat menemui langsung tergugat untuk menyelesaikan permasalahannya secara damai tapi tidak berhasil. Tergugat/wakil atau kuasanya juga tidak pernah hadir tanpa alasan

62

hukum yang sah, meskipun telah dipanggil secara resmi dan patut, maka perkara ini diperiksa dan diputus tanpa hadirnya tergugat (verstek).

Berdasarkan keterangan kedua saksi yang diajukan oleh penggugat sendiri bahwa tergugat selalu mengirimkan nafkah kepada kedua anaknya, dan ternyata keterangan kedua saksi tersebut tidak dibantah oleh penggugat.Bahwa alasan penggugat yang menyatakan bahwa tergugat sebagai anggota Polri, dengan interval waktu kurang lebih 4 (empat) tahun lamanya, sudah pasti telah mendapat kenaikan gaji, ternyata alasan tersebut tidak didukung oleh alat bukti baik berupa bukti surat seperti daftar rincian gaji tergugat atau surat-surat lain yang senada, maupun dari bukti keterangan saksi yang menjelaskan secara terperinci mengenai gaji / penghasilan tergugat, meskipun saksi pertama menyebutkan gaji tergugat, namun hal tersebut berdasar informasi dari penggugta juga, yang berarti bahwa sebenarnya saksi pertama penggugat tersebut, tidak mengetahui secara pasti berapa gaji tergugat.

Oleh karena gugatan penggugat dalam nafkah anak ini ternyata tidak dapat dibuktikan oleh penggugat, bahkan secara jelas kedua saksi penggugat menyatakan bahwa setiap bulan tergugat selalu mengirimkan nafkah untuk kedua anaknya yang dibenarkan oleh penggugat, maka hakim mempertimbangkan untuk mengesampingkan gugatan ini, tetapi karena nafkah yang tergugat kirimkan sangat sedikit sedangkan tergugat adalah bapak kandung dari kedua anak tersebut mempunyai kewajiban untuk memberikan nafkah terhadap kedua orang

63

anaknya sehingga hakim mempertimbangkan kemaslahatan hidup kedua orang anak tersebut dengan menjatuhkan putusan dan menetapkan jumlah minimal yang harus diberikan tergugat untuk kedua orang anaknya.

Menurut Majelis Hakim yang menjatuhkan putusan ini, ditetapkan jumlah minimal karena mempertimbangkan umur anak yang masih kecil. Meskipun jumlah minimal ini bisa berubah sesuai dengan perkembangan anak yang tentunya semakin besar anak pasti akan membutuhkan biaya yang semakin banyak. Sering kali juga ibu tetap bisa meminta biaya pendidikan dan kesehatan anak diluar dari nilai yang sudah ditentukan.

Sedangkan menurut ustadz, jumlah minimal itu masih sedikit untuk kedua orang anak karena ustadz tersebut pernah mendapat kasus seperti itu dan sepengetahuan beliau tergugat dijatuhi hukuman dengan jumlah yang lebih banyak dari perkara yang diteliti ini, tetapi kata beliau hakim pasti telah mempertimbangkan dengan baik untuk menetapkan putusan dari perkara tersebut.

Kalau perceraian dilakukan oleh pegawai negeri, orang tua terikat dalam pelaksanaan tanggung jawab terhadap anaknya. Hal ini diatur oleh pemerintah melalui surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN) Nomor 08/SE/1983 pada poin 19 yang menyatakan: Apabila perceraian terjadi atas kehendak pegawai negeri sipil pria, maka ia wajib menyerahkan sebagian

64

gajinya untuk penghidupan bekas istri dan anak-anaknya, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Apabila anak mengikuti bekas istri, maka pembagian gaji ditetapkan sebagai berikut:

(1) sepertiga gaji untuk pegawai negeri sipil pria yang bersangkutan; (2) sepertiga gaji untuk bekas istrinya;

(3) sepertiga gaji untuk anaknya yang diterimakan kepada bekas istrinya. b. Apabila perkawinan tidak menghasilkan anak, maka gaji dibagi dua, yaitu

setengah untuk pegawai negeri sipil pria yang bersangkutan dan setengah untuk bekas istrinya.

c. Apabila anak mengikuti pegawai negeri sipil pria yang bersangkutan maka pembagian gaji ditetapkan sebagai berikut:

(1) sepertiga gaji untuk pegawai negeri sipil pria yang bersangkutan; (2) sepertiga gaji untuk bekas istrinya;

(3) sepertiga gaji untuk anaknya yang diterimakan kepada pegawai negeri sipil pria yang bersangkutan

d. Apabila sebagian anak mengikuti pegawai negeri sipil yang bersangkutan dan sebagian lagi mengikuti bekas istri, maka 1/3 (sepertiga) gaji yang menjadi hak anak itu dibagi menurut jumlah anak. Umpamanya seorang pegawai negeri sipil bercerai dengan istrinya, pada waktu perceraian terjadi mereka mempunyai 3

65

(tiga) orang anak, yang 2 (dua) orang mengikuti bekas istri. Dalam hal demikian, maka bagian gaji yang menjadi hak anak itu dibagi sebagai berikut:

(1) 1/3 (sepertiga) dari 1/3 (sepertiga) gaji = 1/9 (sepersembilan) gaji diterimakan kepada pegawai negeri sipil yang bersangkutan;

(2) 2/3 (dua pertiga) dari 1/3 (sepertiga) gaji = 2/9 (dua persembilan) gaji

diterimakan kepada bekas istrinya.42

Ketentuan di atas tidak berlaku apabila perceraian terjadi atas kehendak istri yang bersangkutan, kecuali istri yang bersangkutan meminta cerai karena dimadu maka sesudah perceraian terjadi bekas istri tersebut berhak atas bagian gaji tersebut. Selain itu, apabila bekas istri yang bersangkutan kawin lagi, pembayaran bagian gaji dihentikan terhitung mulai bulan berikutnya bekas istri yang dimaksud kawin lagi. Demikian juga bekas istri yang bersangkutan kawin lagi, sedangkan semua anak ikut kepada bekas istri tersebut, maka 1/3 (sepertiga) gaji tetap menjadi hak anak yang diterimakan kepada bekas istri yang bersangkutan. Lain halnya, pada waktu perceraian sebagian anak mengikuti pegawai negeri sipil dan sebagian lagi mengikuti bekas istri dan bekas istri kawin lagi dan anak tetap mengikutinya, maka bagian gaji yang menjadi hak anak itu tetap diterimakan kepada bekas istri dimaksud.

42

Abdul Manan, Muhammad Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Perdata (Wewenang Peradilan Agama)

66

Aturan di atas diberlakukan kepada pegawai negeri sipil, muatan ketentuannya dapat juga diberlakukan kepada suami istri yang bercerai bila mereka mempunyai anak. Karena masa depan anak adalah tanggung jawab dari kedua orang tuanya.

Menurut majelis hakim ketentuan itu sangat sulit dilaksanakan pada saat sekarang ini. Menimbang bahwa mungkin saja si ayah ingin menikah lagi sehingga ayah juga membutuhkan biaya hidup yang cukup banyak.

Perkara gugatan nafkah anak mempunyai nilai kekuatan eksekutorial. Jadi apabila tergugat tidak melaksanakan putusan tersebut maka dapat dilaksanakan eksekusi, yaitu juru sita langsung ke rumah tergugat untuk mengeksekusi barang yang senilai apabila tergugat tidak bisa menyerahkan hartanya dalam bentuk uang. Akan tetapi biasanya diselesaikan secara kekeluargaan. Apabila tergugat tetap tidak mau memberikan nafkah, maka putusan tersebut dapat diperlihatkan kepada bendahara tempat tergugat bekerja.

Dokumen terkait