Putusan Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Bandung mengabulkan permohonan gugatan dari Penggugat untuk sebagian dan menolak eksepsi dari Tergugat. Karena tidak terima dengan Putusan Hakim di Pengadilan negeri bandung tersebut maka penggugat pengajukan banding di tingkat kasasi, dan Mahkamah Agung memberikan Putusanya sebagai berikut :
Mengadili
a. Menolak Permohonan kasasi dari para pemohon kasasi : Dasep Awaludin 2. Nana Suhendra 3. Robi Mulyana dan 4. Sandi Suandi; b. Membebankan biaya perkara kepada NEGARA
Bahwa dalam pertimbangannya, Judex Facti pada pokoknya menyatakan dan sepaham bahkan membenarkan pendapat dan dalil dari Termohon Kasasi (sebelumnya Tergugat) yang menyatakan bahwa:
yaitu memuat barang, menyusun da merapikan posisi barang ke dalamkontainer, sebelum dipasarkan/dikirim/didistribusi ke luar Pabrik adalah tidak bersifat terus menerus;
b. Pekerjaan berdasarkan order/maklon;
c. Produksi bersifat fluktuatif;
d. Terkadang ada hari tidak muat;
e. Pemohon Kasasi/Para Tergugat selama ini tidak pernah mengajukan keberatan terhadap perjanjian kontrak tersebut;
f. Maka atas dasar pertimbangannya tersebut, Judex Facti menilai dan menganggap bahwa hubungan kerja yag bersifat kontrak (PKWT) antaraPemohon Kasasi/Para Penggugat dengan Termohon Kasasi (dahulu Tergugat) tersebut adalah tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal 59 ayat (1) dan (2) Undang Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 sehingga dinyatakan sah;
g. Demikian pula dengan tindakan PHK yang dilakukan oleh permohonKasasi / Tergugat terhadap Para Pemohon Kasasi/Para Penggugat adalah dikarenakan telah beakhirnya masa kontrak tersebut;
C. ANALISIS
1. Penerapan Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Putusan Tingkat I Nomor 75/PDT. SUS-PHI/2015/PN.BDG
Penulis tidak sependapat dengan pertimbangan hakim mendefisinikan mengenai pekerjaan yang telah dikerjakan oleh para penggugat tidak bersifat terus menerus. berdasarkan pertimbangan tersebut Hakim berpendapat bahwa Penggugat yang menyatakan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu terhadap Sdr. DASEP AWALUDIN, dkk. (4 Orang) melanggar ketentuan pasal 59 UU No. 13 Tahun 2003 haruslah ditolak dan berdasarkan fakta di persidangan tidak ditemukan bukti para Penggugat menolak atau mempermasalahkan kontrak kerja dengan Tergugat, tetapi tetap melakukan pekerjaan yang diperjanjikan (PKWT) sampai dengan kontrak kerja berakhir. Sehingga secara hukum telah memenuhi ketentuan pasal 1320 KUH.Pdt. Jo. pasal 1338 KUH.Pdt, dan berdasarkan pertimbangan tersebut, maka sesuai ketentuan pasal 61 ayat (1) huruf (b) UU No. 13 Tahun 2003, haruslah dinyatakan para Penggugat Putus Hubungan Kerja karena berakhirnya kontrak kerja (PKWT) untuk 1. DASEP AWALUDIN, putus hubungan kerja terhitung tanggal 30 September 2014; 2. NANA SUHENDRA, putus hubungan kerja terhitung tanggal 30 Juni 2014; 3. ROBI MULYANA, putus hubungan kerja terhitung tanggal 30 Juni 2014; 4. SANDI SUANDI, putus hubungan kerja terhitung tanggal 30 Juni 2014;
Sebagaimana diatur dalam penjelasan pasal 59 ayat (2) UU No.13 Tahun 2003 adalah bersifat kumulatif, maka dengan tidak terpenuhi salah satu unsurnya, sehingga pekerjaan tersebut di kualifikasikan menjadi pekerjaan yang bersifat tidak tetap; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas maka haruslah dinyatakan pekerjaan para Penggugat Sdr. DASEP AWALUDIN, dkk. (4 orang) sebagai Helper di Gudang Jadi (menaikan barang ke
mobil ekspedisi setelah diturunkan dari forklift), patut dikualifikasikan sebagai pekerjaan yang bersifat tidak tetap;
Dilihat dari paparan di atas penulis tidak setuju dengan pertimbangan hakim di dalam putusan tersebut karena penulis menilai pertimbangan hakim tersebut sedikit mengabaikan fakta di dalam persidangan. Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap selama jalannya persidangan, maka sangat jelas, pendapat dan pertimbangan tersebut adalah bertentangan dengan fakta-fakta yang di ajukan di dalam persidangan sehingga perjanjian kerja tersebut bertentangan pasal 59 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dimana pasal 59 berbunyi sebagai berikut :
Untuk ayat yang pertama,”Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu”.
yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu
tertentu, yaitu :
a. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
b. pekerjaaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun;
c. pekerjaan yang bersifat musiman; atau
d. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
Dari pasal 59 ayat (1) tersebut sudah jelas apabila pekerjaan yang dilakukan oleh para penggugat tidak memenuhi unsur sebagai perjanjian kerja waktu tertentu hal ini dikarenakan Pekerjaan yang dilakukan oleh Para Penggugat dan karyawan-karyawan lainnya di bagian gudang adalah benar-
benar pekerjaan yang bersifat terus menerus atau sifatnya tidak sementara karena pekerjaan tersebut tidak pernah berhenti dalam waktu tertentu, tidak juga yang bersifat sekali selesai, sementara sifatnya atau bersifat musiman, karena pekerjaan di Gudang jadi ini merupakan tempat dikumpulkannya seluruh produk dari Perusahaan Tergugat sebagai bagian akhir dari proses produksi sebelum produk-produk tersebut dipasarkan dan dikirim ke luar. Setiap produk yang dihasilkan dipastikan akan masuk ke Gudang. Bagian ini dibentuk sejak pabrik Tergugat berdiri dan sampai sekarang bagian (dengan segala aktivitas yang ada di dalamnya) tersebut, masih tetap ada dan berproses.
Mulai dari sejak Pabrik itu berdiri sampai saat ini, pekerjaan di bagian tersebut masih tetap berjalan/berproses. Pekerjaan tersebut adalah bagian dari suatu rangkaian proses produksi. Adapun order/ pemesanan yang bersifat fluktuatif, tidak berpengaruh terhadap proses kerja yang dilakukan oleh para karyawan. Faktanya para karyawan (termasuk Para Pemohon Kasasi/Para Penggugat), tetap masuk dan bekerja secara normal. Demikian pula tentang istilah “hari tidak muat”, karyawan tetap saja masuk seperti biasa, bahkan mengerjakan pekerjaan lain. Fakta ini diakui dan diperkuat oleh keterangan semua saksi yang dihadirkan di persidangan dan tidak satupun yang membantah.
Setelah penulis menelitinya dengan seksama dan mencari dari beberapa sumber penulis menemukan bahwa apabila Dilihat dari kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan, PT. AHEB termasuk dalam Proses produksi yang terus – menerus. Hal ini dikarenakan proses produksi yang dilakukan berdasarkan pada ramalan penjualan dan bukan kepada jumlah pesanan yang masuk. Proses produksi yang terus-menerus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar,
sehingga jumlah produk yang dibuat pada umumnya banyak15. Adapun order/ pemesanan yang bersifat fluktuatif, tidak berpengaruh terhadap proses kerja yang dilakukan oleh para karyawan. Faktanya para karyawan (termasuk Para Pemohon Kasasi/Para Penggugat), tetap masuk dan bekerja secara normal. Demikian pula tentang istilah “haritidak muat”, karyawan tetap saja masuk seperti biasa, bahkan mengerjakan pekerjaan lain. Fakta ini diakui dan diperkuat oleh keterangan semua saksi yang dihadirkan di persidangan. Melihat dari paparan saksi yang telah di persilahkan untuk memberikan kesaksian/keterangan yaitu Abdul Manaf yang mana menyebutkan bagian gudang ada sejak perusahaan berdiri dan bagian gudang tidak pernah berhenti, ini berarti kegiatan di bagian gudang ini masih berlangsung sampai Tergugat habis masa kerjanya dan ketika para Penggugat di PHK bagian gudang ini telah digantikan oleh pekerja lain. Saksi dari Tergugat pun memberikan keterangan “bahwa untuk tenaga helper masih ada sampai sekarang dan kegiatan helper masih berlangsung” kesaksian ini juga membuat penulis semakin yakin bahwa bagian gudang jadi ini sebagai bagian akhir dari proses produksi milik perusahaan Tergugat yang berlangusng secara terus menerus dan tidak bersifat musiman. Maka jelas pekerjaan Penggugat di bagian gudang jadi ini bertentangan Udang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Perjanjian tersebut juga bertentangan dengan Undang-Undang Pasal 59 ayat (2) tentang Ketenagakerjaan yang berbunyi “Perjanjian Kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap”.
15
Yang dimaksud dengan pekerjaan yang bersifat tetap dalam ayat ini adalah pekerjaan yang sifatnya terus menerus, tidak terputus-putus, tidak dibatasi waktu dan merupakan bagian dari suatu proses produksi dalam satu perusahaan atau pekerjaan yang bukan musiman. Pekerjaan yang bukan musiman adalah pekerjaan yang tidak tergantung cuaca atau suatu kondisi tertentu. Apabila pekerjaan itu merupakan pekerjaan yang terus menerus, tidak terputus-putus, tidak dibatasi waktu, dan merupakan bagian dari suatu proses produksi, tetapi tergantung cuaca atau pekerjaan itu dibutuhkan karena adanya suatu kondisi tertentu maka pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan musiman yang tidak termasuk pekerjaan tetap sehingga dapat menjadi obyek perjanjian kerja waktu tertentu. Dari pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa PKWT itu tidak dapat dipakai untuk pekerjaan yang bersifat tetap atau bersifat terus menerus. Pekerjaan yang di lakukan penggugat menurut penulis merupakan pekerjaan yang bersifat tetap atau berlangsung secara terus menerus, karena dimana perusahaan ini sudah ada sejak Tahun 1996 dan pekerjaan itu masih tetap ada sampai sekarang. Artinya sudah hampir 20 tahun. Jauh melebihi waktu 3 Tahun yang diatur dalam Pasal tersebut. Adapun apabila pekerjaan para penggugat ini dihentikan maka menurut penulis hal ini akan mengganggu berjalanya proses produksi, bagaimana tidak, ketika barang yang menumpuk di gudang dan barang itu tidak dapat didisitribusikan ke pasar, maka hal ini akan mengganggu berjalanya kegiatan produksi di perusahaan tergugat. Hal ini juga diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep.233/men/2003 tentang jenis dan sifat pekerjaan yang dijalankan secara terus menerus yaitu pada pasal 3 ayat (1) huruf k yang menyatakan beberapa jenis pekerjaan yang bersifat terus menerus itu pekerjaan-
pekerjaan yang apabila dihentikan akan mengganggu proses produksi, merusak bahan, dan termasuk pemeliharaan/perbaikan alat produksi.
Menurut penulis perjanjian kerja yang telah dibuat oleh penggugat dan tergugat telah melanggar pasal Pasal 59 Ayat (3), (4) dan (5) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang berbunyi sebagai berikut :
“Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun”
“Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat diadakan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu yang lama, pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu ini hanya boleh dilakukan 1 (satu) kali dan paling lama 2 (dua) tahun”.
. Pasal tersebut menjelaskan bahwa untuk pekerjaan yang bersifat sementara ini hanya boleh diperpanjang selama satu kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun dan hanya boleh diperbaharui sebanyak 1 kali dan untuk jangka waktu 2 (dua) Tahun. disini Tergugat melakukan pembaharuan kontrak kerja sebanyak enam kali kontrak kerja dengan masa kerja pertama yaitu Dari tgl.09 Desember 2008 s/d 31 Mel 2009, dilanjutkan dengan Kontrak kedua : Dari tgI 01 Juni 2009 s/d 30 November 2009, setelah kontrak kedua berakhir dilakukan Kontrak ketiga Dari tgI 01 Juni 2010 s/d 31 Mei 2011 berakhirnya kontrak kerja ketiga dilanjutkan dengan Kontrak keempat Dari tgI 01 Juni 2011 s/d 31 Mei 2012 selanjutnya dilakukan Kontrak kelima : Dari tgI 01 Oktober 2012 s/d 30 September 2013 dan dilanjutkan dengan kotrak kerja keenam : Dari tgI 01 Oktober 2013 s/d 30 September 2014 yang merupakan kontrak kerja terakhir.kemudian tegugat di PHK pada Tgl. 30 September 2014. Dilihat dari bagaimana proses perpanjangan atau pembaharuan Perjanjian Kerja yang dilakukan tergugat terhadap penggugat Penggugat ini jelas-jelas sudah melanggar
pasal 59 ayat (4),(5) dan (6), karena perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak ini sudah diperpanjang atau diperbaharui sebanyak enam kali, apabila dilihat dari pasal tersebut sudah jelas dinyatakan bahwa Perjanjian Kerja Waktu Tertentu hanya boleh diperpanjang atau diperbaharui sebanyak satu kali saja dan perjanjian ini harus memilih apakah ingin memperpanjang atau diperbaharui karena di dalam pasal tersebut bersifat opsional, hanya bias memilih salah satu apakah ingin diperpanjang dan diperbaharui. Apabila ingin memperpanjang perjanjian tersebut hanya bias satu kali untuk jangka waktu satu tahun sehingga total dari kontrak dan perpanjangan tersebut berjumlah 3 (tiga) tahun, dan apabila ingin memperbaharui itu hanya bias untuk 1 (satu) kali perpanjngan dan dengan jangka waktu 2 tahun sehingga total dari hasil pembaharuan kerja ini selama 4 (tahun) masa kerja. jika dilihat dari kasus tersebut penggugat telah bekerja selama tujuh tahun dan ini jelas-jelas bertentangan dengan pasal 59 ayat (4),(5), dan (6) Undang-Undang nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Sehingga menurut Pasal 59 ayat (7) Undang-Undang nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa
“Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) maka demi hukum menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu”.
Karena sudah jelas apabila pekerjaan yang dilakukan oleh para penggugat telah memenuhi unsur sebagai perjanjian kerja waktu tertentu hal ini dikarenakan Pekerjaan yang dilakukan oleh Para Penggugat dan karyawan-karyawan lainnya di bagian gudang adalah benar-benar pekerjaan yang bersifat terus menerus atau sifatnya tidak sementara karena pekerjaan tersebut tidak pernah berhenti dalam waktu tertentu, tidak juga yang bersifat sekali selesai, sementara
sifatnya atau bersifat musiman, karena pekerjaan di Gudang jadi ini merupakan tempat dikumpulkannya seluruh produk dari Perusahaan Tergugat sebagai bagian akhir dari proses produksi sebelum produk-produk tersebut dipasarkan dan dikirim ke luar. Setiap produk yang dihasilkan dipastikan akan masuk ke Gudang. Bagian ini dibentuk sejak pabrik Tergugat berdiri dan sampai sekarang bagian (dengan segala aktivitas yang ada di dalamnya) tersebut, masih tetap ada dan berproses. Dan kontrak yang telah disepakati oleh penggugat dan tergugat telah melanggar ketentuan Undang-Undang yaitu 59 ayat (1), (2), (4), (5), dan (6) maka dengan tidak terpenuhinya semua unsur-nsurnya, sehingga pekerjaan tersebut di kualifikasikan menjadi pekerjaan yang bersifat tetap dan demi hukum perjanjian tersebut seharusnya berubah menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu.
2. Kesesuaian Pertimbangan Hakim Tingkat Kasasi Nomor 745