• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Pertimbangan Hakim

Pengadilan bertanggung jawab dalam menerapkan hukum terhadap suatu perkara in konkreto, tidak terbatas pada argumentasi hukum maupun fakta yang diungkapkan oleh para pihak. Hal inilah yang dimaksud dengan ius curia novit atau iura novit curia yang berarti court knows the law. Berkenaan dengan hal itu, Oliver Wendell Holmes sebagaimana dikutip oleh M. Natsir Asnawi menekankan pentingnya hakim mengubah paradigma yang legalistik ke arah social justice (Asnawi, 2014: 18) dengan mengemukakan:

the life of law has not been logic; it has been experience. The felt necessities of the time, the prevalent moral and political theorities, institutions of public policy avoewed or unconscious even the prejudices which judges share with their fellowmen, have had a good deal more to do than syllogism in determining the rules by which men should be governed.

Keahlian hakim dan independensi hakim semakin penting mengingat dalam membuat putusan hakim tidak hanya mendasarkan diri pada bunyi pasal peraturan perundang-undangan. Proses membuat putusan merupakan proses pengolahan kemampuan intelektual, penguasaan teknis substantif, prosedur hukum serta pengetahuan hakim atas nilai-nilai sosial yang berkembang dalam masyarakat. Lebih jauh lagi, hakim dituntut untuk melakukan penemuan hukum dalam kondisi-kondisi tertentu (Rifa’i dkk, 2010: 74).

Pertimbangan berasal dari kata “timbang” yang berarti tidak berat sebelah,

sama berat, dan pertimbangan ini artinya pendapat baik atau buruk (KBBI, 2005:

Dalam kamus besar bahasa indonesia, pengertian hakim adalah (KBBI, 2005: 383):

a. Orang yang mengadili perkara (dalam pengadilan atau mahkamah) b. Orang-orang pandai, budiman dan ahli; orang yang bijaksana.

Berdasarkan Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman, yang menjadi tugas hakim antara lain:

a. Tugas Pokok dalam bidang peradilan (teknis yudisial), diantaranya adalah:

1. Menerima, memeriksa, dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya.

2. Mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang (Pasal 4 ayat 1).

3. Membantu para pencari keadilan dan berusaha sekeras-kerasnya mengatasi segala hambatan dan rintangan demi tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan (Pasal 4 ayat 2). 4. Tidak boleh menolak memeriksa dan mengadili suatu perkara yang

diajukan dengan dalih bahwa hukumnya tidak/ kurang jelas, melainkan wajib memeriksa dan mengadili (Pasal 10).

b. Tugas Yuridis, yaitu memberi keterangan, pertimbangan, dan nasihat masalah hukum kepada lembaga negara lainnya apabila diminta.

c. Tugas Akademis/Ilmiah dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu wajib menggali, mengikuti, serta memahami nilai-nilai hukum dan norma yang hidup dalam masyarakat (Pasal 5 ayat 1).

Sementara itu, untuk menangani suatu perkara pidana, hakim memiliki wewenang sebagaimana diatur dalam KUHAP sebagai berikut:

1. Wewenang Hakim: a. Melakukan penahanan

Untuk kepentingan pemeriksaan hakim dalam sidang pengadilan dengan penetapannya, bahwa hakim berwenang melakukan penahanan (Pasal 20 ayat 3 jo Pasal 26 KUHAP)

b. Pengadilan jenis penahanan penyidik atau penuntut umum atau hakim berwenang mengalihkan jenis penahanan yang satu kepada jenis penahanan yang lain (Pasal 23 ayat 1 jo Pasal 22 KUHAP) 2. Wewenang Hakim Ketua Sidang:

a. Menentukan bahwa anak yang belum mencapai umur 17 (tujuh belas) tahun tidak diperkenankan menghadiri sidang (Pasal 153 ayat 5 KUHAP).

b. Memerintahkan supaya terdakwa dipanggil masuk dan jika ia dalam tahanan ia dihadapkan dalam keadaan bebas (Pasal 154 ayat 1 KUHAP).

c. Kewenangan-kewenangan lain yang berhubungan dengan kelancaran dan ketertiban persidangan, misalnya berhubungan dengan terdakwa, saksi, barang bukti, penuntut umum, dan penasehat hukum.

3. Wewenang Ketua Pengadilan Negeri

a. Memberikan izin penggeledahan rumah kepada penyidik (Pasal 33 ayat 1 KUHAP).

b. Memberikan izin penyitaan kepada penyidik (Pasal 38 ayat 1 KUHAP).

c. Merujuk hakim yang akan menyidangkan perkara (Pasal 152 ayat 1 KUHAP)

4. Wewenang Pengadilan Negeri:

a. Memeriksa dan memutus peradilan (Pasal 77 KUHAP).

b. Mengadili segala perkara mengenai tindak pidana yang dilakukan dalam daerah hukumnya (Pasal 84 ayat 1 KUHAP).

Pertimbangan hakim tidak hanya melihat dari faktor hukumnya saja, tapi juga faktor nonhukum yang nantinya harus disertakan dalam putusan. Peranan hakim dalam hal pengambilan keputusan tidak begitu saja dilakukan karena ada yang diputuskan merupakan perbuatan hukum dan sifatnya pasti. Oleh karena itulah hakim tidak sewenang-wenang dalam memberikan suatu keputusan. Pertimbangan disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa (Pasal 197 ayat (1) d KUHAP). Selengkapnya, ketentuan Pasal 197 ayat (1) KUHAP tersebut berbunyi, yaitu surat putusan pemidanan memuat:

a. kepala putusan yang dituliskan berbunyi: “DEMI KEADILAN

BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”;

b. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa;

d. pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa;

e. tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan;

f. pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan atau tindakan dan pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa;

g. hari dan tanggal diadakannnya musyawarah majelis hakim kecuali perkara diperiksa oleh hakim tunggal;

h. pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan;

i. ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang bukti;

j. keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan di mana letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat otentik dianggap palsu;

k. perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau dibebaskan;

l. hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang memutus dan nama panitera.

Berdasarkan uraian di atas, hal yang termasuk dalam bagian pertimbangan yuridis adalah sebagaimana yang disebutkan dalam huruf c, huruf d, huruf e,

huruf f, dan huruf h. Sedangkan bagian yang merupakan pertimbangan non yuridis adalah sebagaimana dimaksud dalam huruf h, khususnya frasa disertai keadaan yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa.

Dari uraian tersebut, yang termasuk dalam pertimbangan yuridis bagi hakim dalam hal penjatuhan pidana atau pemidanaan adalah terkait dengan (Handoko, 2015: 139):

a. Dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan.

b. Fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa.

c. Tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan.

d. Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan atau tindakan.

e. Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari putusan.

f. Pernyataan kesalahan terdakwa.

g. Pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasinya.

h. Pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan.

Sementara itu, sudah diuraikan sebelumnya bahwa salah satu pertimbangan non yuridis bagi hakim dalam penjatuhan pidana adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 197 ayat (1) huruf h KUHAP, khususnya frasa disertai keadaan yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa. Sedangkan aturan lainnya sebagai

dasar bagi hakim dalam penjatuhan pidana yang ditinjau dari aspek pertimbangan non yuridis adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman beserta penjelasannya. Dalam menentukan berat ringannya pidana yang akan dijatuhkan, hakim wajib memperhatikan sifat baik atau sifat jahat dari terdakwa sehingga putusan yang dijatuhkan sesuai dan adil dengan kesalahan yang dilakukannya (Handoko, 2015: 141).

Dalam mempertimbangkan putusan, hakim dipengaruhi oleh beberapa faktor subjektif seperti sikap perilaku hakim a priori, emosional, sikap arrogance power, dan moral. Sementara itu faktor objektif yang mempengaruhi meliputi latar belakang, sosial, budaya, dan ekonomi serta profesional hakim tersebut. Disamping faktor subjektif dan objektif tersebut, ada faktor utama yang mempengaruhi putusan hakim yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ini datang dari dalam diri hakim itu sendiri namun mampu mempengaruhi kemandirian hakim dalam tugas dan wewenangnya seperti hal yang berkaitan dengan SDM hakim, rekruitmen hakim, pendidikan hakim, dan kesejahteraan hakim. Sementara itu faktor eksternal yang mempengaruhi adalah berupa:

(1) peraturan perundang-undangan;

(2) adanya intervensi terhadap proses peradilan; (3) hubungan hakim dengan penegak hukum lainnya;

(4) adanya berbagai tekanan, antara lain tekanan dari cabang kekuasaan lain/ eksklusif, tekanan dari kalangan hakim sendiri dan tekanan dari pihak yang berperkara;

(5) faktor kesadaran hukum;

(6) faktor sistem pemerintahan atau politik.

Dokumen terkait